Banjarmasin, KP – Sungai Martapura siang itu penuh warna. Perahu-perahu kecil khas Banjar, jukung, beradu cepat di permukaan air, sementara tepian sungai sesak oleh penonton yang bersorak penuh semangat. Namun ada satu momen yang membuat suasana semakin riuh: Wali Kota Banjarmasin, H. Muhammad Yamin HR, ikut turun ke sungai, mengayuh jukung bersama para peserta lomba.
Bukan pemandangan biasa melihat seorang wali kota duduk di perahu tradisional, membaur bersama warga. Dengan senyum lepas, Yamin melambaikan tangan ke arah penonton, lalu memegang dayung dan mengayuhnya dengan sungguh-sungguh. Sorakan warga pun pecah, seakan menegaskan bahwa pemimpin mereka bukan hanya hadir sebagai tamu kehormatan, tetapi benar-benar menjadi bagian dari perayaan.
“Lomba ini bukan hanya tentang siapa yang paling cepat, tapi tentang bagaimana kita menjaga kebersamaan dan tradisi sungai kita. Saya ingin merasakan langsung bagaimana perjuangan para peserta, sekaligus berbagi semangat dengan warga,” ucap Yamin setelah turun dari jukung, wajahnya masih basah oleh cipratan air.
Gestur sederhana itu meninggalkan kesan mendalam. Banyak warga yang kagum sekaligus terhibur. “Jarang-jarang ada wali kota mau turun langsung ke jukung, biasanya kan cuma nonton dari panggung. Ini baru namanya merakyat,” ujar Suriansyah, salah seorang penonton yang menonton dari atas kapal wisata bersama keluarganya.
Di balik kemeriahan lomba Jukung Balap Baanam yang diikuti 64 peserta, kehadiran Yamin memberi nuansa berbeda. Ia tidak hanya membuka acara secara seremonial, tetapi juga menunjukkan bahwa tradisi sungai bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari identitas yang perlu dirasakan dan dirawat bersama.
“Jukung bukan hanya alat transportasi, tapi simbol kehidupan orang Banjar. Tradisi ini harus tetap kita jaga agar tidak hilang,” tegasnya.
Di tepian siring Balai Kota, anak-anak bersorak memanggil namanya, sementara para pedagang kecil tersenyum melihat keramaian yang membawa rezeki. Semua terasa dekat, tanpa jarak antara pemimpin dan warganya.
Hari itu, Sungai Martapura tidak hanya menjadi arena lomba, tapi juga saksi bagaimana seorang wali kota berusaha merangkul warganya lewat cara paling sederhana: ikut mengayuh jukung, sama seperti mereka. (Sfr/K-3)