Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Mencintai dan Menggembirakan Hati Rasulullah

×

Mencintai dan Menggembirakan Hati Rasulullah

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ade Hermawan
Dosen Universitas Borneo Lestari

Rasulullah (Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam) sangat mencintai umatnya. Cinta beliau kepada kita, umatnya, jauh melebihi cinta seorang ayah kepada anaknya. Cinta ini adalah cinta yang universal, mendalam, dan tak lekang oleh waktu.

Kalimantan Post

Cinta Rasulullah kepada umatnya terwujud dalam banyak hal, baik dalam ucapan, tindakan, maupun doa-doa beliau. Sejak awal kenabian hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah berhenti memikirkan umatnya. Salah satu buktinya adalah doa-doa beliau yang selalu berisi permohonan ampunan dan keselamatan bagi umatnya. Beliau pernah menunda penggunaan satu doa mustajabnya dan menyimpannya khusus untuk hari kiamat sebagai syafaat (pertolongan) bagi umatnya. Ini adalah bukti cinta terbesar yang tak terhingga.

Al-Qur’an sendiri mengabadikan betapa besarnya cinta beliau. Allah SWT berfirman, “Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128). Ayat ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak tega melihat umatnya menderita, baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah selalu memilih cara yang paling mudah dalam menyampaikan ajaran. Beliau tidak pernah membebani umatnya dengan hal-hal yang memberatkan. Misalnya, beliau menyarankan untuk salat sunah di rumah agar lebih khusyuk, atau memberi keringanan bagi musafir yang boleh mengqasar dan menjamak salat. Ini adalah bentuk kasih sayang beliau agar umatnya tidak merasa terbebani dalam beribadah kepada Allah.

Cinta Rasulullah juga terlihat dari anjuran-anjuran beliau tentang hal-hal yang mendatangkan keberkahan. Beliau mengajarkan kita untuk bersedekah, menyambung silaturahmi, dan berakhlak mulia. Semua itu beliau ajarkan agar umatnya hidup dalam keberkahan, damai, dan sejahtera.

Mencintai Rasulullah

Mencintai dan menggembirakan hati Rasulullah adalah salah satu amalan paling mulia yang bisa kita lakukan sebagai seorang Muslim karena memiliki Fadhilah tidak hanya berdampak di dunia, tetapi juga di akhirat.

Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang diberi izin oleh Allah untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada umatnya di hari kiamat. Dengan mencintai dan menggembirakan hati beliau, kita akan menjadi bagian dari umat yang berhak mendapatkan syafaat tersebut. Bayangkan, di hari yang sangat sulit, hanya dengan cinta kita kepada beliau, kita bisa mendapatkan pertolongan.

Rasulullah pernah bersabda, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.” (HR. Muslim). Jika kita tulus mencintai beliau, berusaha mengikuti jejaknya, dan menggembirakan hatinya, insya Allah kita akan mendapatkan kehormatan untuk berkumpul bersama beliau di surga yang paling tinggi, yaitu Surga Firdaus.

Iman akan terasa hambar jika tidak dibarengi dengan cinta kepada Rasulullah. Dengan mencintai beliau, kita akan merasakan manisnya iman. Ini adalah sebuah rasa spiritual yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hati kita akan merasa tenang, damai, dan penuh kebahagiaan ketika mengingat dan mengikuti ajaran beliau.

Cinta kepada Rasulullah akan mendatangkan keberkahan. Ketika kita mengamalkan sunnah, seperti bershalawat, menjaga persaudaraan, atau berakhlak mulia, kita sedang menabung kebaikan. Kebaikan-kebaikan ini tidak hanya berpahala di akhirat, tetapi juga mendatangkan ketenangan, rezeki, dan kebahagiaan dalam hidup kita di dunia ini.

Baca Juga :  Angka Bunuh Diri Meningkat, Cermin Gagalna Sistem Pendidikan Sekuler

Rasulullah adalah teladan akhlak yang paling sempurna. Dengan mencintai beliau, kita akan secara otomatis berusaha meniru akhlaknya. Kita akan menjadi pribadi yang jujur, santun, sabar, dan penuh kasih sayang. Akhlak mulia ini tidak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitar kita.

Mencintai Rasulullah bukan sekadar perasaan suka di dalam hati. Lebih dari itu, mencintai beliau adalah sebuah komitmen yang terwujud dalam perbuatan dan ketaatan kita. Ini adalah bukti nyata dari keimanan seorang muslim.

Mencintai Rasulullah berarti menjadikan beliau satu-satunya teladan dalam segala aspek kehidupan. Kita berusaha meniru cara beliau berakhlak, cara beliau beribadah, bahkan cara beliau berinteraksi dengan sesama manusia. Setiap sunnah yang kita praktikkan, sekecil apa pun itu, adalah wujud nyata dari cinta kita.

Cinta yang paling dalam adalah saat kita mendahulukan orang yang kita cintai. Mencintai Rasulullah berarti mengutamakan ajaran beliau di atas hawa nafsu dan keinginan pribadi. Jika ada pilihan antara mengikuti syariat atau menuruti kehendak diri sendiri, seorang yang mencintai Rasulullah akan selalu memilih jalan yang telah beliau tunjukkan.

Cinta menumbuhkan rasa kepemilikan dan keinginan untuk melindungi. Saat Rasulullah dihina atau ajaran beliau dilecehkan, seorang pencinta Rasulullah akan merasa sakit dan marah. Ia akan berusaha membela kehormatan beliau dan syariat Islam dengan cara yang bijak dan damai, sesuai dengan ajaran yang beliau bawa.

Cinta membuat kita selalu ingin mengingat orang yang kita cintai. Maka, salah satu wujud cinta kepada Rasulullah adalah dengan memperbanyak shalawat kepada beliau. Shalawat adalah doa yang menunjukkan rasa rindu dan penghormatan kita. Dengan sering bershalawat, kita akan selalu merasa dekat dengan beliau dan mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak.

Mencintai Rasulullah bukan hanya tentang meneteskan air mata saat membaca kisah-isahnya, tetapi tentang bagaimana kita mengubah hidup kita agar selaras dengan apa yang beliau ajarkan. Ini adalah cinta yang membawa kita pada kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.

Mencintai Rasulullah dan mencintai zuriyat (keturunan) beliau adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah wujud dari cinta sejati seorang Muslim. Mencintai zuriyat Rasulullah adalah bukti nyata dari cinta kita kepada beliau, karena dengan mencintai keturunan beliau, kita menghormati dan menghargai sosok yang sangat dicintai oleh Rasulullah.

Cinta kepada zuriyat Rasulullah bukanlah sekadar cinta biasa, melainkan cinta yang dilandasi oleh ajaran agama dan penghormatan kepada Rasulullah sendiri. Zuriyat Rasulullah adalah keturunan yang memiliki pertalian darah langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Dengan menghormati mereka, kita menghormati darah suci yang mengalir dari Rasulullah. Ini adalah cara kita menunjukkan bahwa setiap hal yang berhubungan dengan beliau memiliki tempat istimewa di hati kita.

Rasulullah sangat mencintai keluarganya. Beliau sering kali menunjukkan kasih sayang yang luar biasa kepada cucu-cucunya, Hasan dan Husain, serta putrinya, Fatimah. Dengan mencintai zuriyat beliau, kita melanjutkan tradisi kasih sayang yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Ini adalah cara kita membalas cinta beliau kepada kita sebagai umatnya.

Rasulullah pernah bersabda, “Aku tinggalkan dua perkara untukmu, dan kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh pada keduanya: Kitabullah (Al-Qur’an) dan itrah (keluargaku).” Hadis ini menunjukkan bahwa mencintai dan menghormati keluarga Nabi adalah bagian dari perintah beliau. Dengan mencintai zuriyat, kita telah melaksanakan wasiat beliau.

Baca Juga :  Stimulus Instan ala Magang Nasional dan Program BLT, Inikah Solusi Ekonomi Indonesia?

Kebencian atau permusuhan terhadap zuriyat Rasulullah dapat memicu kemarahan Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, mencintai mereka dengan tulus akan mendatangkan pahala dan keberkahan. Ini adalah cara kita menunjukkan bahwa kita mencintai dan memuliakan siapa pun yang dicintai oleh Rasulullah, sehingga kita terhindar dari perbuatan yang dibenci oleh beliau.

Menggembirakan Hati Rasulullah

Bagaimana kita sebagai umat Islam dapat menggembirakan hati Rasulullah ? Tentu saja, tidak dengan mengiriminya hadiah, karena beliau telah tiada. Namun, kita bisa menggembirakan hati beliau dengan cara menghidupkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullah sangat gembira umatnya beriman dan bertakwa. Beliau sangat sedih jika melihat umatnya terjerumus dalam maksiat. Oleh karena itu, cara paling utama untuk menggembirakan hati beliau adalah dengan menjaga iman kita, menjauhi larangan Allah, dan menjalankan perintah-Nya. Setiap kali kita menahan diri dari godaan maksiat, sesungguhnya kita sedang membuat hati beliau bahagia karena kita memilih jalan yang lurus.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, sungguh ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (HR. Tirmidzi). Setiap kali kita mengamalkan sunnah, seperti bersiwak, makan dengan tangan kanan, atau menyambut tamu dengan senyum, kita sedang menunjukkan bahwa ajaran beliau masih hidup dan relevan. Ini adalah bukti nyata bahwa kita mencintai dan menghormati beliau.

Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim). Setiap kali kita bershalawat, kita sedang mendoakan keberkahan untuk beliau. Doa ini tidak hanya membuat beliau bahagia, tetapi juga menjadi bukti bahwa kita selalu mengingat dan merindukan beliau.

Rasulullah sangat mencintai persatuan umat. Beliau selalu mengajarkan agar umatnya saling menyayangi, menghormati, dan membantu satu sama lain. Ketika kita menjaga ukhuwah (persaudaraan), tidak saling menghina, dan selalu bergotong royong dalam kebaikan, kita telah mewujudkan cita-cita beliau. Melihat umatnya bersatu dan rukun pasti membuat hati beliau sangat senang.

Rasulullah adalah pembawa risalah kebaikan. Beliau tidak pernah lelah mengajak manusia kepada jalan yang lurus. Jika kita ikut berdakwah, meskipun hanya dengan cara yang sederhana seperti berbagi ilmu yang bermanfaat atau menasihati teman dalam kebaikan, kita telah membantu melanjutkan perjuangan beliau. Setiap kebaikan yang kita sebarkan akan menjadi amal jariyah yang pahalanya juga mengalir kepada Rasulullah.

Beberapa tindakan umat Islam bisa membuat hati Rasulullah bersedih, meskipun beliau sudah tidak bersama kita secara fisik. Kesedihan ini muncul karena beliau sangat mencintai umatnya dan sangat berharap agar kita semua bisa selamat di dunia dan akhirat.

Rasulullah telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyampaikan ajaran Islam yang sempurna. Ketika umatnya lalai atau bahkan sengaja meninggalkan sunnah dan syariat yang beliau ajarkan, hati beliau akan sedih. Contohnya adalah ketika umat Islam meninggalkan salat, berbuat maksiat secara terang-terangan, atau lebih mengutamakan tren duniawi daripada ajaran agama.

Iklan
Iklan