Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Lifestyle

Pemberian Donor ASI tak Bisa Sembarangan

×

Pemberian Donor ASI tak Bisa Sembarangan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250804 WA0004

JAKARTA, Kalimantanpost.com – Ketua Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Naomi Esthernita FD, SpA, Subsp Neo(K) membagikan edukasinya kepada masyarakat untuk memahami seluk beluk donasi Air Susu Ibu (ASI) agar prosedur pemberiannya dapat tepat sasaran dan tidak menimbulkan masalah.

Menurutnya pemberian susu dari donor ASI tidak bisa dilakukan secara sembarangan seperti hanya berbasis informasi di internet, dan baik penerima maupun pemberi ASI harus memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan.

Kalimantan Post

“WHO sendiri melarang adanya internet based donor ASI, karena donor ASI sebenarnya harus discreening dan jika sudah lolos screening itu pun harus dipasteurisasi. Karena di Indonesia belum ada Bank ASI, harusnya (donor ASI) dilakukan secara hospital-based,” kata dokter Naomi dalam webinar yang diselenggarakan IDAI, Minggu.

Dokter Naomi menegaskan, dalam pemberian susu dari donor ASI, penentuan bayi yang menerima ditentukan dari indikasi medis dan bukan dilakukan secara sembarangan.

Salah satu kondisi yang memungkinkan bayi menjadi penerima susu dari donor ASI adalah kondisi bayi prematur yang memiliki berat badan di bawah 1.500 gram.

“Pemberian asi donor itu ada indikasinya, terutama bayi prematur di bawah 1.500 gram yang ASI ibunya belum ada. Jadi bukan untuk ibu yang malas nyusuin dan akhirnya ibunya minta donor ASI aja deh,” katanya.

Selanjutnya dari sisi pendonor, dokter yang juga anggota American Breastfeeding Medicine itu menjelaskan pendonor ASI tentunya harus memastikan ASI untuk anaknya cukup berlebih dahulu baru diperbolehkan untuk melakukan donor ASI bagi bayi lainnya.

Apabila tidak cukup, tentunya ibu terkait tidak diperkenankan untuk menjadi donor ASI dan lebih baik berfokus memberikan ASI untuk tumbuh kembang anaknya.

Baca Juga :  Akibat Kebiasaan Duduk Lama, Banyak Remaja Alami Saraf Terjepit

Setelah memenuhi kriteria tersebut, setidaknya pendonor yang berkomitmen menjadi donor ASI harus menjalani sejumlah pemeriksaan untuk memastikan sang pendonor dalam keadaan sehat.

Beberapa pemeriksaan yang harus dijalani pendonor di antaranya pemeriksaan Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, CMV, dan sifilis.

“(Pendonor) harus discreening di Rumah Sakit terlebih dahulu, harus dilihat apakah oke? Kalau sudah oke baru susunya boleh diberikan dan itu harus dipasteurisasi,” dokter Naomi menjelaskan prosedur rinci yang perlu dijalani pendonor ASI.

Lebih lanjut, dokter Naomi menyebutkan memang kondisi di Indonesia belum tersedia bank ASI, meski begitu bagi masyarakat yang mencari informasi mengenai donor ASI saat ini menurutnya sudah ada beberapa rumah sakit yang memiliki unit donor ASI sehingga dapat dijadikan rujukan edukasi.

“Jadi kalau saat ini memang secara resmi yang namanya Bank ASI belum ada. Tapi di beberapa rumah sakit pendidikan itu sudah mulai membentuk unit ASI donor yang mengikuti alur tadi,” katanya. (Ant/KPO-3)

Iklan
Iklan