BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Tim MangrovePreneurs Universitas Lambung Mangkurat (ULM) siap berkompetisi di ajang final Innovileague, yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia.
Tim MangrovePreneurs beranggotakan Lutfhi Nor Anshori, Muhammad Baihaqi, dan Rezky Amalia berhasil masuk 8 tim yang menjadi finalis, dari 482 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Mereka akan berkompetisi kembali di Auditorium FIKK Universitas Negeri Surabaya, Rabu (13/8/2025)
Sedangkan delapan finalis Innovileague lainnya, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Universitas Sumatera Utara, Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universita Indonesia (UI), Universitas Negeri Surabaya, Univerista Negeri
Gorontalo, dan Universitas Pendidikan Ganesha.
Ide atau gagasan dari Tim MangrovePreneurs ULM berjudul “Pemanfaatan Nektar Mangrove Air Tawar (Sonneratia Caseolaris) sebagai Generating Income di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tatah Makmur.
“Kita melihat potensi nektar rambai yang terbuang sia-sia, padahal bisa diolah menjadi madu berkualitas yang bisa membuka pintu usaha baru,” kata Ketua Tim MangrovePreneurs ULM, Rezky Amelia.
Untuk itu, MangrovePreneur menjadi sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat, inovasi produk lokal dan konservasi lingkungan, sehingga mengusung gagasan pemanfaatan nektar mangrove air tawar.
“Inovasi ini menggabungkan kajian ilmiah, potensi ekonomi lokal dan strategi pemberdayaan masyarakat,” tambahnya, yang berhasil memproduksi dan mengemas madu kelulut sebagai usaha masyarakat di Desa Mekarsari.
Sementara itu, anggota tim ULM, Lutfhi Nor Anshori dan Muhammad Baihaqi menjelaskan gagasan mereka yang bertumpu pada tiga pilar, yakni pemanfaatan sumber daya lokal yang unik khas ekosistem Desa Mekarsar dan integrasi teknologi pengolahan dan strategi pemasaran digital untuk membuka akses pasar hingga skala nasional.
Kemudian, pembentukan kelembgaan desa, berupa BUMDes untukmemastikan pemanfaatan ekonomi ini bersifat bersifat berkelanjutan, influsif dandirasakan seluruh lapaisan masyarakat.
“Manisnya madu kelulut dari rambai, bukan sekedar manis di lidah, tapi representasi manisnya masa depan ekonomi desa yang tumbuh dari potensi lokal dan inovasi berkelanjutan,” jelasnya. (lyn/KPO-4)