Oleh : Jummy
Aktivis Dakwah
Sebanyak 50 pemuda dari Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan mengikuti Pelatihan Wirausaha Muda (Wiramuda) Provinsi Kalimantan Selatan yang digelar oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Kalsel, 13 Juli 2025, di Hotel POP Banjarmasin. Pelatihan ini membekali peserta dengan keterampilan public speaking, wirausaha digital, hingga pembuatan konten kreatif sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitas generasi muda di era keterbukaan informasi dan transformasi digital.
Plt Kepala Dispora Kalsel, M Fitri Hernadi, menyebut bahwa kegiatan ini menjadi pemicu (trigger) bagi anak muda Banua agar lebih percaya diri dan siap membangun UMKM serta komunitas pemuda di daerahnya. Kalsel disebut tengah membuka diri ke dunia internasional, dan pemuda diharapkan bisa memanfaatkan peluang dari kehadiran infrastruktur seperti bandara internasional untuk ekspansi dan kolaborasi global.
Solusi Tambal Sulam
Jika dilihat secara objektif, pelatihan ini menunjukkan adanya ikhtiar pemerintah dalam mencari solusi terhadap masalah klasik pemuda: pengangguran, minimnya keterampilan, dan ketertinggalan dalam persaingan global. Pendekatan pelatihan dalam bentuk reskilling, upskilling, dan newskilling tentu adalah langkah progresif dalam sistem yang ada saat ini.
Namun sayangnya, langkah ini masih bersifat tambal sulam. Pelatihan hanya menyentuh permukaan persoalan, bukan akarnya. Tidak ada jaminan kesinambungan pembinaan, tidak ada ekosistem yang menyeluruh untuk mendukung keberlanjutan usaha para peserta. Apa yang terjadi setelah tiga hari pelatihan? Siapa yang akan membimbing mereka saat mulai usaha? Bagaimana mereka bisa bertahan di tengah cengkeraman pasar bebas dan minimnya perlindungan?
Lebih dari itu, pemerintah terus mendorong semangat enterpreneurship, tetapi orientasi yang dibentuk justru lebih banyak diarahkan ke sektor konsumtif. Pemuda dilatih menjadi konten kreator agar viral dan hidup dari algoritma. Sementara kebutuhan strategis seperti pertanian, industri dasar, atau teknologi tinggi justru diabaikan. Akibatnya, semangat usaha yang terbentuk cenderung pragmatis dan berjangka pendektanpa strategi pembangunan jangka panjang yang membumi dan berorientasi pada kemaslahatan umat.
Tak Akan Lahirkan Pemuda Tangguh
Kita tidak bisa menutup mata bahwa semua upaya ini masih berada dalam sistem kapitalisme yang menjadikan pemuda sebagai komoditas ekonomi. Pemuda hanya dilihat dari sejauh mana mereka bisa menghasilkan uang, bukan dari sejauh mana mereka bisa membangun peradaban. Pemberdayaan pemuda hari ini hanya menjadi agenda proyek tahunan yang mudah hilang dalam laporan angkabukan perubahan riil.
Di balik jargon digitalisasi UMKM atau wirausaha kreatif, pemuda didorong menjadi pelaku ekonomi individual yang sekadar bertahan hidup di tengah arus pasar bebas yang brutal. Tanpa arah ideologis, pemuda mudah terseret ke dalam kubangan materialisme dan kehilangan visi perjuangan.
Solusi Fundamental
Islam memiliki pendekatan yang sangat berbeda. Pemuda bukan komoditas, melainkan subjek perubahan. Dalam sistem Islam kaffah, negara hadir sebagai pelayan umat yang benar-benar menfasilitasi tumbuhnya potensi pemudadengan akses penuh pada pendidikan, teknologi, modal, dan pelatihan tanpa dikomersialisasi. Negara Islam menciptakan ekosistem intelektual dan ruhiyah yang membentuk karakter kepemimpinan dan keberanian berjuang. Pemuda tidak sekadar diminta survive, tetapi disiapkan untuk memimpin. Wirausaha bukan sekadar cara mencari uang, tapi bagian dari peran untuk melayani umat dan menjaga kemandirian umat dari dominasi asing.
Pelatihan yang dilakukan pun tidak parsial, melainkan bagian dari sistem pembinaan terpadu. Pemuda dipersiapkan untuk menjadi muqawwam (penggerak ekonomi umat) sekaligus mujahid (pejuang peradaban).
Penutup
Pelatihan Wiramuda Kalsel adalah upaya yang patut dihargai sebagai bentuk perhatian terhadap pemuda. Tapi langkah-langkah parsial ini hanya akan terus terbentur oleh sistem kapitalisme yang cacat dari akar. Tak cukup hanya tiga hari pelatihan, tak cukup hanya semangat motivasi.
Jika kita benar-benar ingin melihat pemuda Banua bangkit secara mandiri, visioner, dan penuh keberkahan, maka arah perjuangan harus berubah. Bukan sekadar mempersiapkan mereka menjadi pelaku ekonomi kecil, tapi menjadikan mereka agen perubahan sistemik yang siap memikul amanah dakwah dan membangun peradaban.
Sudah saatnya kita mengakui: sistem Islam kaffah dalam naungan Khilafah adalah satu-satunya sistem yang mampu memberdayakan pemuda secara hakiki.