PELAIHARI, Kalimantanpost.com – Perundungan di lingkungan sekolah masih menjadi permasalahan serius yang berdampak langsung pada kesehatan psikologis dan sosial siswa. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2022, tercatat 2.473 kasus kekerasan terjadi di satuan pendidikan, dengan 40 persen di antaranya merupakan kasus perundungan.
Menanggapi isu tersebut, Program Dosen Wajib Pengabdian (PDWA) 2025 Universitas Lambung Mangkurat (ULM) mengambil langkah konkret melalui intervensi edukatif dan sistematis di SMKN 2 Pelaihari. Program ini mengusung Program Roots, yakni sebuah pendekatan pencegahan perundungan berbasis sekolah yang melibatkan siswa sebagai Agen Perubahan, guna menciptakan norma sosial positif di lingkungan sekolah.
Ketua Tim Pelaksana, Dr. Nina Permata Sari, S.Psi., M.Pd., menjelaskan bahwa pelaksanaan di komunitas sekolah yang berada di wilayah lahan basah menghadirkan tantangan tersendiri. “Kondisi geografis yang unik serta keberagaman latar belakang sosial-budaya siswa berpotensi memicu berbagai bentuk perundungan, baik secara verbal, fisik, maupun siber,” ujarnya.
Pelaksanaan program di wilayah ini tidak lepas dari berbagai kendala, seperti kurangnya pemahaman guru dan siswa terhadap strategi implementasi efektif, serta keterbatasan media edukasi yang sesuai dengan konteks lokal. Oleh karena itu, tim PDWA mengembangkan pelatihan penguatan karakter siswa dan media edukasi digital yang adaptif terhadap karakteristik komunitas lahan basah.
Kegiatan ini sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), serta mendukung capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, yakni IKU 2 (pengalaman mahasiswa di luar kampus) dan IKU 3 (dosen berkegiatan di luar kampus). Fokus pengabdian kepada masyarakat dititikberatkan pada pemberdayaan sekolah melalui pendidikan karakter dan strategi preventif terhadap perundungan.
Anggota Tim PDWA, Eklys Cheseda Makaria, S.Pd., M.Pd., menambahkan bahwa kegiatan ini melibatkan 75 siswa yang mengikuti pre-test dan post-test dengan skala Likert 25 item. Hasil analisis menunjukkan peningkatan skor dari 3,16 menjadi 3,21, khususnya pada aspek identifikasi bentuk perundungan siber dan strategi penanganannya. “Peningkatan ini menegaskan bahwa pelatihan berbasis sosial-emosional efektif dalam membentuk kesadaran siswa,” ujarnya.
Program ini juga menghasilkan sejumlah luaran penting, seperti data evaluasi pre-post test, penyusunan draf artikel ilmiah yang akan diajukan ke jurnal terindeks SINTA, dan dokumentasi visual kegiatan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas.
Partisipasi aktif pihak sekolah mitra menjadi faktor kunci keberhasilan program, termasuk dukungan dalam penyediaan responden serta fasilitasi pelaksanaan kegiatan. Di sisi lain, siswa mulai menunjukkan kesadaran sosial yang lebih tinggi dan kemampuan reflektif terhadap dampak negatif perundungan.
“Ke depan, program ini direncanakan untuk direplikasi di sekolah mitra lainnya, diperkuat dalam bentuk panduan digital, serta dikembangkan dalam bentuk kerja sama jangka menengah melalui roadmap pengabdian. Strategi luaran difokuskan pada pendekatan kolaboratif serta optimalisasi dokumentasi dan analisis kuantitatif untuk memastikan peningkatan efektivitas intervensi berbasis sekolah,”pungkasnya.
Dalam Tim Pelaksana Kegiatan diketuai Oleh Dr. Nina Permata Sari, S.Psi, M.Pd. Anggota Dosen, Muhammad Andri Setiawan, S.Pd., M.Pd, Eklys Cheseda Makaria S.Pd., M.Pd, Hendro Yulius Suryo Putro S.Pd., M.Psi. Dan dibantu para Mahasiswa dari prodi Bimbingan dan Konseling, Hana Qatrun Nada, Nailah Arridho (fin/KPO-1)