Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

MENGAPA BELUM MERDEKA

×

MENGAPA BELUM MERDEKA

Sebarkan artikel ini
andi nurdin lamudin1. FOTO SALAM
andi nurdin lamudin

Oleh : ANDI NURDIN LAMUDIN

Jika melihat berita mengenai perkembangan Palestina, CNBC Indonesia menjelaskan jika Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada Jumat (12/9/2025) di Markas Besar PBB, New York mengadopsi resolusi penting terkait konflik Israel-Palestina. Sebanyak 142 negara memberikan suara setuju, 10 negara menolak, dan 12 negara memilih abstain. Resolusi menegaskan kembali penolakan internasional terhadap pembangunan permukiman ilegal Israel di Tepi Barat, yang dianggap menghambat prospek terbentuknya negara Palestina merdeka. Dimana deklarasi itu disponsori oleh Perancis dan dunia Arab, serta negara-negara berkembang. Sementara itu dilain pihak, Israel dan dan AS termasuk 10 negara yang menolak resolusi tersebut. PM Israel Benyamin Netanyahu sehari sebelumnya menegaskan, “tidak akan pernah ada negara Palestina”, sembari mengumumkan proyek pembangunan jalur cepat di wilayah E1, Tepi Barat.

Kalimantan Post

Negara yang menolak atau merupakan koalisi tidak setuju akan adanya Palestina adalah : Argentina, Hungaria, Mikronesia, Nauru, Palau, Papua Nugini, Paraguay, Tonga, Amerika Serikat, Israel. Sementara itu yang abstain adalah Albania, Ceko, Kamerun, Ekuador, Ethiopia, Fiji, Samoa, Guatemala, Makedonia Utara, Moldova, Sudan Selatan, dan Kongo.

Dengan demikian, jika melihat yang mempunya hak veto adalah berbanding 4-1, dmana satu adalah negara AS. Maka sudah sepatutnya perbandingan itu memperlihatkan mayoritas negara atau manusia di dunia setuju jika Palestina merdeka. Kemudian jika demikian apalagi yang diinginkan oleh Israel dengan dukungan AS itu untuk melawan kehendak dunia dan dunia rasional. Jelas sekali jika itu hanyalah kepentingan yang tidak mendasar, serta ingin melepaskan diri dari sejarah nyata. Jika sebenarnya Israel tidak punya negara. Punya negara karena bantuan negara-negara Eropa di masa lalu saja. Namun setelah perkembangannya, eksistensi Israel ternyata tidak mendapat dukungan dari negara-negara di dunia ini.

Baca Juga :  Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Riwayatmu Kini

Namun pada dasarnya pada keadaan pada negara dan Islam, serta ummat Islam berbeda-beda. Pada kajian agama Islam, “Orang-orang Yahudi dan Kristen tidak akan senang kepada kamu (umat Islam) sehingga kamu mengikuti agama mereka”. (QS. Al-Baqarah : 120). Pengertian ayat ini menurut Ahmad Musthafa al Maraghi dalam tafsirnya menyatakan bahwa, orang-orang Yahudi dan Kristen tidak akan senang sampai kapanpun kepada umat Islam, kecuali kamu muslimin menganut agama mereka”. (Ahmad Musthafa al Maraghy, 1971:203-204)

Mengenai konstelasi Al-Qur’an mengenai surat Al-Baqarah 120 itu dibenarkan dalam sejarah. Sebagaimana diungkapkan oleh Kristen Eropa Robert E Speer dengan ucapan, pilihan umat Islam pada Tuhan bukan pada Muhammad atau Yesus, bukan Yesus hidup atau mati. Penyerahan diri kepada Yang Maha Esa, yang menyebabkan manusia bisa hidup dan merdeka. Bukan pada Yesus. Pada kenyataannya,surat surat seperti Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubat, Al-Hajj, serta banyak hadist yang Al-Qur’an diturunkan di Madinah, setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dan mendirikan negara Islam.Maka oleh karena itu tanggapan Barat,seperti Samuel T Huntington yang menulis dalam bukunya The “Clash of Civilization and The Remarking of World Order” 1996, menyatakan, secara historis, pertarungan yang paling melelahkan antara peradaban ini terjadi antara Barat melawan Islam. Semenjak abad VII Masehi, tepatnya semenjak kedatangan Islam telah terjadi pertarungan yang terus menerus antara Barat melawan Islam.

Iklan
Iklan