Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
HEADLINE

Rektor ULM Sampaikan Gagasan Ketimpangan Ekonomi pada Simposium Nasional Kependudukan 2025

×

Rektor ULM Sampaikan Gagasan Ketimpangan Ekonomi pada Simposium Nasional Kependudukan 2025

Sebarkan artikel ini
IMG 20250919 WA00091
KETIMPANGAN EKONOMI - Rektor ULM Prof Dr Ahmad Alim Bachri saat memaparkan ketimpangan ekonomi pada Simposium Nasional Kependudukan 2025, di Padang. (Kalimantanpost.com/repro humas ULM).

PADANG, Kalimantanpost.com – Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Dr Ahmad Alim Bachri berperan aktif dalam Simposium Nasional Kependudukan 2025, yang digelar di Universitas Negeri Padang pada Kamis (11/9/2025).

Kegiatan ini merupakan kerja sama Universitas Negeri Padang dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, menghadirkan 15 rektor dari berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Kalimantan Post

Rektor ULM, Prof Ahmad tampil sebagai pembicara pada sesi ketiga bersama rektor Universitas Lampung, Universitas Malikussaleh Aceh, Universitas Sriwijaya, dan Universitas Sebelas Maret.

Prof. Ahmad membawakan materi berjudul “Gini Ratio di Balik Angka Ketidakmerataan Ekonomi Indonesia: Peluang dan Tantangan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Emas 2045”.

Menurut Prof Ahmad, bonus demografi yang tengah dihadapi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari risiko ketimpangan ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak otomatis menjamin pemerataan kesejahteraan,” katanya.

“Tantangan utama pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memastikan ekonomi tumbuh inklusif, agar manfaatnya bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa visi Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai jika pemerintah, akademisi, dan masyarakat bersinergi. Visi tersebut mencakup terwujudnya kedaulatan politik, ketangguhan ekonomi, serta identitas budaya dan maritim yang kuat.

Lebih lanjut, Prof Ahmad menguraikan bahwa kebijakan pemerintah memegang peran penting dalam mengurangi ketimpangan.

Beberapa sektor yang perlu diperkuat meliputi perlindungan dan transformasi sosial, pemberdayaan ekonomi, serta tata kelola pemerintahan yang lebih inklusif.

Di akhir pemaparannya, Prof. Ahmad memberikan tujuh rekomendasi kebijakan, di antaranya:

  • Investasi besar pada pembangunan manusia melalui pendidikan dan kesehatan.
  • Penguatan ketahanan keluarga sebagai unit sosial-ekonomi.
  • Pemerataan pembangunan antarwilayah agar tidak terpusat di daerah tertentu.
  • Peningkatan investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja serta pemerataan akses kepemilikan lahan dan hak intelektual.
  • Perluasan program padat karya produktif, pelatihan vokasi berbasis kebutuhan lokal, dan dukungan UMKM.
  • Reformasi kebijakan bantuan sosial agar lebih integratif, adaptif, dan transformatif.
  • Kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan berkeadilan.
Baca Juga :  Hadirkan 90 Inovasi Unggulan Banua

Simposium ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran gagasan antar pemangku kepentingan, tetapi juga forum strategis untuk memperkuat kerja sama dengan seratus perguruan tinggi negeri di Indonesia, dalam upaya membangun penduduk berkualitas, keluarga tangguh, dan ekonomi inklusif bagi masa depan bangsa. (lyn/KPO-4).

Iklan
Iklan