Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Namimah, Perusak Persatuan

×

Namimah, Perusak Persatuan

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ade Hermawan
Pemerhati Kemasyarakatan

Namimah adalah dosa lisan yang sangat dicela dalam Al-Qur’an dan Hadist. Firman Allah, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari memnghambur fitnah” (QS. Al-Qalam : 10-11). Dan dalam sebuah hadist menyebutkan : “Tidak akan masuk syurga bagi tukang adu domba” (HR Al Bukhari).

Kalimantan Post

Menurut Imam An-Nawawi, namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan diantara mereka. Namimah adalah tindakan menyebarkan berita atau informasi, baik benar maupun tidak, dengan tujuan untuk memprovokasi permusuhan, konflik, atau perpecahan antara individu atau kelompok, dan pelakunya disebut Nammam.

Nammam memanfaatkan perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras, atau bahkan afiliasi politik, untuk menimbulkan perpecahan. Pihak-pihak yang memiliki motif tersembunyi akan dengan sengaja menyebarkan informasi yang salah, memutarbalikkan fakta, atau menciptakan narasi yang memojokkan satu kelompok untuk mengadu domba satu sama lain. Tujuannya adalah melemahkan kekuatan kolektif lawan agar mereka dapat lebih mudah mencapai tujuan pribadi atau kelompoknya.

Namimah dilakukan dengan menceritakan kembali apa yang telah dikatakan orang lain dengan tujuan merusak hubungan. Ini dapat melibatkan pemaparan rasa malu, membocorkan rahasia, atau menyebarkan informasi yang seharusnya tidak diketahui pihak lain, sehingga memicu rasa dendam atau kebencian. Kemudian, hasutan atau provokasi antar pihak yang berseberangan. Tujuannya adalah untuk membuat mereka bermusuhan atau saling bermusuhan. Dan, mengungkap sesuatu yang tidak diinginkan, baik itu pihak yang dibicarakan, pihak yang menerima berita, maupun pihak ketiga. Hal ini dapat dilakukan melalui ucapan, tulisan, gestur, atau isyarat.

Praktik namimah atau adu asah atau adu domba adalah racun yang secara perlahan tapi pasti merusak fondasi persatuan masyarakat dan bangsa. Meskipun seringkali tersembunyi di balik retorika manis atau isu-isu sepele, tujuannya selalu sama yaitu menciptakan perpecahan, dan menumbuhkan kebencian.

Dampak dari namimah sangat mengerikan. Ia bukan hanya memicu pertengkaran antarindividu atau antarkelompok, tetapi juga bisa berujung pada konflik sosial yang lebih besar, dan hilangnya rasa saling percaya. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang cerdas dan berakal, kita wajib mengenali taktik namimah dan menolaknya dengan tegas. Jangan mudah terprovokasi oleh isu-isu yang memecah belah. Selalu verifikasi informasi, berpikir kritis, dan utamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Ingatlah, kekuatan kita terletak pada persatuan. Jangan biarkan siapapun merusak persaudaraan yang telah kita bangun bersama.

Namimah sangat berbahaya karena merusak hubungan atau persaudaraan, menimbulkan konflik atau perpecahan, merusak reputasi atau kepercayaan, membawa dosa besar atau hukuman, dan mendorong perilaku tidak jujur atau fitnah. Namimah bertujuan untuk memecah belah dan menciptakan permusuhan. Dengan menyebarkan informasi (benar atau salah) yang dapat memicu kebencian, namimah dapat menghancurkan hubungan pertemanan, kekeluargaan, dan persaudaraan yang telah terjalin baik. Ini menciptakan ketidakpercayaan dan kecurigaan di antara individu atau kelompok.

Dampak paling nyata dari namimah adalah timbulnya konflik. Dari pertikaian kecil antarindividu hingga kerusuhan dan bahkan perang antar kelompok besar, namimah seringkali menjadi pemicu utama. Ini mengganggu keharmonisan dan stabilitas masyarakat, menciptakan suasana penuh ketidakamanan dan ketidaktenangan.

Bagi pelaku namimah, reputasi mereka akan hancur dan mereka akan kehilangan kepercayaan dari orang lain. Orang akan enggan berinteraksi atau berbagi informasi dengan mereka karena khawatir akan menjadi korban namimah selanjutnya. Mereka seringkali dianggap sebagai “berkepala dua” atau penjilat.

Dalam banyak ajaran agama Islam, namimah dianggap sebagai dosa besar. Ada banyak dalil yang melarang perbuatan ini dan mengancam pelakunya dengan azab di dunia maupun di akhirat. Misalnya, dalam Islam, pelaku namimah diancam tidak akan masuk surga dan bisa mendapatkan siksa kubur.

Baca Juga :  Pelatihan Wiramuda Kalsel: Dipoles Jadi Mandiri, Padahal Sistemnya Bikin Gantung Diri

Ciri-ciri nammam adalah Mereka sering bergosip atau menyebarkan cerita tentang orang lain, bahkan dengan menambahkan atau memutarbalikkan fakta, Mereka memilih kata-kata untuk memicu emosi negatif pada satu pihak terhadap pihak lain, meskipun masalahnya sepele, mereka mungkin tampak bersimpati atau mendukung, padahal di belakang mereka menyampaikan hal yang berbeda ke pihak lain, Mereka suka melihat orang lain bertikai dan bahkan berusaha memancing konflik, Mereka cenderung mencari kambing hitam atau pihak yang disalahkan untuk suatu masalah, Mereka selalu merasa benar dan sulit menerima bahwa diri mereka salah, Mereka sering membesar-besarkan masalah sepele menjadi persoalan besar yang memicu drama, Terkadang, namimah dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan, harta, atau kedudukan dan Didorong oleh hasad (iri dengki) dan kebencian.

Korban dari namimah adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran upaya perpecahan, permusuhan, dan konflik yang diprovokasi oleh nammam (pelaku namimah). Mereka adalah individu atau kelompok yang hubungannya dihancurkan, kepercayaan mereka dirusak, dan bahkan bisa mengalami kerugian fisik atau material akibat namimah. Dampak namimah bagi individu berupa Perpecahan dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. Merasa dikhianati, marah, atau sedih. Sulit percaya pada orang lain setelah menjadi korban namimah. Dan Jika fitnah disebarkan, nama baik bisa tercemar. Dan dampak namimah bagi Kelompok atau Masyarakat berupa Terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa atau komunitas, memicu tawuran, kerusuhan, bahkan perang saudara, Lingkungan menjadi tidak aman dan penuh prasangka.

Cara kerja nammam adalah mencari atau mendengarkan informasi, baik fakta maupun rumor, tentang individu atau kelompok lain. Informasi ini biasanya bersifat negatif, aib, kekurangan, atau pendapat yang tidak menyenangkan tentang pihak lain. Mereka mungkin mendekati orang yang berbeda untuk mendapatkan cerita atau keluhan masing-masing. Setelah mendapatkan informasi, nammam tidak langsung menyampaikannya apa adanya. Sebaliknya, mereka akan menambahkan bumbu, membuang konteks penting, atau mengubah fokus cerita untuk membuatnya lebih provokatif, dan Mengubah makna sebenarnya dari suatu ucapan atau kejadian. Nammam akan mendatangi salah satu pihak dan menyampaikan informasi negatif (yang sudah diputarbalikkan/dilebih-lebihkan) tentang pihak lain.

Mencegah namimah adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kepercayaan, baik dalam skala individu, keluarga, maupun masyarakat. Salah satu cara paling efektif adalah dengan tidak langsung mempercayai setiap perkataan negatif yang kita dengar tentang orang lain. Jika ada seseorang yang menyampaikan hal buruk tentang pihak ketiga, jangan langsung menelan mentah-mentah. Cari tahu kebenarannya dari sumber yang terpercaya atau langsung dari pihak yang dituduh .

Ketika seseorang mencoba mengadu domba dengan kita, dengarkan saja tanpa memberikan tanggapan atau memancing lebih jauh. Sampaikan bahwa Kita tidak tertarik pada pembicaraan semacam itu, Berhati-hatilah dalam berbicara atau menulis di media sosial. Pikirkan dampaknya sebelum memposting atau membagikan sesuatu yang bisa menyakiti atau memecah belah. Jika Kita memiliki masalah atau kesalahpahaman dengan seseorang, lebih baik bicarakan langsung dengan orang tersebut daripada melalui pihak ketiga. Ini mencegah manipulasi dan penambahan bumbu oleh pengnamimah. Ajak orang lain untuk mencari solusi bersama daripada terus-menerus membicarakan kekurangan orang lain. Ajaran agama sangat melarang namimah karena merusak akhlak dan hubungan sesama. Mengingat kembali ajaran ini bisa menjadi benteng yang kuat. Jika memungkinkan dan aman, berikan nasihat kepadanya untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Jika nasihat tidak mempan, batasi interaksi Kita dengan orang tersebut untuk melindungi diri dari pengaruh negatifnya. Dalam konteks organisasi atau lingkungan kerja, jika namimah sudah sangat merusak, laporkan nammam kepada pihak berwenang.

Baca Juga :  Membincang Pendidikan tanpa Biaya

Untuk menindak nammam, kita perlu melakukan serangkaian tindakan tegas yang bertujuan menghentikan perilaku tersebut dan memulihkan kerugian yang ditimbulkannya. Upaya penindakan ini bisa bervariasi tergantung pada konteks dan tingkat keparahan namimah. Ajak pelaku bicara empat mata. Jelaskan secara tenang bahwa Kita tahu apa yang mereka lakukan dan bagaimana dampaknya. Fokus pada perilaku, bukan menyerang pribadi mereka. Jika memungkinkan, ajak kedua belah pihak yang dinamimah untuk duduk bersama dan mengklarifikasi informasi. Ini seringkali menjadi cara paling efektif untuk membongkar kebohongan pengnamimah. Beri tahu pihak-pihak yang telah diadu domba tentang fakta yang sebenarnya. Jangan biarkan kebohongan atau kesalahpahaman terus beredar.

Di Indonesia, tindakan menyebarkan kebohongan atau informasi yang merusak reputasi seseorang dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) atau Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), terutama jika dilakukan melalui media elektronik. Jika Kita merasa sangat dirugikan, konsultasikan dengan pengacara untuk menilai apakah kasus kita memenuhi syarat untuk proses hukum.

Bahaya Jika Dilakukan Pemimpin

Dalam konteks kepemimpinan, namimah bukan hanya sekadar gosip biasa, melainkan racun mematikan yang bisa menghancurkan fondasi kepercayaan dan stabilitas dalam sebuah organisasi atau komunitas. Seorang pemimpin memegang amanah besar. Mereka adalah nahkoda yang menentukan arah, pengambil keputusan, dan panutan bagi banyak orang. Ketika seorang pemimpin terjerat dalam perilaku namimah, dampak negatifnya akan berlipat ganda dan merusak secara sistematis.

Kepercayaan adalah sesuatu paling berharga dalam kepemimpinan. Pemimpin yang suka mengadu domba akan kehilangan respek dan kepercayaan dari pengikutnya atau bawahannya. Bagaimana bisa orang percaya pada seseorang yang tega memecah belah. Namimah menumbuhkan kecurigaan, ketakutan, dan persaingan tidak sehat. Para pengikut akan saling curiga, enggan berkolaborasi, dan lebih fokus pada intrik daripada produktivitas. Lingkungan seperti ini sangat toksik dan tidak kondusif untuk pertumbuhan.

Pemimpin yang melakukan namimah secara sadar atau tidak telah menabur benih perpecahan. Ia memecah belah tim menjadi kubu-kubu yang saling berseteru, membuat tujuan bersama sulit dicapai karena energi terbuang untuk konflik internal. Solidaritas dan kekompakan tim akan hancur lebur. Sekali seorang pemimpin dicap sebagai pengadu domba, reputasinya akan tercoreng selamanya. Wibawanya runtuh, dan ia akan kehilangan pengaruh positif. Orang akan melihatnya sebagai sumber masalah, bukan solusi.

Ketika seorang pemimpin terbiasa menerima informasi dari namimah, pandangannya terhadap suatu masalah atau individu bisa menjadi bias. Keputusan yang diambil mungkin tidak didasari fakta objektif, melainkan emosi atau kepentingan kelompok tertentu yang ia dukung. Ini jelas merugikan organisasi secara keseluruhan.

Namimah seringkali menjadi pemicu awal konflik yang lebih besar. Dari sekadar membakar emosi satu atau dua orang, bisa menjalar menjadi permusuhan antar divisi atau bahkan konflik yang melibatkan banyak pihak. Seorang pemimpin sejati adalah pemersatu. Mereka berupaya menyatukan, bukan memecah belah. Mereka mendengarkan semua pihak, mencari titik temu, dan menyelesaikan masalah dengan bijak. Pemimpin yang efektif memahami bahwa kekuatan terbesar terletak pada persatuan dan kolaborasi.

Oleh karena itu, bagi setiap pemimpin, menjauhi namimah adalah suatu keharusan. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga fondasi utama untuk menciptakan lingkungan yang produktif, harmonis, dan maju. Mari kita pastikan bahwa pemimpin yang kita ikuti adalah pemimpin yang menyatukan, bukan yang memecah belah.

Iklan
Iklan