Banjarbaru, KP – Angka putus sekolah di Provinsi Kalsel masih tinggi.
Hal itu juga dibenarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel.
Meski tak merinci jumlah pasti, namun jumlah anak putus sekolah terdeteksi masih tinggi.
Beberapa faktor penyebab anak putus sekolah misalnya anak lebih memilih bekerja mencari uang dibandingkan sekolah.
Kemudian pernikahan dini, faktor kemiskinan, anak nakal, kasus bullying, faktor infrastruktur pendidikan dan banyak juga di antaranya pindah ke sekokah non formal seperti pondok pesantren sehingga terdata sebagai anak putus sekolah.
“Angka putus sekolah di Kalsel. Ini menjadi PR kita.
Penyebab paling banyak karena memilih bekerja,” jelas Kepala Disdikbud Kalsel, Galuh Tantri Narindra, Senin (29/9).
Pihaknya belum bisa membeberkan jumlah anak putus sekolah secara valid karena harus verifikasi data terlebih dulu.
Untuk menangggulangi persoalan ini menurut Galuh Tantri, perlu treatment (penanganan) yang berbeda beda karena alasan anak putus sekolah latar belakangnya bervariasi.
“Harus ada beberapa strategi penanganan karena penyebab anak putus sekolah masing – masing berbeda,” kata Tantri.
Menurut Tantri, sebagai upaya menanggulangi hal tersebut pihaknya akan menggalakkan kembali program sekolah paket.
Selain itu pihaknya akan bekerjasama dengan pondok pesantren agar bekerjasama dengan program paket.
Sehingga anak-anak mempunyai pilihan untuk mengejar sekolah formal.
Disdikbud Kalsel juga sedang menyusun program strategi lain yang tepat dalam penanganan anak putus sekolah.
“Namun langkah strategis baru bisa terlaksana pada 2026 dan itu dilaksanakan dengan kolaborasi bersama instansi terkait,” katanya.
Untuk saat ini, Disdikbud Kalsel sedang melakukan verifikasi data sehingga dapat diketahui jumlah dan alasan anak putus sekolah yang valid.
“Dengan database itu nanti kita akan menyusun strategi penanganannya sehingga program dilaksanakan tak secara sporadis, jadi masalah putus sekolahnya apa nanti treatment (penanganan) bagaimana,” kata Tantri.(mns/K-2)