BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kembali menegaskan perannya dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), ULM berkolaborasi dengan Kalsel Kreatif Forum (KKF) menyelenggarakan pelatihan digital bagi pelaku UMKM muda Kalimantan Selatan, mengangkat tema “Pemberdayaan Pemuda Kreatif Kalimantan Selatan melalui Optimalisasi Teknologi Digital untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha.”
Bertempat di Teater Mini Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM, sebanyak 60 pelaku usaha muda mengikuti rangkaian pelatihan intensif yang berlangsung selama 32 jam. Materi yang diberikan mencakup perencanaan bisnis, manajemen keuangan, analisis SWOT, pemasaran digital melalui media sosial dan marketplace, serta strategi branding dan teknik dasar SEO.
“Ini bukan sekadar pelatihan singkat. Kami membangun ekosistem digital UMKM yang berkelanjutan,” ujar Ketua Tim PKM ULM, Hendro Yulius Suryo Putro, M.Psi.
Pendekatan partisipatif menjadi kunci. Di tahap awal, tim menggelar FGD untuk menggali kebutuhan spesifik peserta. Hasilnya, materi disesuaikan dengan tantangan lapangan yang nyata. Pelatihan dilanjutkan dengan pendampingan intensif menggunakan platform KalselKreatif.id, mencakup optimalisasi etalase digital, pembuatan konten promosi, hingga manajemen kampanye daring.
Menurut narasumber bidang manajemen pemasaran, Dr. Nina Permata Sari, pelatihan ini sangat aplikatif. “Peserta langsung mempraktikkan materi di lapangan. Dampaknya langsung terlihat,” katanya.
Evaluasi melalui pre-test, post-test, dan wawancara mendalam menunjukkan peningkatan signifikan dalam kemampuan manajerial dan digital peserta. Modul pelatihan tematik juga telah disusun dan menjadi bahan publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi.
Salah satu peserta, Aisyah, perajin sasirangan dari Banjarmasin, merasakan manfaat besar. “Dulu hanya promosi dari mulut ke mulut. Sekarang saya bisa buat konten promosi sendiri dan sudah jualan di marketplace,” ucapnya antusias.
Namun, tantangan besar masih ada. Fluktuasi harga bahan baku dan ketiadaan standar harga jual jadi keluhan umum. Menanggapi ini, Akhsanul Rahmatullah, S.E., M.E., ahli pemberdayaan UMKM, menilai pentingnya pembentukan asosiasi pengrajin sasirangan. “Layaknya asosiasi batik di Jawa, asosiasi ini bisa menjadi kekuatan kolektif untuk mengatur harga, kualitas, dan menjaga keberlanjutan industri kreatif lokal,” ujarnya.
Ketua KKF, Farid Faturrahman, menilai program ini berhasil mentransformasi peserta secara nyata. “Kami berharap model ini direplikasi di kabupaten/kota lain di Kalsel,” katanya.
Program ini selaras dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi) serta tujuan 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur). Selain itu, juga mendukung pencapaian IKU 3 dan IKU 5 perguruan tinggi, serta Asta Cita pembangunan ekonomi lokal.
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, ULM dan KKF sukses menghadirkan model pemberdayaan UMKM digital yang adaptif, tangguh, dan relevan menghadapi tantangan zaman. (Fin/KPO-1)