TANJUNG, Kalimantanpost.com – Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Selatan dari Fraksi PKS, Firman Yusi, mengungkapkan kekagumannya terhadap keberhasilan model kandang komunal di Kabupaten Tabalong. Menurutnya, sistem ini menjadi bukti nyata keberhasilan pembinaan peternak sapi berbasis kelompok.
Pernyataan tersebut ia sampaikan setelah melakukan kunjungan kerja ke Desa Jaro dan Kelompok Tani Sumber Rezeki di Desa Catur Karya, Kecamatan Haruai, bersama Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Tabalong.
“Kandang komunal ini bukan sekadar berbagi lahan, tapi juga berbagi tanggung jawab. Peternak saling membantu dalam pemeliharaan ternak, ketersediaan pakan, kebersihan kandang, hingga kesehatan hewan. Ini luar biasa,” ujar Firman Yusi, Jumat (18/7).
Tak hanya itu, model ini juga unggul dalam pemanfaatan produk samping. Limbah ternak seperti kotoran dan urine diolah menjadi kompos berkualitas tinggi yang bernilai ekonomis. Bahkan, Dinas Perkebunan dan Peternakan Tabalong berencana membeli 400 ton kompos dari kelompok peternak tersebut untuk didistribusikan ke para petani, khususnya petani karet.
“Hebatnya lagi, kompos ini tak hanya diserap pemerintah. Mereka juga menjual langsung ke perusahaan perkebunan, bahkan menembus pasar di Kalimantan Timur. Ini bukti bahwa petani bisa mandiri dan punya nilai jual tinggi,” tambahnya.
Data dari lapangan menyebutkan bahwa pendapatan dari penjualan kompos dan urine ternak bisa menyamai, bahkan melampaui, hasil penjualan hewan ternak itu sendiri. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi ekonomi dari pengelolaan peternakan berbasis komunitas.
Firman pun berharap model sukses di Tabalong ini mendapat perhatian lebih dari Pemprov Kalsel.
“Saya mendorong Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel untuk turut aktif mengembangkan model kandang komunal ini. Potensinya besar dan bisa direplikasi di banyak daerah,” tegasnya.
Keberhasilan kandang komunal di Tabalong dinilai dapat menjadi model nasional dalam pembinaan peternak, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi pedesaan yang berkelanjutan dan berbasis kolaborasi. (fin/KPO-1)