BANJARMASIN, Kalimantanpost.com –
Perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) tumbuh stabil pada semester I tahun 2025 meskipun menghadapi sejumlah tantangan terutama pengaruh kondisi ekonomi
global.
Pertumbuhan ekonomi secara year-on-year (yoy) sebesar 4,81 persen, sedikit di bawah nasional 4,87 persen,
menempatkan Kalsel sebagai provinsi dengan pertumbuhan tertinggi kedua di regional
Kalimantan setelah Kalimantan Barat.
Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan Catur Ariyanto Widodo, Rabu (30/7/2025) mengungkapkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp70,86 triliun,
dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp38,24 triliun.
“Struktur perekonomian daerah didominasi oleh sektor pertambangan yang menyumbang 28,33 persen terhadap PDRB, diikuti konsumsi rumah tangga
sebesar 48,55 persen, menggambarkan peran aktivitas domestik sebagai penggerak utama ekonomi Kalsel,” ujarnya.
Pada bulan Juni 2025, lanjut dia, tingkat inflasi Kalimantan Selatan relatif stabil di angka 0,23 persen (mtm) dan 1,81 perssn (yoy), sedikit di bawah tingkat inflasi nasional sebesar 1,87 perssn (yoy).
” Inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Tanjung sebesar 2,79 perseb yoy, sedangkan inflasi terendah atau deflasi di Hulu Sungai Tengah sebesar 0,47 persen yoy,” tandas Catur.
Dijelaskannya, komoditas utama penyumbang inflasi tahunan yakni emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, sigaret kretek mesin, dan ikan gabus. Komoditas yang mengalami deflasi yaitu beras, daging ayam ras, tarif parkir, ikan nila, dan telur ayam ras.
“Pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk pengendalian inflasi, seperti pelaksanaan Gerakan Pasar Murah (GPM), perluasan subsidi pupuk batubara untuk komoditas padi dan jagung serta subsidi ongkos angkut dan prioritas angkutan pangan (bekerja sama dengan Dinas
Perhubungan), menjadi strategi kunci menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” tegasnya.
Catur juga mengungkapkan surplus neraca perdagangan Kalimantan Selatan bulan Juni 2025 tercatat sebesar US$655,24 juta.
“Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 30,81 persen yoy. Penurunan terutama diakibatkan oleh melemahnya ekspor yang turun sebesar 31,8 persen yoy akibat perlambatan ekspor komoditas utama seperti batubara dan lignit,” paparnya.
Impor juga mengalami penurunan signifikan mencapai 36,5 persen yoy, yang dipicu oleh penurunan impor minyak petroleum, kapal dan kendaraan air, serta mesin dan peralatan.
“Meskipun demikian, surplus
perdagangan yang terus berlanjut memberikan dasar yang kokoh bagi keseimbangan ekonomi dan stabilitas finansial daerah,” kata Catur.
Dengan pondasi ekonomi yang kuat, inflasi yang terkendali, serta neraca perdagangan yang tetap
surplus, Kalsel menunjukkan ketahanan ekonomi di tengah berbagai tekanan global.
“Pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan terus berkomitmen menggalakkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perkuatan daya
saing regional,” pungkasnya.(ful/KPO-3)