BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Bagi banyak orang, debut di tim nasional mungkin hanya mimpi. Tapi bagi pemain sepakbola putri asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indira Fatima.
Cewek berusia 13 tahun ini dipercaya pelatih Timnas Putri Indonesia U-16 Timo Scheunemann bermain sebagai starter saat melawan Timor Leste di ASEAN U-16 Girls Championship 2025, 20 hingga 29 Agustus di Stadion Manahan dan Stadion Sriwedari, Solo.
Nama Indira Fatima pun menjadi perbincangan di Banua bahkan nasional, karena usianya baru 13 tahun mampu menembus Timnas U-16.
Namun, siapa sangka perjalanan Indira sebelum ke pentas sepakbola nasional bermula dari lapangan mini soccer? Ayahnya, Indra Syafruddin, mengenang awal mula bakat putrinya terlihat.
“Indira itu mulai latihan privat sejak kecil, karena di Banjarmasin tidak ada sekolah sepak bola putri, dia akhirnya sering main di tim anak laki-laki, itu yang bikin mentalnya kuat.” ceritanya.
Di usia belia, Indira terbiasa menghadapi lawan yang lebih tua, lebih besar, bahkan lebih keras. Tapi justru dari situlah ia belajar untuk berani, pantang menyerah, dan menemukan gaya bermainnya sendiri. “Teknik dasarnya bagus, itu yang selalu menolong dia, dari situlah rasa percaya dirinya tumbuh.” tambah sang ayah.
Langkah kakinya lalu membawanya jauh. Dari Palangkaraya, Solo hingga Jakarta, Indira mengikuti turnamen demi turnamen. Di Liga Topscore Jakarta, Indira bahkan empat kali terpilih sebagai pemain terbaik.
“Saya tidak pernah menyangka, tapi prestasi itu membuatnya percaya diri kalau dia memang bisa bersaing.” ucap Indra dengan nada bangga.
Saat seleksi timnas digelar, Indira kembali membuktikan diri. Dalam tiga hari, ia mencetak tiga gol dan satu assist. Dari 40 pemain, namanya bertahan hingga tersisa 19 orang. Malam itu di Solo, Indira berdiri di garis start mengenakan seragam Merah Putih, bukti bahwa kerja keras tak pernah mengkhianati hasil.
Meski begitu, dilema masih menyelimuti. Masa depan Indira harus dipikirkan dengan matang tetap di Banjarmasin atau pindah ke Bandung demi karier sepak bola yang lebih terarah.
“Kalau di sini liganya terbatas, tapi pindah berarti harus jauh dari orang tua, itu berat juga buat kami.” ungkap mantan pemain Pra PON Kalsel ini.
Bagaimanapun, sang ayah tak pernah berhenti menekankan satu hal bermain dengan bahagia. “Indira harus tetap gembira, jangan sampai merasa terbebani, karena kalau dia kehilangan kegembiraan, semangatnya bisa hilang.” tuturnya.
Dari lapangan sederhana melawan anak-anak lelaki hingga berseragam Timnas U-16, perjalanan Indira adalah kisah tentang keberanian, dukungan keluarga, dan mimpi yang terus dikejar. Sebuah bukti bahwa bakat dari daerah pun bisa bersinar di panggung internasional.
Indira yang dikenal cukup pendiam punya mimpi bisa menjadi pemain abroad seperti idolanya, striker Timnas Putri Indonesia Claudia Scheunemann yang memperkuat klub sepak bola putri Belanda, FC Utrecht. (nug/KPO-3)