Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Banjarmasin

Wabul Sawi Festival Didukung Kemenkebud Gelar Workshop

×

Wabul Sawi Festival Didukung Kemenkebud Gelar Workshop

Sebarkan artikel ini
IMG 20250812 141831

BANJARBARU, Kalimantanpost.com –
Kementerian Kebudayaan RI lewat Direktorat Pengembangan Budaya Digital mendukung penuh kegiatan Workshop Budaya Digital dan Manajemen Wabul Sawi Festival yang digelar di Banjarbaru selama dua hari, Sabtu (9/8) dan Minggu (10/82025).

Nara sumber kegiatan Workshop Budaya Digital dan Manajemen kepada tim WBFest disampaikan
Aan Mansyur, salah satu pendiri dan penggagas, yang sekarang menjadi Direktur Makassar International Writers Festival” (MIWF).

Kalimantan Post

Aan tidak sendiri, turut bersamanya Ipa Chadijah, Social Media & Communication Spesialis MIWF.

Di hari pertama Aan membeberkan bagaimana mulanya event MIWF dibentuk dibentuk serta dijalankan sejak 2011 hingga sekarang dan menjadi salah satu festival sastra terbesar di Indonesia.

Diungkapkannya, MIWF lahir dari rahim Rumata’ Artspace, komunitas independen di Kota Makassar.

Dimotori Lily Yulianti Farid, seorang penulis, wartawan, dan akvitis (meninggal pada 9 Maret 2023), juga sutradara Riri Riza, serta Aan sebagai sastrawan muda dan pegiat budaya di kota Makassar lainnya.

Menurut Aan, MIWF mulai tercetus setelah Lily melihat berbagai festival sastra di Amsterdam, juga Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) Bali.

“Selain itu, gagasan festival ini juga dipicu dari kegelisahan kami terhadap gambaran kota Makassar di media nasional, terutama televisi pada tahun-tahun itu. Ada banyak berita kriminal yang memperlihatkan kekerasan di Makassar, seperti kerusuhan,” ujar Aan yang sekarang menjadi Direktur MIWF ini.

MIWF pun dibangun dengan gagasan yang lebih luas dan berdampak sosial, tidak hanya dengan mengusung sastra. “Meski memang sastra tetap menjadi basis utamanya,” kata penulis buku puisi “Melihat Api Bekerja” ini.

MIWF yang walau menonjolkan nama event sebagai festival sastra, namun program-program di dalamnya beragam. Selain sastra yang jadi menu acara utama, terdapat pula program lain seperti gastronomi, film, budaya, lingkungan, pertunjukan, serta diskusi-diskusi.

Baca Juga :  Rektor Dukung Tim ULM di Kompetisi Innovileague

“Hingga sekarang, nama MIWF sangat dikenal oleh masyarakat, bahkan menenggelamkan nama Rumata’ sebagai tempat berdirinya. Tiap tahun ribuan warga hadir ke acara. Dan perlahan, gambaran Makassar yang kasar, sering rusuh, semakin terkikis,” papar Aan.

IMG 20250812 WA0024

Menariknya lagi, semua program itu melibatkan ratusan relawan, baik yang datang dari komunitas, maupun pribadi. “Mereka tidak dibayar, hanya dipastikan dapat makan dan kaos,” jelas penyair gondrong ini.

Seperti diketahui, kini MIWF dikenal sebagai festival sastra terbesar di Indonesia timur. Dan di tahun 2020, festival ini mendapatkan penghargaan Internasional Excellence Awards di London Book Fair.

Secara umum Aan mengatakan, MIWF mengusung ide-ide berani dan kesadaran kolektif. ‘Kami membayangkan satu dunia yg bisa menampung banyak semesta. Tidak diskriminatif,” lugasnya.

Sementara pemateri hari kedua, Ipa Chadijah banyak menjelaskan bagaimana peran sosial media dalam mendukung kegiatan MIWF.

“Karena MIWF ini sudah dikenal luas, jadi fungsi sosmed bukan lagi promosi, melainkan memastikan logo-logo pihak yang tetlibat bisa termuat dan tepat waktu,” ujar Avi, panggilan akrabnya yang bergabung di MIWF baru mulai tahun 2024.

Perempuan lulusan komunikasi ini memiliki tim muda untuk mendesain flyer dan membuat kegiatan. Avi bertugas menerjemahkan bentuk visual dari kegiatan yang dikerjakan oleh rekan-rekannya.

“Di era digital sekarang ini, peran tim medsos sangat penting. Sebab melalui saluran medsos inilah setiap informasi bisa kita sampaikan,” jelasnya.

Direktur Wabul Sawi Festival, Hudan Nur, menjelaskan, workshop untuk tim internal MIWF ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sebuah event dijalankan.

“Dan yang terpenting, berangkat dari gagasan apa event itu diadakan. Inilah yang sedang siapkan Wabul Sawi Festival di Banjarbaru,” ucapnya.

WSFest direncanakan akan digelar pada September 2025 di Banjarbaru. “Semoga dari workshop ini, juga dengan mempelajari festival sastra lainnya, kita bisa mendapatkan gagasan sebuah festival yang akan menjadi identitas khas Banjarbaru sendiri,” tandas Hudan. (ful/KPO-3)

Baca Juga :  Komisi I DPRD Kalsel Tekankan Pentingnya Kegiatan SKPD Terukur

Iklan
Iklan