Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Ketangguhan Anak Gaza Vs Duck Syndrome Generasi Muda

×

Ketangguhan Anak Gaza Vs Duck Syndrome Generasi Muda

Sebarkan artikel ini

Dari Gaza ke Kampus Dunia

Oleh : Bunda Khalis
Pemerhati Sosial Kemasyarakatan

Perang yang berlangsung di Gaza bukan sekadar konflik biasa, melainkan penindasan sistematis yang sangat tidak seimbang. Upaya penjajah untuk mengosongkan Gaza dilakukan dengan beragam cara: pengeboman pusat pendidikan, fasilitas kesehatan, masjid, bahkan tempat pengungsian, tidak terkecuali pembunuhan massal dan blokade suplai makanan yang menyebabkan kelaparan. Kondisi yang sudah buruk ini kian memburuk dari hari ke hari. Namun yang mengejutkan dunia, anak-anak Gaza tetap teguh. Mereka terus belajar, berprestasi, dan bercita-cita membangun masa depan di tanah mereka sendiri meski berada dalam ancaman maut setiap hari. Keteguhan ini kontras dengan fenomena yang terjadi di kampus-kampus di belahan dunia lain, yaitu duck syndrome sebagai istilah yang berasal dari Stanford University untuk menggambarkan mahasiswa yang tampak tenang di luar, tetapi di balik itu mereka tengah “mengayuh” keras di bawah tekanan besar. Fenomena ini juga menjalar ke kampus-kampus di seluruh dunia, termasuk Indonesia, di mana mahasisw
a berupaya memenuhi ekspektasi tinggi dari diri sendiri, orang tua, dan lingkungan hingga menanggung stres berat.

Kalimantan Post

Di Gaza, pembentukan generasi penjaga Masjid Al Aqsa tetap dilakukan meski peluru dan bom berjatuhan. Para remaja, orang tua, bahkan kakek-nenek berperan sebagai guru, mentor, sekaligus pengasuh yang mendidik anak-anak agar berkepribadian Islam. Pendidikan Qur’ani menjadi fondasi utama yang membentuk generasi tangguh penjaga Al Aqsa. Anak-anak Gaza memahami sejak kecil bahwa jihad terbesar bukan hanya di medan perang tetapi juga menjaga ilmu, iman, dan peradaban. Banyak dari mereka berhasil menyelesaikan pendidikan tanpa didampingi orang tua yang telah syahid, membuktikan bahwa perang bukan alasan untuk berhenti belajar. Keteguhan ini menunjukkan betapa besar peran iman dan pendidikan berbasis syariat dalam mencetak pribadi yang kokoh meski dalam situasi paling sulit.

Baca Juga :  Inspirasi Ketangguhan Generasi Gaza di Tengah Kondisi Perang Vs Fenomena Duck Syndrome Kaum Muda

Sebaliknya, mahasiswa di negeri-negeri kapitalis sering terjebak tuntutan perfeksionisme yang tidak manusiawi. Tuntutan akademik, gaya hidup konsumtif, hingga tekanan sosial membuat generasi muda terperangkap dalam lingkaran stres dan kehilangan arah. Lemah iman, kurang pemahaman tentang hakikat hidup, rendahnya kesadaran politik, dan tidak memahami prioritas amal menambah kerentanan mereka. Sistem sekuler kapitalisme melahirkan krisis multidimensi yang tak bisa diatasi secara individual, sehingga duck syndrome menjadi fenomena yang wajar tetapi memprihatinkan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa paradigma hidup yang mendasari masyarakat memiliki dampak besar pada ketangguhan generasi mudanya.

Situasi Gaza mengajarkan kita bahwa dibutuhkan penyatuan kekuatan kaum Muslimin untuk mengakhiri penjajahan Zionis-AS. Perang tak akan selesai hanya dengan simpati; dibutuhkan perjuangan politik dan komando jihad kolektif untuk mengembalikan kemuliaan Islam. Anak-anak Gaza berhak merasakan kembali kehidupan yang indah dalam naungan syariat Islam. Karena itu perlu ada upaya serius menegakkan sistem Islam yang menjamin keadilan dan kesejahteraan hidup, baik bagi anak-anak Gaza maupun generasi muda di seluruh dunia. Ketangguhan anak-anak Gaza seharusnya menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang mengalami duck syndrome. Mereka menunjukkan bahwa iman yang kokoh dan pendidikan berbasis syariat mampu mencetak pribadi yang tangguh, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun.

Pemuda muslim perlu kembali memahami identitasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Standar kapitalisme yang perfeksionis justru membuat stres, merusak, dan menjerumuskan. Dengan pemahaman Islam, mereka dapat mengatur prioritas amal, mengukur kesuksesan bukan dengan materi, tetapi dengan keberkahan dan ridha Allah. Semua ini membutuhkan penyadaran politik di kalangan pemuda Muslim agar mereka memahami bahwa krisis multidimensi, termasuk penjajahan Palestina, hanya bisa diselesaikan dengan perubahan sistemik menuju penerapan syariat Islam secara kaffah. Dalam sirah Rasulullah ? kita belajar bagaimana para pemuda menjadi motor perubahan besar. Mus’ab bin Umair RA, misalnya, rela meninggalkan kemewahan hidup demi membina generasi baru di Madinah; Umar bin Khattab RA memimpin dengan kesederhanaan dan ketegasan menegakkan keadilan; para sahabat dan tabi’in menjadikan iman sebagai penyangga utama dalam menghadapi tekanan hidup. Teladan ini menunjukkan bahwa pemuda beriman dengan visi politik Islam mamp
u menjadi penggerak perubahan global, meski menghadapi tekanan berat.

Baca Juga :  KEMERDEKAAN PALESTINA

Generasi Gaza telah menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya sabar, tegar, dan visioner meski dalam kondisi terburuk. Fenomena duck syndrome yang melanda mahasiswa dunia adalah cermin rapuhnya sistem kapitalisme yang menuntut perfeksionisme tanpa arah spiritual. Sudah saatnya pemuda Muslim menjadikan ketangguhan Gaza sebagai inspirasi, lalu bergerak memperjuangkan perubahan sistem menuju penerapan Islam kaffah. Dengan itu, generasi Muslim akan bangkit, bebas dari tekanan batin, dan siap memimpin perubahan global.

Iklan
Iklan