Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
HEADLINE

Praktisi Konservasi Jerman Kunjungi Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak Batola

×

Praktisi Konservasi Jerman Kunjungi Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak Batola

Sebarkan artikel ini
IMG 20250807 WA0004 e1754531105472

BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Dua praktisi konservasi alam dari Dresden, Jerman kunjungi Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Kedatangan Kristian Gackle dan Mareike Lauter disambut langsung oleh Dr Amalia Rezeki selaku founder sekaligus pengelola Stasiun Riset Bekantan, yang berfungsi sebagai sanctuari alami bekantan.

Kalimantan Post

Keduanya berkunjung ke Pulau Curiak dan mengapresiasi atas upaya penyelamatan bekantan dan kawasan stasiun riset yang khas serta alami, dimana suara burung sangat ramai.

IMG 20250807 WA0003 1

Kris sebutan akrab alumnus dari The University of Freiburg, Germany, mengatakan sangat terkesan dan kagum dengan upaya konservasi bekantan di Kalimantan Selatan yang dilakukan tim SBI bersama Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

“Bagi saya, ini tempat yang sangat penting, terutama untuk pendekatan anda, mengedukasi masyarakat, memiliki kawasan konservasi, dimana setiap satwa dapat hidup di tempatnya masing-masing, di habitat alaminya sendiri, itu sangat penting.
Anda tidak mengubah perilaku. Sangat penting apa yang telah kita lihat hari ini, begitu banyak burung, begitu banyak lebah, seperti seluruh area, tanamannya sangat penting, sangat bagus, terima kasih banyak. Terima kasih atas pekerjaan penting Anda “, kata Kris.

Sementara itu, Mareike merasa senang dapat bertemu langsung dengan Dr Amalia Rezeki, seorang biologist conservation dari ULM, yang mengelola sanctuari alami bekantan dikawasan pulau Curiak tersebut.

Mereka terlibat dalam pembicaraan serius tentang aksi konservasi yang menakjubkan. Selamatkan populasi bekantan dengan cara pulihkan habitatnya, dan bisa hidup secara harmoni.

Kedua tamu spesial tersebut, diajak Amel, nama akrab perempuan yang menyandang gelar doktor konservasi bekantan ini, mengelilingi area sanctuari dengan menggunakan perahu tradisional, untuk mengamati prilaku bekantan dialam liar, serta beragam satwa liar lainnya, seperti burung khas lahan basah, serta berdialog langsung dengan nelayan lokal yang peduli dengan konservasi bekantan.

Baca Juga :  Gempa Dangkal Delapan Kali Guncang Kalimantan pada Akhir Juli

Amel menjelaskan kepada tamunya, kawasan Stasiun Riset Bekantan saat ini telah diakui secara internasional, sebagai salah satu site situs Meratus UNESCO Global Geopark, sejak bulan Februari lalu. (ful/KPO-3)

Iklan
Iklan