BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Terdapat puluhan warga Tiongkok yang berperan dan terlibat langsung dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, terutama di daerah Kalimantan bagian selatan dan perjuangan pada masa revolusi fisik di Bumi Lambung Mangkurat tersebut.
Dalam catatan Sejarawan Kalsel, Dr Mansyur M.Hum, sedikitnya terdata 43 pejuang dari etnis Tionghoa yang terdata berjuang di masa revolusi fisik pada 1945-1949 di Kalsel.
Mansyur memaparkan, terdapat deretan pejuang dari kaum Tionghoa yang memegang peranan penting dan strategis dalam kemiliteran yang belum tercatat dalam tinta sejarah.
Nama-nama yang minim publikasi tapi memiliki andil yang besar melalui peran masing-masing dalam kemiliteran di Kalimantan bagian selatan.
“Diantara pejuang tersebut itu ada Joesoef Kesuma atau Jauw Kim Hwat yang berpangkat Sersan Mayor, menyandang jabatan bagian perlengkapan atau peralatan, Kesatuan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan,” ujar Mansyur.
“Atas jasanya dalam perjuangan gerilya pembelaan negara, beliau mendapatkan penghargaan Surat Tanda Djasa Pahlawan dari Presiden/Panglima tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia yang di tanda tangani Presiden Soekarno pada 10 November 1958,” sambungnya.
Menurut Mansyur, peluang warga keturunan Tionghoa menjadi tentara, juga tidak pernah tertutup atau ditutup. Seperti etnik lain di Indonesia, mereka memiliki hak sama. Sebab di dunia militer, baik tentara maupun polisi, tidak ada satupun aturan atau undang-undang yang menyebut larangan bagi suku atau ras tertentu menjadi anggotanya.
“Hal ini dapat kita buktikan dari Keterlibatan Keturunan Tionghoa, yang jelas terlihat di wilayah Kalimantan bagian selatan. Pada perang kemerdekaan 1945-1949 orang-orang Tionghoa Banjar yang telah memiliki nasionalisme terhadap Republik Indonesia ikut berjuang bersama-sama dengan rakyat Indonesia pribumi,” kata Mansyur.
“Mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda yang dilakukan baik melalui perjuangan fisik maupun diplomasi. Orang-orang Tionghoa Banjar tersebut ikut berperan dalam membantu perjuangan rakyat Indonesia baik berupa materi maupun tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” tambahnya.
Lebih lanjut, diceritakan Mansyur pada saat itu, untuk mempertahankan kemerdekaan, mereka juga membantu dalam mensupplai bahan-bahan makanan dan menyelundupkan senjata untuk keperluan para gerilyawan.
Selain itu yang memiliki keterampilan di bidang perbengkelan, dan mekanik, berperan dalam perbaikan dan perakitan persenjataan para pejuang.
:Memang terdapat perbedaan antara perjuangan kaum Tionghoa di Jawa dan di Banjarmasin. Kondisi di Pulau Jawa, sejumlah badan perjuangan juga didirikan masyarakat Tionghoa diberbagai tempat di Pulau Jawa,” ungkapnya.
Diantaranya Barisan Pemberontak Rakyat Tionghoa (BPRT), pasukan Matjan Poetih, serta badan perjuangan lainnya.
Sementara di Kalimantan bagian selatan, keterlibatan pejuang Tionghoa, umumnya terpusat di kesatuan ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.
“Keterlibatan etnis Tionghoa dalam revolusi fisik di Kalimantan bagian selatan didasari karena mereka merasa bagian dari rakyat Indonesia yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama untuk melawan sekutu dan mengusir penjajahan,” tutup Mansyur. (sfr/KPO-4).