BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kota Banjarmasin dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-499 Kota Banjarmasin terasa semakin bermakna saat Muhammad Isnaini membacakan sejarah singkat lahirnya kota seribu sungai. Momen itu mengajak hadirin menengok jejak panjang perjalanan Banjarmasin sejak abad ke-16.
Dalam pembacaan tersebut, Isnaini menjelaskan dulu wilayah ini dikenal sebagai Bandarmasih, atau kampung Oloh Masih (Kampung Melayu). Seiring waktu, penyebutan berubah menjadi Banjarmasin karena kesulitan lidah Belanda melafalkannya. Bahkan pada abad ke-17, surat-surat resmi Belanda masih mencatat nama Bandarmasih.
Bandarmasih menjadi pusat berdirinya keraton yang dipimpin oleh para patih, hingga akhirnya Pangeran Samudera diangkat sebagai raja. Kampung Keraton yang ada hingga kini menjadi saksi sejarah dengan jejak makam raja-raja Banjar pertama.
Sejarah juga mencatat pertempuran besar di Sungai Alalak antara Pangeran Temenggung dan Pangeran Samudera. Kekalahan Temenggung membuka jalan bagi aliansi dengan Kesultanan Demak. Namun, bantuan Demak datang dengan syarat: rakyat Banjar harus memeluk Islam. Pangeran Samudera menerima syarat itu, dan islamisasi pun dimulai tak lama kemudian.
Momentum bersejarah terjadi pada 6 September 1526 ketika persiapan perang dilancarkan, dan kurang dari 40 hari kemudian, Pangeran Samudera berhasil meraih kemenangan gemilang. Puncaknya pada 24 September 1526, regalia kerajaan diserahkan kepadanya, menandai lahirnya dinasti baru.
Isnaini menuturkan, pertempuran itu bukan sekadar adu kekuatan, tetapi simbol perubahan besar. Enam raja yang sebelumnya beragama Siwa pun akhirnya masuk Islam. Bahkan, Pangeran Temenggung memilih mengakui keponakannya dan menyerahkan legitimasi kerajaan dengan penuh keikhlasan.
Tanggal 24 September 1526 yang jatuh pada hari Sabtu kemudian ditetapkan sebagai hari kemenangan Pangeran Samudera sekaligus awal berdirinya dinasti Kerajaan Banjar. Dari titik inilah, cikal bakal Kota Banjarmasin lahir dan berkembang hingga kini.
Pembacaan sejarah tersebut membuat rapat paripurna istimewa terasa semakin khidmat. Hadirin seakan diajak merenungi kembali akar identitas kota, yang kini berusia 499 tahun. Sejarah panjang inilah yang menjadi pondasi semangat Gawi Sabumi untuk membawa Banjarmasin menuju masa depan yang lebih maju dan sejahtera. (nug/KPO-1)