Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Menyelematkan Perguruan Tinggi Swasta

×

Menyelematkan Perguruan Tinggi Swasta

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ade Hermawan
Dosen PNS dpk

Sebagai dosen pegawai negeri sipil yang dipekerjakan pada perguruan tinggi swasta, saya menyaksikan langsung bagaimana perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar, seolah berada di persimpangan antara bertahan dan bangkrut. Ini bukan sekadar masalah bisnis, tetapi juga menyangkut masa depan pendidikan di negeri ini.

Kalimantan Post

Salah satu tantangan utama adalah menurunnya jumlah mahasiswa baru. Banyak faktor yang memengaruhinya, mulai dari persaingan yang ketat dengan perguruan tinggi negeri (PTN) yang biaya kuliahnya relatif lebih rendah, hingga persepsi masyarakat bahwa lulusan PTN lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Akibatnya, banyak PTS kesulitan memenuhi kuota mahasiswanya, meskipun biaya operasional terus meningkat.

Ratusan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di seluruh penjuru tanah air berada di ujung tanduk dan dalam kondisi yang sangat memprihatinkan karena mengalami penurunan jumlah mahasiswanya. Menurut Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, lebih dari 250 perguruan tinggi swasta (PTS) mengalami penurunan jumlah mahasiswa yang drastis selama tiga tahun terakhir.

Jika perguruan tinggi swasta (PTS) tumbang satu per satu, dampaknya akan sangat besar terhadap akses pendidikan tinggi di Indonesia. Padahal, perguruan tinggi swasta berperan krusial dalam pemerataan pendidikan, terutama bagi mereka yang tidak dapat mengakses perguruan tinggi negeri.

Permasalahan

Fakta menyedihkannya adalah banyak siswa lulusan SMA yang lebih memilih Perguruan Tinggi negeri atau internasional dengan alasan biaya, prestise, dan prospek kerja. Namun, terlepas dari statistik ini, beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) menunjukkan ketahanan. Perguruan Tinggi yang berani merangkul inovasi digital, memperkuat kemitraan industri, dan membuka program vokasi yang relevan masih mampu menarik sejumlah besar mahasiswa baru. Artinya: peluang tetap ada. Perguruan tinggi swasta yang responsif, bukan yang besar, akan tetap bertahan.

Perguruan tinggi swasta (PTS) kini bersaing tidak hanya dengan perguruan tinggi negeri ternama seperti UI, ITB, atau UGM, tetapi juga dengan Perguruan Tinggi internasional yang menawarkan kelas daring terjangkau dan bersertifikat internasional. Namun, perguruan tinggi swasta memiliki keunggulan yang jarang disadari seperti koneksi lokal, fleksibilitas kurikulum, dan kedekatan dengan realitas lapangan. Jika dioptimalkan, keunggulan ini dapat menjadi pembeda yang tak tertandingi.

Kualitas penyelengaraan pendidikan menjadi isu krusial untuk menarik mahasiswa, PTS harus menawarkan program studi yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan didukung oleh fasilitas yang memadai serta dosen yang berkualitas. Namun, hal ini membutuhkan investasi yang signifikan, dan tidak semua PTS mampu membiayainya. Jika kualitasnya kurang, minat calon mahasiswa otomatis akan menurun.

Baca Juga :  Sosialisasi Moderasi Beragama, Gerakan Menjernihkan atau Mengaburkan pemahaman?

Mahasiswa masa kini cerdas dan kritis. Mereka tidak lagi rela membayar mahal untuk sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah nyata. Banyak perguruan tinggi swasta masih menggunakan metode pengajaran yang ketinggalan zaman, minim fasilitas, dan tidak menawarkan prospek kerja yang jelas. Hal ini harus diubah. Perguruan tinggi swasta harus berani mereformasi layanan mereka dan memastikan bahwa setiap rupiah yang dibayarkan mahasiswa sepadan dengan manfaatnya.

Sebagian besar lulusan perguruan tinggi swasta mengeluh bahwa kurikulum yang diajarkan tidak lagi relevan. Dunia kerja berubah dengan cepat, tetapi isi perkuliahan tetap sama seperti dua dekade lalu. Sangat penting bagi perguruan tinggi swasta untuk mengadopsi sistem yang tangkas, melibatkan industri dalam pengembangan kurikulum, dan memastikan mahasiswa lulus dengan keterampilan yang dibutuhkan saat ini, bukan keterampilan masa lalu.

Meskipun banyak perguruan tinggi swasta sedang berjuang, kita tidak boleh lupa bahwa mereka menyimpan potensi besar yang seringkali terabaikan. Perguruan tinggi swasta memiliki keunggulan fleksibilitas. Tidak terhambat oleh birokrasi yang rumit seperti perguruan tinggi negeri, mereka dapat berinovasi lebih cepat. Mulai dari membuka program studi baru berdasarkan tren industri hingga menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek di dunia nyata.

Perguruan tinggi swasta seringkali beroperasi di wilayah yang tidak terjangkau oleh perguruan tinggi negeri. Mereka berperan sebagai mitra strategis bagi UMKM dan komunitas lokal dalam membangun kapasitas, mendukung inovasi, dan bahkan menciptakan lapangan kerja baru. Inilah nilai strategis perguruan tinggi swasta yang tak ternilai, yang menjembatani pendidikan dan pembangunan daerah.

Upaya Penyelematan

Perguruan Tinggi swasta tidak bisa lagi hanya menawarkan program studi yang sama. Mereka harus berani membuka program studi baru yang selaras dengan tren masa depan, seperti AI, ilmu data, atau ekonomi kreatif. Lebih lanjut, kolaborasi dengan industri sangat penting untuk memastikan lulusan siap memenuhi kebutuhan dunia kerja.

Peningkatan kualitas dosen dan fasilitas sangat penting. Dosen harus terus mengembangkan diri, tidak hanya dalam pengajaran tetapi juga dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Fasilitas juga harus diperbarui untuk memastikan mahasiswa merasa nyaman dan mendapatkan pengalaman belajar yang optimal.

Manajemen keuangan yang cerdas juga sama pentingnya. Perguruan Tinggi swasta harus mampu mengelola dananya secara efisien, mencari sumber pendapatan lain selain biaya kuliah, misalnya melalui kolaborasi penelitian atau program pelatihan.

Baca Juga :  Dari Jahil Menjadi Alim dengan Menuntut Ilmu Agama di Majelis Ilmu

Perguruan Tinggi swasta harus berani bertransformasi dan Membangun Branding Akademik dan Digital. Di era digital, identitas kampus bukan lagi tentang gedung-gedung megah, melainkan tentang reputasi dan visibilitas daring. Perguruan Tinggi swasta perlu membangun merek akademik yang kuat dengan konten digital, media sosial yang aktif, testimoni alumni, dan publikasi penelitian. Merek yang kuat menarik mahasiswa, mitra industri, dan bahkan investor pendidikan.

Perguruan Tinggi swasta tidak bisa lagi beroperasi sendiri. Perguruan Tinggi swasta perlu bekerja sama dengan dunia usaha untuk merancang program magang, mengembangkan kurikulum, dan merekrut lulusan. Ini bukan sekadar strategi promosi, ini adalah konsep pendidikan berbasis solusi.

Perguruan Tinggi swasta harus menjadi pelopor pembelajaran berdasarkan kebutuhan masa depan teknologi, keberlanjutan, keterampilan lunak, dan kewirausahaan. Dengan membekali mahasiswa dengan keterampilan adaptif, mereka tidak hanya akan siap kerja tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja.

Indonesia membutuhkan perguruan tinggi swasta. Mereka adalah pilar pemerataan pendidikan dan inovasi lokal. Perguruan tinggi swasta adalah garda terdepan pemerataan pendidikan tinggi di Indonesia. Mereka hadir di kota-kota kecil, kabupaten, bahkan desa-desa terpencil. Mereka mencetak tenaga kesehatan, guru, wirausahawan lokal, dan teknokrat daerah. Jika perguruan tinggi swasta mati, akses pendidikan bagi anak bangsa juga akan mati.

Perguruan tinggi swasta tidak dapat beroperasi sendiri, dan kita tidak boleh membiarkannya mati perlahan. Mahasiswa harus menjadi duta kampus, dosen harus terus meningkatkan kualitasnya, dan masyarakat harus mendukung perguruan tinggi lokal sebagai bagian dari ekosistem pembangunan. Menyelamatkan perguruan tinggi swasta harus menjadi upaya bersama. Sektor swasta, alumni, dunia usaha, bahkan media, semuanya memiliki peran. Perguruan tinggi swasta bukan hanya tentang institusi, tetapi tentang harapan dan masa depan bangsa.

Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi dan pengelola perguruan tinggi swasta harus bekerja sama mencari solusi. Pemerintah perlu memberikan insentif atau melonggarkan regulasi bagi perguruan tinggi swasta yang berinovasi dan meningkatkan mutu. Masyarakat juga perlu menyadari bahwa banyak perguruan tinggi swasta yang berkualitas unggul dan mampu menghasilkan lulusan yang kompetitif.

Bagi perguruan tinggi swasta sendiri, inilah saatnya untuk introspeksi dan perbaikan. Ini bukan lagi tentang bertahan hidup, melainkan tentang bagaimana berkembang dan relevan di tengah pesatnya perubahan zaman. Hanya dengan demikianlah perguruan tinggi swasta dapat terus menjadi pilar vital dalam mencerdaskan bangsa.

Iklan
Iklan