Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan Utama
Opini

Pendidikan Emas atau Cemas?

×

Pendidikan Emas atau Cemas?

Sebarkan artikel ini

Oleh : Almeera Az Zahra
Aktivis Dakwah dan Pemerhati Pemuda

Pada 2025, sinergitas antara Perguruan Tinggi (PT) dengan program pentahelix di Banjarmasin semakin menguat, ditandai dengan berbagai inisiatif nyata yang melibatkan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, dan media. (banjarmasinkota.go.id)

Kalimantan Post

Berikut adalah fakta-fakta sinergitas tersebut:

  1. Penguatan Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Pemerintah Kota

Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin secara aktif menggandeng perguruan tinggi lokal untuk mendukung program-program prioritas daerah. Beberapa fakta utamanya meliputi: Penandatanganan MoU Strategis: Beberapa Kampus – Kampus Swasta ternama di Banjarmasin, telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Pemkot Banjarmasin pada Agustus dan Oktober 2025. Fokus Program Prioritas: Kerja sama ini berfokus pada bidang pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta mendukung program-program daerah seperti penyediaan beasiswa kesehatan dan beasiswa lainnya bagi mahasiswa. Peningkatan SDM Lokal: Kolaborasi ini didukung oleh berbagai pihak, termasuk Forum Kerukunan dan Pemerhati Warga Kalimantan (FKPWK), sebagai upaya bersama untuk memajukan sektor pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia di Banjarmasin. (uniska-bjm.ac.id)

  1. Keterlibatan dalam Program Beasiswa

Salah satu wujud nyata sinergi adalah dalam realisasi program beasiswa kesehatan. Pemkot Banjarmasin menggandeng perguruan tinggi, untuk memastikan program beasiswa berjalan lancar dan tepat sasaran, sehingga dapat mencetak tenaga kesehatan yang dibutuhkan daerah. (antaranews.com)

  1. Peran PT dalam Inovasi dan Pembangunan Daerah

Perguruan tinggi terlibat aktif dalam mendukung iklim inovasi daerah: Penganugerahan Komunitas Inovasi (Komvas): Pemkot Banjarmasin melibatkan unsur pentahelix (termasuk akademisi) dalam kegiatan penganugerahan Komvas untuk mendorong inovasi dalam pembangunan daerah. Dukungan MBKM: Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka (MBKM) menjadi katalisator bagi perguruan tinggi, seperti ULM dan UIN Antasari, untuk menjalin kerja sama lintas sektor, menghubungkan dunia kampus dengan kebutuhan industri, dunia usaha, dan pemerintah. (suaraindonesia.com)

  1. Sinergi dalam Penguatan UMKM

Program “Bamara Fair” yang memperkuat kolaborasi pentahelix juga menjadi fakta nyata di tahun 2025. Inisiatif ini bertujuan membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) untuk menembus pasar nasional, menunjukkan peran aktif berbagai pihak dalam sektor ekonomi. (jurnalkalimantan.com)

Sinergi pentahelix ini menunjukkan komitmen bersama di Banjarmasin untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan melalui kolaborasi multipihak.

Baca Juga :  BANJIR DI KOTA SUCI

Dari Pendidik menjadi Pelaksana Teknis

Perguruan Tinggi berpotensi hanya menjadi “pabrik” penghasil tenaga kerja yang spesifik sesuai permintaan pasar saat ini, mengabaikan peran awalnya dalam membentuk pemikir kritis, inovator, dan pemimpin masyarakat. Fokus Jangka Pendek (Output Siap Kerja): Orientasi pada output siap kerja dan wirausaha yang instan bisa mengorbankan pengembangan ilmu pengetahuan dasar, humaniora, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang esensial untuk adaptasi jangka panjang dan penciptaan lapangan kerja baru. Risiko Dehumanisasi Pendidikan: Pendidikan berpotensi menjadi terlalu instrumental dan berorientasi pasar, sehingga kehilangan dimensi moral, etis, dan sosialnya.

Mahasiswa, sebagai intelektual muda dengan potensi besar, harus didorong untuk kembali menempati posisi strategis di tengah masyarakat.

Peran Inisiator dan Katalisator Perubahan

Mahasiswa memiliki kapasitas unik untuk menjadi: Inisiator: Mereka membawa semangat tinggi, idealisme, dan pengetahuan terkini yang dapat memicu ide dan solusi baru untuk masalah sosial, lingkungan, dan teknologi yang kompleks. Katalisator: Mereka mampu mempersatukan berbagai elemen masyarakat (akademisi, praktisi, pemerintah) dan mempercepat proses adaptasi atau inovasi melalui proyek, advokasi, atau riset aplikatif.

Memanfaatkan Potensi Komprehensif

Peran mahasiswa harus melampaui sekadar memiliki keterampilan teknis: Intelektual (Pemikir Kritis): Memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah secara mendalam, mempertanyakan status quo, dan merumuskan solusi yang berakar pada nilai-nilai keadilan dan keberlanjutan. Fisik yang Kuat (Aksi Nyata): Keunggulan fisik dan energi memungkinkan mereka untuk terlibat langsung dalam masyarakat, melakukan pengabdian, dan menggerakkan massa untuk aksi kolektif. Segudang Potensi (Interdisipliner): Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu dapat bekerja sama untuk memecahkan masalah yang kompleks dan interdisipliner di tengah masyarakat

Membangun Agen Perubahan

Tujuan utama adalah membentuk mahasiswa yang : bertanggung jawab (kehidupan duniawi & akhirat): Menyadari setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan (Hisab). Berorientasi Ibadah: Memahami tujuan utama penciptaan adalah beribadah kepada Allah (‘Ibadah). Aksi Sosial Profetik: Tergerak untuk memperbaiki kondisi sekitar melalui Amar Ma’ruf Nahi Mungkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Inti dari pendidikan ini adalah menghasilkan intelektual yang saleh secara individual dan aktif secara sosial-politik (peduli urusan umat).

Aktivis dakwah kampus (Lembaga Dakwah Kampus/LDK) memiliki posisi strategis sebagai motor penggerak pembinaan mahasiswa. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan:

Baca Juga :  MENJADI ORANG BERIMAN
  1. Pembinaan intensif dan berjenjang (fokus kepribadian Islam)

Kajian Tematik Rutin Memperkuat pemahaman Tauhid sebagai dasar pertanggungjawaban dan tujuan hidup (Ibadah). Pekan Intensif/Daurah menekankan materi tentang syakhshiyah islamiyah (kepribadian Islam), fiqih dakwah, dan urgensi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Mentoring/Halaqah Kecil pembinaan personal yang intensif, melatih disiplin ibadah harian (yaumiyah), dan menjadi wadah bagi tarbiyah ruhiyah (pembinaan spiritual). Layanan konsultasi membantu mahasiswa menghadapi tekanan akademik dan sosial dengan solusi yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

  1. Inkubasi aksi sosial (melatih kepedulian umat)

Aksi sosial adalah medan latihan untuk menumbuhkan mental Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dan kepedulian. Program bakti sosial terstruktur: mengadakan kegiatan seperti Kampus Mengajar versi dakwah, yakni terjun ke desa/komunitas untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah lokal (pendidikan, sanitasi, ekonomi) berdasarkan panduan Islam. Advokasi Isu Kampus/Publik: Menginisiasi diskusi publik/forum ilmiah tentang isu-isu kebijakan yang relevan (misalnya, RUU, sistem pendidikan, korupsi) dari perspektif Islam. Melahirkan kajian strategis mahasiswa yang menghasilkan rekomendasi solusi berdasarkan syara’ (hukum Islam) dan realitas.

  1. Membangun keteladanan dan lingkungan kondusif

Mengacu pada poin bahwa mental agen perubahan tidak otomatis hadir dan memerlukan keteladanan: model peran (Uswah Hasanah): pengurus dan senior LDK harus menjadi contoh nyata dalam prestasi akademik, kedisiplinan ibadah, dan integritas moral. Kolaborasi Lintas Elemen: Mengadakan dialog dengan Dosen/Guru Besar yang memiliki visi Islam yang sama untuk mendapatkan bimbingan intelektual dan sinergi.

  1. Pendidikan visi kenegaraan (peran Negara)

Meskipun mahasiswa tidak secara langsung menjalankan fungsi negara, penting untuk: Kajian sistemik, dengan mengadakan kajian yang membahas bagaimana Sistem Pendidikan Islami dan Fungsi Negara dalam Islam (sebagai pengatur urusan rakyat) harus berjalan agar selaras dengan fitrah manusia dan melahirkan generasi peduli umat. Pemuda sebagai pengontrol (muhasabah), dengan mendidik mahasiswa bahwa salah satu fungsi mereka adalah melakukan kritik konstruktif dan muhasabah (koreksi) terhadap kebijakan publik yang menyimpang dari kesejahteraan dan keadilan Islam.

Langkah-langkah ini bertujuan memastikan bahwa passion dan energi mahasiswa tidak hanya terfokus pada kesiapan kerja (sesuai kritik di awal), tetapi berakar kuat pada visi spiritual dan komitmen perbaikan umat, menjadikan mereka intelektual yang mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat.

Iklan
Iklan