PELAIHARI,
Kalimantanpost.com – Kader HMI Cabang (P) Pasangkayu, Siska, melayangkan kritik tajam terhadap fenomena “kebahagiaan semu” yang menghimpit perempuan modern saat ini.
Hal tersebut ia disampaikan di tengah forum bergengsi Latihan Khusus Kohati (LKK) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh HMI Cabang (P) Tanah Laut di BLK Pelaihari, Sabtu (20/12/2025).
Siska menyoroti bagaimana standar hidup perempuan masa kini cenderung didikte oleh hiruk-pikuk media sosial dan tekanan sosial yang tidak realistis.
Menurutnya, banyak perempuan yang kini terjebak dalam perlombaan mengejar kesempurnaan di mata orang lain, sehingga lupa mensyukuri pencapaian pribadi mereka.
“Bahagia itu harusnya lahir dari kejujuran hati, bukan produk paksaan atau tuntutan pihak luar,” tegas Siska di hadapan para peserta LKK.
Sebagai kader HMI, Siska menyoroti adanya pergeseran nilai di mana perempuan seolah dididik hanya untuk memuaskan harapan orang lain. Padahal, menurutnya, Islam memberikan kemerdekaan penuh bagi perempuan sebagai subjek hukum.
“Akar kegelisahan ini adalah hilangnya kedaulatan diri. Padahal, Islam menempatkan perempuan sebagai subjek yang merdeka. Mengapa kita membiarkan standar sosial semu mendikte kapan kita boleh merasa bahagia?” tegasnya.
Siska juga menyoroti pentingnya keadilan berpikir dalam memandang pilihan hidup. Ia menegaskan bahwa martabat perempuan tidak ditentukan oleh status profesinya.
“Keadilan bagi perempuan itu dimulai dari cara kita berpikir. Menjadi menteri atau menjadi ibu rumah tangga penuh waktu adalah pilihan yang sama-sama bermartabat, selama itu lahir dari kesadaran sendiri, bukan tekanan lingkungan,” tambah Siska.
Menutup penyampaiannya, ia mengajak seluruh perempuan untuk berani mendefinisikan kembali kebahagiaan mereka sendiri dan berhenti tunduk pada konstruksi budaya patriarki maupun industri.
“Bahagia itu subjektif. Tidak bisa diukur dari saldo rekening atau jumlah likes di Instagram. Kita harus berani memutus rantai standar ‘perempuan ideal’ yang diciptakan industri. Jangan sampai sibuk mengejar definisi orang lain, sampai lupa membangun rumah bahagia di jiwa sendiri,” pungkasnya. (rzk/KPO-3)














