SURABAYA, Kalimantanpost.com – Suasana menjelang Perayaan Natal 25 Desember 2025 mendatang mulai terasa, dalam kegiatan yang penuh kehangatan Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Surabaya bersama Himpunan Warga Kalimantan Tengah Surabaya (HWKTS) menggelar Perayaan Natal Bersama pada Sabtu (6/12) di Graha Sawunggaling.
Lebih dari 200 jemaat dan warga Kalimantan Tengah perantauan berkumpul, menjadikan acara ini sebagai momen istimewa “Buli Lewu”, atau semacam pulang kampung secara batin di tengah hiruk pikuk hidup di perantauan.
Kemeriahan dimulai dengan pembukaan yang kental nuansa khas Dayak Ngaju melalui tarian etnik yang memukau. Simbol kebudayaan seperti mandau, talawang, dan busana tradisional menambah warna dan membangkitkan nostalgia, sekaligus menjadi pengingat pentingnya melestarikan identitas budaya bagi generasi muda di perantauan.
Kehadiran Kepala Badan Kesbangpol Surabaya, Tunjung Iswandaru, mewakili Wali Kota Surabaya, memberikan apresiasi terhadap kolaborasi luar biasa ini, yang menjadi cermin kerukunan dan keberagaman di kota Surabaya. Pdt. Wono dari GKE menegaskan bahwa kebersamaan GKE dan HWKTS selama tiga tahun terakhir telah menjadi rumah kedua bagi warga Kalimantan Tengah yang merantau.
Ketua HWKTS Surabaya, Kalmante Tibu, mengajak warganya untuk terus menjaga dan merawat kebersamaan ini, tidak hanya saat perayaan besar seperti Natal, tetapi juga melalui kegiatan ibadah keluarga, pelayanan sosial, dan dukungan komunitas yang berkelanjutan.
Ia juga memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada panitia serta pemerintah yang telah mendukung kelangsungan acara hingga berlangsung meriah dan hangat.
Khotbah Natal disampaikan Pdt. Dr. Luki Krisprianto, Pembimas Kristen Jawa Timur, mengusung tema nasional “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga.
Ia menekankan pesan penting bagaimana kehadiran Kristus mampu memulihkan relasi di tengah tantangan keluarga masa kini yang kompleks.
Sebagai bagian dari kepedulian sosial, terdapat penggalangan dana untuk membantu korban banjir di Sumatera yang mendapat respon positif dari para jemaat.
Acara kemudian diwarnai oleh drama Natal penuh makna, tarian sukacita Dayak yang menggembirakan, pembagian doorprize, dan diakhiri dengan tarian Manasai yang melibatkan jemaat dari segala usia, membentuk lingkaran cinta dan sukacita.
Perayaan Natal gabungan ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga bukti nyata bahwa iman, budaya, dan solidaritas dapat berjalan beriringan untuk mempererat tali persaudaraan warga Kalimantan Tengah di perantauan, sekaligus membawa terang dan harapan bagi sesama.(Rof/KPO-1)














