Oleh : NURMADINA MILLENIA
Jika melihat proses kedatangan manusia ke muka bumi ini, intinya adalah untuk mempelajari kehidupan dunia, karena akan datang kehidupan akhirat. Selain itu, tentunya manusia belum mengenal Tuhan di dalam arti yang sesungguhnya.mUntuk mencapai mengenal Tuhan, maka manusia sudah seharusnya dulu melihat dan mengenal dirinya sendiri. Dengan demikian manusia akan mengerti, jika dirinya adalah seorang utusan, yang datang ke muka bumi ini untuk belajar banyak, sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana seharusnya arti hidup dan kehidupan itu selanjutnya.
Semuanya itu seharusnya dibangun dengan nilai kejujuran. Maka kejujuran yang diajarkan Al-Quran adalah nilai Tauhid, bahwa Allah itu Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga dengan patokan itu sendiri, semuanya akah berjalan lancar, karena kehidupan hanya dikendalikan serta dihakimi hanya Satu Tuhan. Sebaliknya juga kehidupan akan semakin sesat dan menyesatkan, jika akan terjadi kemusyrikan, jika Tuhan itu kemudian menjadi dua atau tiga. Pada intinya yaitu lebih daripada Satu. Maka hal itu justru akan memicu ketidakjujuran atau ketidakpastian. Maka semua tatanan kehidupan menjadi tidak pasti, apakah itu mengenai hukum, ekonomi, politik dan pemerintahan serta budaya. Prinsip ini hendaknya perlu dihayati terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh lagi.
Dalam penyaksian sejarah jelas sekali sebenarnya jika Nabi Adam sampai pada ke Nabi Muhammad dalam misi dan visi Tauhid, artinya menyampaikan pesan dari Satu Tuhan. Ternyata sejarah berjalan lain, karena pada kurun waktu tertentu, pesan Tauhid menjadi menyimpang dari yang sesungguhnya. Karena itu kitab Taurat yang sekarang tidak lagi murni, kitab Injil tidak lagi murni. Hal itu ternyata banyaknya manusia di muka bumi ini memang tidak sama. Ada saja manusia yang tidak percaya dengan firman Tuhan itu. Sehingga dengan demikian mereka itu justru menyelipkan kalimat-kalimat tertentu pada kibab suci, yang akhirnya di baca oleh generasi berikutnya yang kemudian masih dipercaya dengan firman Tuhan.
Penyimpangan-penyimpangan itu adalah dasar kebohongan. Dimana seakan-akan dibolehkan oleh agama mereka itu. Maka hal itu justru bertentangan dengan Syariah Islam. Maka kemudian pada akhirnya pertentangan antara Syariah Islam dengan cara berpikir yang sebelumnya adanya penyimpangn itu,pada akhirnya nampak bertentangan. Begitu juga akhirnya apa dan bagaimana yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Padahal sebenarnya agama langit itu sama, namun sejarah melihat adanya penyimpangan itulah yang akhirnya menyebabkan pertentangan-pertentangan yang mana menyebabkan kesulitan pada generasi berikutnya bagi umat manusia yang untuk bisa bersatu.Agama Tauhid untuk menyatukan ummat manusia dalam hukum dan pandangan. Namun kemusyrikan akan menyebabkan hal itu berbeda. Kemudian hal itu banyak terjadi kebohongan-kebohongan berikutnya, dimana ada Rasul yang dilantik manusia. Kemudian ajaranitu akan menggoyahkan sebuah pemerintahan. Hanya raja-raja yang mengikuti ajaran mereka saja, yang bisa mereka lantik. Mereka berusaha dengan segala daya dan upaya untuk tetap mempertahankan ajaran itu sampai kapanpun. Sehingga tidak mustahil jika ada raja palsu, atau presiden palsu. Dimana kepalsuan itu memang jalan yang telah mereka buat, sebagai orang mengklaim generasi mereka adalah generasi yang benar dan berjuang. Inilah tantangan Indonesia ke depan, sanggupkah Indonesia menghadapi kebohongan-kebohongan itu?