Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

KLENIKISME

×

KLENIKISME

Sebarkan artikel ini
Ahmad Barjie B
Ahmad Barjie B

Oleh : AHMAD BARJIE B

Istilah klenik tidak ditemukan dalam kamus besar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ternyata klenik berasal dari bahasa Jawa, yang artinya sesuatu yang tersembunyi atau hal-hal yang dirahasiakan untuk umum. Ilmu klenik adalah ilmu yang menjelaskan hal-hal gaib dan bersifat misteri, yang tidak terjangkau oleh ilmu-ilmu lahir. Klenik ditandai kegiatan perdukunan dengan cara-cara yang sangat rahasia dan tidak masuk akal, namun dipercaya banyak orang.

Kalimantan Post

Indonesia memang lahan subur praktik klenik. Menurut Abdul Zulbidar Abaha (2002), klenikisme pernah berjaya dan mencapai masa keemasannya menjelang datangnya agama Islam abad 14-16 M. Saat itu berdiri sejumlah kerajaan yang di dalamnya diramaikan oleh para tokoh sakti madraguna, digjaya, memiliki ilmu kanuragan tinggi, dan selalu punya senjata dan ajian andalan, baik fisik maupun nonfisik sebagai pamungkas.

Klenikisme mulai berkurang setelah datangnya agama Islam, karena meskipun mempercayai hal-hal gaib, Islam lebih rasional. Walaupun demikian dalam beberapa hal terjadi sinkretisme dan akulturasi antara klenikisme dengan ajaran Islam, sehingga sebagian masih bertahan sampai sekarang. Islam KTP atau muslim abangan adalah peminat utamanya.

Klenikisme semakin terdesak setelah kedatangan penjajah Belanda, sebab Belanda termasuk negara Eropa penganut filsafat rasionalisme-empirisme. Kenyataannya senjata-senjata gaib milik orang-orang sakti dan ilmu kebal, tidak mampu menghadapi senjata modern tentara Belanda. Hampir semua perlawanan kita dikalahkan dan penjajah pun berhasil menguasai negeri ini ratusan tahun. Kekalahan itu relatif sama dengan gagalnya santet yang dikirimkan oleh sejumlah paranormal Indonesia terhadap Presiden Bush yang dulu menyerang Irak, Afghanistan dan beberapa negara Islam.

Masyarakat kita tidak sama menyikapi fenomena klenikisme. Bagi yang terbiasa berpikir rasional, tidak percaya sama sekali. Tetapi kalau mereka kena batunya dan mengalami sendiri hal-hal gaib yang sulit diterima akal, biasanya mereka gampang berubah 180 derajat. Ada pula yang sangat percaya, mereka ini disinyalir dari kalangan pejabat, politisi, artis, seniman, bahkan ada juga ustadz yang mungkin ilmu agamanya masih dangkal. Mereka ini yang sering mendatangi praktik-praktik klenik dalam berbagai bentuknya, dengan minta dimandikan, pasang susuk, minta ruwatan, minta ajian dan amalan, jimat serta bentuk ritual lainnya. Seorang paranormal senior yang sudah meninggal menerangkan, dia sering didatangi artis untuk minta diruwat.

Baca Juga :  Urgensi Soft Skill bagi Mahasiswa Menuju Kepemimpinan yang Berkualitas

Pihak lainnya adalah yang terjun sebagai pemberi jasa klenik, yaitu para dukun, paranormal, orang pintar dan sejenisnya. Dengan keyakinannya mereka mengaku mampu bersekutu dengan jin dan menjalin hubungan dengan dunia gaib. Melalui media air, angin, keris, kembang, dupa, kemenyan, semedi, gamelan, tarian, balampah atau tapabrata tertentu, mereka berhubungan dengan alam supernatural.

Kelompok yang ideal adalah umat Islam yang imannya kuat. Mereka percaya kepada alam gaib, tetapi sebatas yang diberitahukan dan diperintahkan oleh Allah dan Rasul saja. Mereka tidak mau menggadaikan imannya, karena sekali mendatangi dukun, peramal dan sejenisnya, lalu mempercayai ramalannya, maka gugurlah pahala ibadah selama 40 hari. Dosa terbesar yang tidak akan diampuni Allah adalah dosa syirik.

Menyikapi adanya klenikisme politik, MUI Pusat menyarankan agar para calon pejabat, politisi dan wakil rakyat lebih mengedepankan cara-cara rasional. Silakan ziarah kubur untuk berdoa, tapi berdoa kepada Allah, bukan kepada orang yang sudah meninggal. Silakan mendatangi ulama dan ustadz, tetapi sebatas silaturahim dan minta doakan agar berhasil. Yang harus dicegah adalah melakukan sesuatu yang mengarah kepada syirik. Sekali lagi syirik adalah dosa terbesar yang tidak akan diampuni Allah kecuali bertaubat.

Iklan
Iklan