Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Olahraga

Piala Presiden 2025, ‘Pesta Rakyat’, Pembelajaran Klub dan Pemain Indonesia Menuju Sepakbola Mendunia

×

Piala Presiden 2025, ‘Pesta Rakyat’, Pembelajaran Klub dan Pemain Indonesia Menuju Sepakbola Mendunia

Sebarkan artikel ini
IMG 20250714 WA0013

Oleh : Syaiful Anwar, Wartawan Kalimantanpost.com *)

BERBAGAI terobosan dilakukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk terus meningkatkan performa tim sepakbola Indonesia, baik klub maupun tim nasional (Timnas) agar bisa bersaing di level ASEAN, Asia hingga dunia.

Kalimantan Post

Di tim nasional Indonesia, Ketua Umum PSSI Erick Thohir melanjutkan program naturalisasi pemain dengan lebih intens mendatangkan pemain berkualitas seperti Jay Idzes yang sempat bermain bersama Venezia di klub Serie A Liga Italia, Kevin Diks Bakarbessy yang sekarang membela klub Bundesliga Jerman, Borussia Mönchengladbach, Calvin Verdonk di NEC Nijmegen Liga Belanda, Dea James di klub Go Ahead Eagles, Mees Hilgers di tim Twente Liga Belanda, Emil Audero Mulyadi di klub Serie A Liga Italia, Maarten Paes bersama klub Dallas Liga Amerika Serikat dan lain-lain.

Kehadiran pemain-pemain yang berkiprah di Liga Eropa, Amerika Serikat hingga Liga J Jepang dan dikombinasikan dengan pemain di Liga 1 cukup membuahkan hasil, Timnas Indonesia mengukir sejarah bisa menembus putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Timnas Indonesia pada September 2021 hanya menempati peringkat 176 dunia, sekarang di tahun 2025 sudah melesat ke posisi 118 FIFA. Peluang untuk terus naik hingga 100 besar dunia seperti ditargetkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir semakin terbuka jika mampu meraih kemenangan demi kemenangan diputaran keempat kualifikasi Piala 2026 nanti.

Di kelompok umur, Timnas U-23 juga mengukir sejarah masuk empat besar Piala Asia 2024 dan nyaris lolos ke Olimpiade.

Prestasi membanggakan juga diukir Timnas U-17 yang diasuh Nova Arianto menembus Piala Dunia 2025 yang digelar di Qatar 3-27 November mendatang.

Kesuksesan tim nasional senior dan junior sudah pasti ingin ditularkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir dengan mengangkat klub-klub sepakbola Indonesia supaya bersaing tak hanya di level ASEAN hingga Asia.

Bukan rahasia umum, kualitas kompetisi Liga 1 saat ini berada titik nadir, dibawah Kamboja yang nota bene dari segi peringkat FIFA maupun Timnas jauh dibawah Indonesia. Ini disebabkan di kejuaraan antara klub ASEAN, wakil Indonesia sering menderita kekalahan atas klub Thailand, Vietnam bahkan klub sekelas Kamboja.

Langkah pertama dilakukan PSSI bersama PT Liga Indonesia Baru (LIB) dengan menerapkan Video Assistant Referee (VAR) dalam Liga 1 mulai musim 2024/2025 maupun Liga 2. Tujuan penerapan VAR ini untuk meningkatkan kualitas kompetisi dengan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, kehadiran VAR juga peningkatkan kepercayaan publik terhadap integritas sepak bola Indonesia. Selama Ini ada dugaan pengaturan skor, wasit yang dianggap membantu klub tuan rumah atau tim tertentu memenangkan pertandingan.

PSSI bersama LIB juga merekrut Takeyuki Oya dari Jepang menjadi General Manager (GM) Competition and Operation LIB untuk pembenahan dalam manajemen.

Terakhir ada perubahan nama kompetisi tertinggi dari Liga 1 menjadi Super League, sedangkan Liga 2 menjadi Championship, sedangkan LIB berganti nama jadi Indonesia League untuk memperkuat branding.

Upaya peningkatan kualitas kompetisi juga harus didukung dengan sumber daya dan kualitas pemain yang berkiprah di Super League, Championship hingga, Liga 3 hingga Liga 4.

Salah satu upaya yang dilakukan PSSI untuk meningkatkan kualitas pemain lokal dengan menambah jam terbang bermain internasional tanpa perlu klub tersebut bertanding ke luar negeri dengan mendatangkan lawan yang berkualitas.

Turnamen Piala Presiden yang tadinya hanya diperuntukkan buat klub-klub peserta di Liga Indonesia dirubah formatnya mengundang tim-tim dari luar negeri.

Langkah awal yang dilakukan Erick Thohir di Piala Presiden 2025 yang digelar 6-13 Juli
cukup realistis dengan tidak mengundang klub besar, tapi mendatangkan tim yang ada ikatan ‘batin’ dengan Indonesia seperti klub Liga 2 Inggris Oxpord United dan Port FC dari Thailand.

Oxford United merupakan klub milik Erick Thohir dan diperkuat dua pemain Timnas Indonesia, striker Ole Romeny dan gelandang Marselino Ferdinan, sedangkan Port FC ada bek kanan Timnas Indoneia, Asnawi Mangkualam.

Menurut Erick saat jumpa pers Piala Presiden 2025, Jumat (4/7/2025) kehadiran kedua klub luar itu sebagai ajang promosi individu pemain Indonesia kepada klub luar negeri.

“Ya, itu salah satunya, karena kita inginkan juga banyak pemain kita tidak hanya bisa berkarier di dalam negeri, tapi juga bisa tampil di luar negeri,” ujarnya.

Erick Thohir menambahkan Piala Presiden bukan sekadar ajang pramusim, tetapi juga panggung pembuktian kualitas dan semangat kompetitif sepak bola Indonesia di mata dunia.

“Turnamen ini adalah bukti kita mampu menyelenggarakan kompetisi berkualitas internasional. Kehadiran tim-tim luar negeri dan antusiasme penonton adalah modal besar untuk terus memajukan sepak bola nasional,” pungkas Erick.

Kehadiran Port FC dan Oxpord United menjadi daya ‘jual’ tersendiri untuk menyedot dan antusias penonton untuk menyaksikan pertandingan pembuma di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta yang jumlah sekitar 41.000 maupun Stadion Si Jalak Harupat Bandung yang berjumlah 19.000.

Pelajaran Berharga Pemain dan Klub Indonesia

Selain Port FC Thailand dan Oxpord United asal Inggris, menambah daya tarik Turnamen Piala Presiden 2025, panitia juga menyertakan juara Liga 1 Indonesia 2024/2025, Persib Bandung dan runner up Dewa United FC, juara Piala Presiden tahun lalu Arema FC serta pemain pilihan pemirsa Liga 1 All Stars yang ditangani mantan pelatih Timnas Indonesia, Rahmad Darmawan.

Kehadiran Oxpord United yang berkiprah di Liga Inggris serta Port FC yang menempati peringkat kelima Liga Thailand ternyata memberikan pelajaran berharga buat klub maupun pemain-pemain Indonesia.

Walau pun bukan tim terbaik di Liga Thailand, Port FC yang diperkuat pemain Timnas Indonesia seperti Asnawi Mangkualam, Rebin Sulaka yang merupakan bek senior Timnas Irak dan bek Timnas Singapura Irfan Fandi, Brayan Perea, pemain asal Kolombia yang pernah berkarier di Lazio serta pemain lokal Port FC yang saat ini berstatus pemain Tim Nasional Thailand adalah Peeradol Chamrasamee, Worachit Kanitsribumphen, dan Suphanan Bureerat mampu membuat juara Liga 1 Persib Bandung tak berkutik, dikalahkannya 2-0.

Baca Juga :  Lomba Gerak Jalan Harjad Kalsel dan HUT RI 2025 Akan diikuti 600 peserta

Begitu juga Dewa United yang tampil impresif di Liga 1 musim lalu dengan permainan tiki-taka dan penguasaan bola cukup tinggi juga tak bisa berbuat banyak, menyerah 1-2.

Port FC pun menjadi juara Grup B dengan poin sempurna 6 poin, sedangkan Dewa United menjadi runner up dengan poin 1 sama dengan Persib sebagai juru kunci.

Di Grup A Oxpord United yang berkiprah di Liga 2 Inggris terlalu perkasa, mampu mengalahkan Liga 1 All Stars yang diperkuat pemain-pemain Liga 1 seperti Riko Simanjutak, Witan Sulaiman, Bagas Kaffa, Reza Arya Pratama, Eksel Runtukahu dengan skor cukup telak 6-3 dan menaklukkan Arema FC 4-0 hingga menjadi juara grup.

Port FC dan Oxpord United pun melangkah ke final dalam pertandingan di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Minggu (13/7) malam. Kejutan kembali dibuat Port FC sebagai tim underdog yang bermain 10 orang berhasil menumbangkan Oxpord United 2-1 sekaligus meraih juara Piala Presiden pertama dari klub luar negeri.

Kedua tim ini sejak penyisihan hingga final ‘mengajarkan’ bagaimana bermain ofensif dan mematikan dalam menyerang, efektif dalam membuka pertahanan lawan, memberikwn umpan-umpan terukur serta membuat pertahanan lawan yang begitu rapi. Itu diperlihatkan Port FC saat melawan tuan rumah Persib Bandung dan Dewa United yang tampil dominan, tapi kesulitan menembus pertahanan tim asal Thailand.

Oxpord United memperagakan permainan menyerang yang begitu mematikan di menit-menit awal melalui serangan lewat dua pemain sayapnya dan diakhiri striker yang haus gol diantaranya pemain Indonesia, Ole Romeny yang menyumbang satu gol.

Disisi lain pemain belakang klub Thailand Port FC memberikan contoh bagaimana membangun pertahanan berlapis, sehingga top skor Liga 1 2024/2025, Alex Martin dari Dewa United dengan 23 gol tak bisa berbuat banyak dengan penjagaan begitu ketat, disiplin dan penuh tanggung jawab.

Puncaknya, di partai final dengan bermain 10 orang sejak menit 53, Port FC memberi contoh cara bermain dan kegigihan membendung serangan bergelombang Oxpord United dan mempertahankan keunggulan 2-1 sampai babak kedua berakhir.

Juara ketiga diraih Dewa United usai mengalahkan Indonesia All Stars Liga 1 dengan skor 2-0.
Selain itu, lewat turnamen Piala Presiden 2025 cukup banyak pelajaran cukup berharga buat klub-klub Liga 1 atau sekarang bernama Super League jangan tergesa-gesa merombak pemain pilar hingga harus memulai nol lagi usai Kompetisi. Akibatnya, saat mewakili Indonesia di Kejuaraan Antar Klub Asia maupun ASEAN, di penyisihan grup sudah gugur.

Begitu juga dalam merekrut pemain asing benar-benar berkualitas dan tak sekedar hanya memenuhi jumlah kuota. Apalagi LIB membuka peluang setiap klub merekrut legiun asing menjadi 11 orang. Apabila klub asal mencari pemain berlabel asing tanpa seleksi yang ketat dan melihat jejak rekam, bukan hanya mubazir juga membuang dana besar dan ‘menutup’ kesempatan pemain lokal berkembang.

Buat Persib Bandung yang akan mentas di kasta kedua kompetisi antarklub Benua Asia, AFC Champions League Two dan Dewa United akan bertanding di kasta ketiga kompetisi Asia, AFC Challenge League, masih ada waktu berbenah diri lagi usai mengikuti Piala Presiden, supaya bisa bersaing tak hanya dengan wakil ASEAN juga klub tangguh Asia lainnya.

IMG 20250714 105502
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

Berkah bagi Pelaku UMKM

Terlepas upaya PSSI ingin meningkatkan kualitas Turnamen Piala Presiden agar lebih bergengsi lagi. Meruntut sejarah awal sejarahnya digelarnya event ini digelar pada tahun 2015 akibat situasi sepak bola Indonesia yang berada dititik nadir. Pada Mei 2015, PSSI mendapatkan sanksi dari FIFA terjadinya dualisme dan intervensi pemerintah. Akibatnya, kompetisi resmi sepak bola di tanah air, seperti Liga Super Indonesia, terhenti total.

Mengisi kekosongan, mendorong pihak Mahaka Sports and Entertainment yang saat itu dipimpin oleh Erick Thohir untuk menggagas Piala Presiden. Turnamen ini hadir sebagai ‘pelipur lara’ bagi pecinta sepak bola nasional dan menjadi alternatif agar roda kompetisi tetap berjalan.

Edisi perdana Piala Presiden dimulai pada 30 Agustus 2015 diikui 16 tim terdiri 13 tim Liga Super Indonesia dan 3 tim Divisi Utama Liga Indonesia.

Barulah pada tahun 2017 , setelah PSSI terbebas dari sanksi FIFA, Piala Presiden kembali diagendakan. Sejak saat itu, Piala Presiden bertransformasi menjadi turnamen pramusim resmi yang diikuti hampir seluruh klub Liga 1, bahkan beberapa edisi mengundang klub dari Liga 2. Turnamen ini berfungsi sebagai ajang pemanasan bagi klub-klub sebelum berkompetisi di Liga 1.

Jumlah peserta pun meningkat menjadi 20 tim pada periode 2017-2019. Jumlahnya sempat menyusut menjadi 18 tim pada tahun 2022, dan terakhir hanya diikuti 8 tim pada tahun 2024.

Perjalanan waktu, Erick Thohir sebagai penggagas awal turnamen Piala Presiden tak ingin event ini jalan di tempat, tapi bisa berdampak kemajuan persepakbolaan nasional juga perekonomian rakyat.

Piala Presiden 2025 pun dikemas lebih menarik tak hanya mendatangkan klub luar negeri juga ada nilai entertainment dan melibatkan pelaku UMKM untuk mengangkat perekonomian rakyat kecil.

Sekitar 100 pelaku UMKM membuka stand di sekitar Stadion Gelora Bung Karno Jakarta dan 110 pedagang UMKM yang tersebar di area Utara dan Selatan Stadion Si Jalak Harupat Bandung.

Beraneka kuliner jajanan UMKM dijual mulai cilok legend, kopi susu kekinian, sampai makanan khas Sunda serta souvenir maupun baju kaos diperdagangkan. Menariknya, pelaku UMKM tak dipungut bayaran alias gratis, sehingga keuntungan pedagang kecil ini bisa menjadi dua kali lipat.

Kejutan lainnya, seperti diutarakan Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2025, Maruarar Sirait, mengumumkan komitmen sosial turnamen dengan menyiapkan lima rumah subsidi gratis bagi UMKM terbaik, wartawan dan suporter. Bantuan ini diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap rakyat kecil.

Baca Juga :  Menanti Debut Eksel dan Jordi Amat Saat Persija Jamu Persita

“UMKM terbaik, suporter terbaik, saya siapkan nanti lima rumah subsidi gratis. Diutamakan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, apakah itu penonton, apakah itu UMKM, supaya makin banyak masyarakat bisa merasakan kebijakan Presiden Prabowo yang peduli rakyat kecil,” kata Maruarar.

Pelaku UMKM pun sangat senang dengan gratisnya stand selama menjaja dagangannya di Piala Presiden. Di tengah kesibukannya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir pun menyempatkan diri mengunjungi stand UMKM dan berdialog dengan pedagang

“Alhamdulillah, kami sangat senang dengan adanya event ini bisa berjualan, sangat membantu pedagang kecil seperti kami. Kami membuka dagangan di stand gratis lagi,” kata Ema salah satu pedagang saat diwawancarai stasion swasta televisi nasional.

Jadi, Piala Presiden 2025 ini bukan sekadar pemanasan sebelum Super League Indonesia bergulir, tapi juga sebagai ajang hiburan rakyat yang menyatukan banyak elemen mulai olahraga, ekonomi, keluarga, dan kebanggaan nasional.

Peserta Klub Luar Negeri Ditambah

Kemasan Piala Presiden yang sangat menarik dan menghibur masyarakat ini agar kedepannya lebih ditingkatkan lagi. Tak salahnya panitia menambah klub peserta dari luar negeri. Ini sesuai keinginan Ketua Umum PSSI Erick Thohir agar turnamen tersebut lebih kompetitif, semakin menarik dan dikenal tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri.

Klub yang diundang tak perlu setenar Manchester United, AC Milan, Inter Milan atau Barcelona, tapi cukup mendatangkan tim-tim Eropa yang diperkuat pemain Timnas Indonesia. Contohnya klub Serie A Liga Italia Como 1907 yang dimiliki Grup Djarum (Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono) pada tahun 2019 dan diperkuat kiper Timnas Indonesia Emil Audero. Ada juga klub Serie B Venezia yang dikapteni Jay Idzes.

Bisa juga mengundang klub Liga Belanda seperti NEC Nijmegen yang dimotori Calvin Verdonk, Go Ahead Eagles yang diperkuat Dean James, klub Twente dimotori Mees Hilgers dan beberapa klub luar negeri yang dimiliki pengusaha Indonesia atau mengontrak pemain abroad Timnas.

Di Asia selain mengundang Port FC juga mendatangkan juara Liga Thailand Buriram United yang diperkuat pemain Timnas Indonesia Shayne Pattynama. Alternatif lainnya, klub terbaik Malaysia Johor Darul Takzim (JDT) maupun klub asal Jepang Yokohama Marinos yang dibela Sandi Wals.

Jumlah peserta pun tidak lagi hanya enam klub, tapi bisa 8 atau 12 tim dengan dibagi menjadi tiga grup. Lalu, tempat pertandingan bukan lagi digelar di Jakarta dan Bandung, bisa diperlebar dengan menambah Kota Bali atau Surabaya.

Diyakini dengan total hadiah yang disediakan cukup menggiurkan –tahun ini saja menyiapkan total hadiah yang mencapai Rp11,8 miliar, sudah pasti klub luar negeri akan tertarik mengikutinya. Keuntungan didapat klub peserta tak hanya bisa mengikuti pra musim dalam uji coba timnya, mendapat hadiah cukup besar sambil rekreasi buat pemainnya ke obyek wisata menarik di Indonesia.

Kehadiran klub-klub diatas sudah pasti akan meningkatkan animo masyarakat untuk menyaksikan pemain kebanggaan Timnas maupun klub idolanya dan berdampak meningkatkan perekonomian khususnya pelaku UMKM.

Begitu juga pemain Indonesia bisa belajar secara langsung dengan klub-klub di Liga Eropa maupun Asia lainnya. Ujung-ujungnya akan menambahkan kepercayaan diri pemain lokal, karena sudah terbiasa menghadapi pemain klub Eropa dan Asia yang kualitasnya lebih bagus.

Namun, harus dibarengi klub-klub Liga Indonesia maupun pemain Liga All Star yang ikut di turnamen tersebut dipersiapkan lebih baik lagi, tidak hanya latihan sepekan tapi jauh-jauh hari.

Rekrutmen pemain di Liga All Stars diambil benar-benar yang terbaik dan lebih berkualitas di Super League sehingga mampu mengimbangi permainan klub-klub luar negeri.

Begitu juga klub Indonesia yang ikut meramaikan Piala Presiden tak bongkar pasang pemain, sehingga cukup kompak dan padu dalam permainan.

Keinginan Ketua Umum PSSI ingin menyajikan pertandingan menarik, kompetitif dan menghibur pecinta sepak bola Tanah Air bisa tersajikan.

Jangan Lupakan Piala Indonesia

Keberhasilan penyelenggaraan Piala Presiden diharapkan menjadi motivasi untuk menghidupkan kembali Turnamen Piala Indonesia yang telah tutup buku sejak tahun 2019 lalu.

Turnamen ini sangat dirindukan klub-klub di kasta kedua, ketiga dan keempat untuk merasakan atmosfer ketatnya persaingan kompetisi persepakbolaan di Indonesia.

Piala Indonesia merupakan simbol inklusi dalam dunia sepak bola nasional dan membuka peluang kejutan dan pertarungan tak terduga dari klub kecil.

Selain itu, Piala Indonesia merupakan ajang bagi pemain Liga 3 dan 4 di pelosok daerah untuk ajang unjuk kebolehan, sehingga bisa dilirik klub-klub besar Super League maupun Championship.

Lewat Piala Indonesia siapa tahu muncul pemain-pemain berbakat di Indonesia Timur yang selama ini terpendam seperti era Ramang, Ronny Pattinasarany (Makassar), Rully Neere, Adolf Kabo, Rochy Putiray, Boaz Solossa atau si kembar Yakob – Yance Sauri dan lain-lain.

Adanya kendala seperti diutarakan Ketua Umum PSSI Erick Thohir seperi jarak geografis dan padatnya jadwal nasional-internasional bisa dicari jalan keluar dengan menggelar home turnamen atau pembagian wilayah berdasarkan letak geografis.

Bisa juga yang diundang hanya peringkat 1-4 di Liga 3 dan 4 melawan klub-klub Liga 1 dan 2 dengan sistem home tournamen atau pembagian grup dengan jadwal pertandingan menyesuaikan situasi dan kondisi

Kita berharap di era kepemimpinan Ketua Umum PSSI Erick Thohir bukan hanya Timnas Indonesia bisa tampil di tingkat dunia, klub Liga 1 bisa bersaing di Asia juga kompetisi Liga tambah bagus, turnamen lebih berkualitas dan pemain lokal bisa berkembang serta bersaing dengan pemain diaspora untuk menjadikan sepakbola Indonesia terbang yang mendunia. Semoga itu bisa terwujud.

*) Syaiful Anwar merupakan wartawan Kalimantanpost.com dan menjabat Redaktur Pelaksana

Iklan
Iklan