BANJARBARU, Kalimantanpost.com – Salah satu terobosan Kalsel dalam mengatasi inflasi dengan program Padi Apung, sebagai solusi adaptif terhadap kondisi luasnya wilayah yang tergenang air hampir sepanjang tahun.
“Ini juga ikhtiar menjaga ketahanan pangan dan keterjangkauan harga beras bagi masyarakat banua,” kata Gubernur Kalsel, H Muhidin pada Gerakan Nasiional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Kalimantan 2025, Kamis (25/9/2025), di Banjarbaru.
Selain itu, juga terus mengembangkan haruan estate atau kampung gabus, yang bukan hanya berfungsi melestarikan ikan haruan sebagai kebanggaan banua, tetapi juga menjadi bagian penting dalam mendukung diversifikasi pangan lokal.
Muhidin mengungkapkan, padi apung dikembangkan di tiga kabupaten yang memiliki wilayah perairan luas, yakni Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara (HSU) dan Hulu Sungai Selatan (HSS).
“Padi apung ini menjamin Kalsel swasembada pangan, mengingat produktivitasnya cukup tinggi, berkisar 6-8 ton per hektar dengan jenis padi lokal maupun campuran,” jelasnya, didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel, Fadjar Majardi.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2025 berhasil meningkat sebesar 5,12% (yoy), yang tidak terlepas dari dukungan inflasi yang terkendali.
“Inflasi Indonesia pada Agustus 2025 tercatat sebesar 2,31% (yoy),
menurun dibanding bulan sebelumnya pada Juli 2025 sebesar 2,37
(yoy),” katanya.
Diungkapkan, capaian inflasi ini didukung realisasi inflasi inti yang stabil sebesar 2,17% (yoy), menunjukkan daya beli masyarakat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.
“Terkendalinya inflasi juga tidak terlepas dari kuatnya sinergi antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam
menjalankan bauran kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil,” ujarnya.
Ditambahkan, juga implementasi strategi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
“Berbagai upaya yang telah dilakukan, diantaranya telah dilaksanakan
Operasi Pasar atau Gerakan Pangan Murah untuk memastikan keterjangkauan harga komoditas pangan di masyarakat,” jelas Ferry Irawan.
Kemudian, penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) masih akan disalurkan sebesar 1,1 juta ton hingga akhir tahun untuk memastikan harga beras tetap stabil.
Untuk mendorong peningkatan produktivitas pertanian, akses pembiayaan melalui KUR sektor pertanian dan Kredit Usaha Alsintan akan terus dioptimalkan, agar dapat memperkuat permodalan petani.
Untuk menjaga daya beli masyarakat, sejumlah stimulus akan kembali diberikan hingga akhir tahun, diantaranya diskon transportasi periode Nataru serta bantuan pangan. (lyn/KPO-4)