Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Ekonomi

Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Berdaya Tahan, Dukung Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

×

Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Berdaya Tahan, Dukung Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Sebarkan artikel ini
IMG 20250603 WA0038
Konferensi pers RDKB yang dilaksanakan melalui zoom meeting, Senin (2/6/2025) kemarin. (Kalimantaanpost.com/Dok. OJK)

JAKARTA, Kalimantanpost.com – Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Mei 2025 menilai stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga, di tengah dinamika tensi perdagangan dan geopolitik global.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyampaikan, dinamika perdagangan internasional menunjukkan perkembangan setelah terjadinya kesepakatan dagang antara AS dan Inggris pada 8 Mei 2025 yang
merupakan kesepakatan permanen pertama AS dengan negara lain pascapenundaan penerapan resiprokal tarif.
Lebih lanjut, kesepakatan dagang sementara
AS–Tiongkok pada 12 Mei 2025 yang berlaku selama 90 hari turut menurunkan
tensi perdagangan global.

Baca Koran

“Pelaku pasar menyambut baik kesepakatan tersebut sehingga mendorong penguatan pasar keuangan global diikuti juga oleh penurunan volatilitas pasar keuangan dan capital inflow ke pasar negara berkembang,” ungkap Mahendra saat konferensi pers RDKB, melalui zoom meeting, Senin (2/6/2025).

Ia juga mengungkapkan, ketegangan geopolitik meningkat di beberapa kawasan. Kendati demikian, dampaknya terpantau dapat terlokalisir sehingga imbasnya ke pasar keuangan global masih terbatas.
Rilis pertumbuhan ekonomi global pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan
pelemahan diikuti oleh berlanjutnya penurunan inflasi yang menunjukkan pelemahan permintaan global.

“Menyikapi hal tersebut, kebijakan moneter global semakin akomodatif dengan beberapa bank sentral telah menurunkan suku bunga,
menyuntikkan likuiditas ke pasar, atau menurunkan reserve requirement.
Kebijakan fiskal global juga cenderung ekspansif meski ruang fiskal terbatas,” jelasnya.

Mahendra juga menjelaskan, di tengah perkembangan tersebut, The Fed menyiratkan kebijakan “Fed Fund Rate (FFR) high for longer”, menunggu kepastian dari kebijakan tarif dan dampaknya terhadap beberapa indikator perekonomian.

“Hal ini mendorong pasar menurunkan estimasi penurunan FFR menjadi 2 kali di tahun 2025 (dari sebelumnya 3-4 kali
penurunan), dengan penurunan pertama diprakirakan mundur ke bulan September,” ucapnya.

Selain itu, kata Mahendra, pasar juga terus mencermati rencana penerbitan Undang-Undang One Big Beautiful Bill yang diperkirakan akan meningkatkan defisit fiskal AS sehingga Moodys menurunkan rating AS. Beberapa hal tersebut mendorong pelemahan pasar obligasi dan nilai tukar AS.

Sementara itu, perekonomian domestik masih menunjukkan resiliensinya di tengah
tingginya dinamika global. Pertumbuhan ekonomi masih positif pada Q1-2025
meskipun dengan laju yang sedikit melambat menjadi 4,87 persen.

Baca Juga :  Momentum Akselerasi Islamic Ecosystem dan Layanan Bullion Bank melalui BSI International Expo 2025

“Permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga, tetap menjadi motor utama yang tumbuh sebesar 4,89 persen yoy. Inflasi dalam negeri tetap terjaga tercatat sebesar
1,95 persen (Mar-25: 1,03 persen), masih dalam rentang target bank sentral,” beber Mahendra.

Beberapa indikator perekonomian terkini juga masih menunjukan resilensi,
diantaranya Neraca Perdagangan yang terus mencatat surplus, defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 0,05 persen PDB (sebelumnya 0,87 persen), dan
cadangan devisa tetap stabil di level tinggi.

Sehubungan dengan inisiatif Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional dengan menggulirkan paket insentif ekonomi di bulan Juni 2025,
OJK mendukung upaya-upaya dimaksud yang akan memperkuat daya beli dan
pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

“OJK bersama-sama dengan kementerian dan lembaga terkait dan industri jasa keuangan terus berkolaborasi melakukan upaya-upaya mendorong intermediasi yang optimal,
pendalaman pasar keuangan, dan upaya-upaya pengembangan potensi industri yang prospektif, termasuk mendukung segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM),” terang Mahendra.

Hal-hal tersebut dilakukan dalam rangka mendorong pembiayaan yang
lebih inklusif, yang memungkinkan potensi-potensi ekonomi Indonesia lebih
dioptimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

OJK juga menyampaikan
perkembangan di sektor perbankan, di mana kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga, dengan kredit tumbuh 8,88 persen yoy di April 2025 (Maret 2025: 9,16 persen) menjadi Rp7.960,94 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menjelaskan,
berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 15,86 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 8,97 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 4,62 persen yoy.

“Ditinjau dari kepemilikan, bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu sebesar 8,82 persen yoy. Dari kategori debitur,
kredit korporasi tumbuh sebesar 12,77 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,60 persen, dengan kredit usaha kecil tumbuh tertinggi sebesar 9,48 persen, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM,” ungkap Dian.

Disebutkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 4,55 persen yoy (Maret 2025: 4,75 persen yoy) menjadi Rp9.047 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 6,02 persen, 6,05 persen, dan 2,07 persen yoy.

Baca Juga :  Sektor Tambang dan Konsumsi Masih Jadi Penopang Ekonomi Kalsel

Likuiditas industri perbankan pada April 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat
Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK)
masing-masing 111,32 persen (Maret 2025: 116,05 persen) dan 25,23 persen (Maret
2025: 26,22 persen), masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen.
Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 200,35 persen.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,24
persen (Maret 2025: 2,17 persen) dan NPL net 0,83 persen (Maret 2025: 0,80 persen). Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,92 persen (Maret 2025: 9,86 persen).

“Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun rasio LaR menurun dibandingkan posisi April 2024 dan masih di bawah level sebelum pandemi yaitu
sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.
Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,43 persen (Maret 2025: 25,38 persen), menjadi bantalan
mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global,” kata Dian.

Untuk porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL) perbankan tercatat sebesar 0,27
persen dari total kredit perbankan, namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan. Per April 2025, baki debet kredit BNPL sebagaimana
dilaporkan dalam SLIK, tumbuh 26,59 persen yoy (Maret 2025: 32,18 persen yoy) menjadi Rp21,35 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 24,36 juta (Maret 2025: 24,59 juta).

Ia juga menyebutkan, terkait dengan pemberantasan judi online yang berdampak luas pada perekonomian
dan sektor keuangan, OJK telah meminta Bank untuk melakukan pemblokiran
terhadap ±17.026 rekening (prev: ±14.117 rekening) dari data yang disampaikan
oleh Kementerian Komunikasi dan Digital.

“Dan melakukan pengembangan atas
laporan tersebut dengan meminta perbankan melakukan penutupan rekening yang
memiliki kesesuaian dengan Nomor Identitas Kependudukan serta melakukan Enhance Due Diligence (EDD),” imbuh Dian. (Opq/KPO-1)

Iklan
Iklan