Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Microlearning : Sumpah Pemuda Di Ujung Jari

×

Microlearning : Sumpah Pemuda Di Ujung Jari

Sebarkan artikel ini

Micr(Momentum Hari Sumpah Pemuda 2025)

Oleh : Ahmad Syawqi
Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin

Setiap 28 Oktober, kita mengenang api semangat Sumpah Pemuda 1928 yang menyatukan anak bangsa dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Kini, di 2025, semangat yang sama membutuhkan perwujudan baru di ruang yang berbeda yaitu dunia digital. Jika dulu pemuda bersumpah untuk bersatu melawan penjajahan fisik, tantangan hari ini adalah “penjajahan algoritma” banjir informasi, disinformasi, dan budaya instan yang menggerus daya kritis. Dalam konteks inilah microlearning sebagai metode belajar dengan materi singkat 3-10 menit muncul bukan sekadar tren, melainkan senjata strategis pemuda untuk bertahan dan unggul.

Kalimantan Post

Menjawab Tantangan Zaman

Microlearning bukan sekadar belajar dalam potongan kecil. Ia adalah respons cerdas terhadap realitas baru di mana perhatian manusia adalah aset terbatas. Data menunjukkan, penggunaan platform microlearning telah meledak 700% sejak 2019. Hal ini selaras dengan fakta bahwa Gen Z, yang akan menjadi seperempat angkatan kerja global di 2025, secara alami lebih nyaman dengan konten singkat dan visual, persis seperti yang mereka temui di TikTok dan Instagram Reels.

Efektivitasnya pun tak main-main. Studi membuktikan microlearning meningkatkan retensi memori hingga 50% dibanding metode tradisional. Yang lebih mencengangkan, 83% karyawan menyelesaikan modul microlearning 10 menit, sementara hanya 20-30% yang menyelesaikan kursus e-learning konvensional. Ini membuktikan bahwa dalam dunia yang serba cepat, microlearning menjawab kebutuhan akan pembelajaran yang “pas dan persis” tepat sasaran, tepat waktu, dan langsung aplikatif.

Perekat Nasionalisme Digital

Tema Hari Sumpah Pemuda 2025, “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”, menemukan momentumnya dalam praktik microlearning. Semangat ini tentunya dapat diwujudkan dengan tiga cara: pertama, Bahasa Persatuan di Ruang Digital. Microlearning memungkinkan materi belajar berkualitas dari keterampilan coding hingga kewirausahaan yang didistribusikan dalam bahasa Indonesia yang baik dan mudah dipahami, melampaui batas geografis dan sosial. Seperti Sumpah Pemuda 1928 yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai pemersatu, microlearning dapat menjadi medium untuk menyebarkan ilmu dan mencerdaskan bangsa dengan bahasa yang satu. Kedua, Membangun Kedaulatan Pengetahuan. Dengan microlearning, pemuda di Sorong hingga Sabang dapat mengakses konten bermutu yang dikurasi sesuai konteks lokal. Ini adalah bentuk kedaulatan digital, di mana kita tak lagi sekadar konsumen pengetahuan global, tetapi juga produsen dan kurator aktif untuk kebutuhan bangsa sendiri. Platform seperti SPADA Indonesia dari Kemendikbudristek adalah fondasi yang dapat diperkuat dengan konten-konten microlearning.

Baca Juga :  PERDAMAIAN

Ketiga, Gotong Royong Ilmu Pengetahuan. Microlearning mendorong ekosistem berbagi pengetahuan yang inklusif. Seorang ahli batik di Pekalongan dapat membagikan ilmunya dalam video 5 menit, sementara programmer di Bandung dapat membuat tutorial singkat pemrograman. Inilah Sumpah Pemuda modern bersatu melalui kolaborasi dan berbagi ilmu untuk memajukan bangsa.

Agar microlearning menjadi gerakan nasional yang mengakar, diperlukan langkah sistematis melalui integrasi dengan kebijakan pendidikan. Pemerintah dapat memimpin dengan mengintegrasikan microlearning ke dalam platform pembelajaran nasional seperti SPADA Indonesia. Materi pelengkap kurikulum, pelatihan guru, dan modul keterampilan hidup dapat dikemas dalam format microlearning, membuat belajar lebih menarik dan mudah diakses, bahkan oleh 3,9 juta anak yang masih putus sekolah.

Selain itu peran sektor swasta dan komunitas yang memegang peran penting dalam membantu suskesnya microlearning. Perusahaan teknologi dan startup edutech didorong untuk mengembangkan platform microlearning berbahasa Indonesia yang terjangkau. Komunitas pemuda dapat menjadi ujung tombak dengan menciptakan “bank konten microlearning” tentang kearifan lokal, kewirausahaan, dan literasi digital. Harapannya kedepan microlearning bisa menjadi pembelajaran seumur hidup yang terjangkau menjadi jantung dari pembelajaran sepanjang hayat. Dengan biaya pengembangan 50% lebih murah dan kecepatan produksi 3x lebih cepat daripada kursus tradisional, microlearning menjadi solusi tepat untuk terus meng-upgrade keterampilan pemuda Indonesia di tengas perubahan dunia kerja yang dinamis.

Berharap microlearning bukan tentang memecah pengetahuan, tapi tentang menjadikannya lebih mudah dicerna, diterima, dan diterapkan. Ia adalah alat untuk mewujudkan semangat Sumpah Pemuda di abad digital, menjadi alat untuk bersatu dalam belajar, bangkit dalam berkarya, dan tumbuh bersama sebagai satu bangsa.

Mari jadikan momen Sumpah Pemuda 2025 sebagai titik tolak. Di tangan 60 juta lebih pemuda Indonesia, ponsel bukan sekadar untuk hiburan, melainkan menjadi “sanggar pembelajaran digital” yang selalu terbuka. Dengan microlearning, kita buktikan bahwa semangat “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” tetap hidup dan relevan, diwujudkan melalui komitmen bersama untuk tak pernah berhenti belajar dan berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.

Iklan
Iklan