BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Budaya patriarki yang masih kuat di masyarakat menjadi salah satu penghambat utama perempuan untuk tampil sebagai pemimpin, termasuk di dunia media. Pekerjaan di sektor ini dikenal padat, menuntut waktu tanpa batas, dan penuh tekanan, sehingga perempuan seringkali dihadapkan pada dilema antara tanggung jawab keluarga dan karier.
Ketua Tim Perencana dan Pengendali Berita TVRI Kalimantan Selatan, Dr Ratna Sari Dewi, mengungkapkan hal tersebut dalam kegiatan She is Red, Workshop Kepemimpinan dan Pemberdayaan bagi Perempuan yang digelar Taruna Merah Putih Kalimantan Selatan di Banjarmasin, Jumat (7/11/2025).
Menurut Dewi, hasil penelitian Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) pada 2021 terhadap lebih dari 200 jurnalis perempuan menunjukkan selain terhambat budaya patriarki, mereka juga menghadapi stigma negatif. Banyak yang masih beranggapan ketika jurnalis perempuan menikah, produktivitas mereka akan menurun dan sulit mengatur waktu. Kondisi ini membuat pemilik media lebih cenderung memilih pria untuk posisi strategis.
“Padahal secara kemampuan, perempuan dan pria itu sama, bahkan karena kemampuan multitasking-nya, pemimpin perempuan bisa bekerja lebih cepat dan efisien,” ujar Dewi.
Dewi juga menyinggung hasil penelitiannya tentang representasi anggota dewan perempuan di media massa. Ia menemukan kemunculan narasumber perempuan, khususnya anggota DPRD, masih minim. Bukan karena media tidak memberi ruang, melainkan karena para anggota dewan perempuan sendiri sering memilih untuk menghindari media.
“Tapi penelitian ini dilakukan tahun 2010, semoga kondisinya sudah berbeda sekarang,” katanya.
Ia menekankan pentingnya bagi perempuan untuk terus mengasah kemampuan diri dan mematahkan stigma negatif terhadap kepemimpinan perempuan.
“Saling dukung antarperempuan juga harus nyata, bukan sekadar jargon,” tegasnya.
Dewi menilai, jumlah pemimpin perempuan di media masih jauh dari seimbang. Di tingkat nasional, nama seperti Najwa Shihab, Rosiana Silalahi, dan Uni Lubis menjadi contoh pemimpin redaksi perempuan yang menonjol. Namun di Kalimantan Selatan, dari lebih 200 media cetak, elektronik, dan online, serta hampir 700 jurnalis yang telah mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW), hanya segelintir perempuan yang menempati posisi penting.
Beberapa di antaranya adalah Hj Sunarti dari Kalimantan Post, Elsa Pratiwi dari Kalsel Maju, Erna Djedi, dan Ratna Sari Dewi sendiri dari TVRI Kalimantan Selatan. (nug/KPO-3)














