Oleh: Nur Intan Furi Maharani Haleng
Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
Dalam pendidikan tinggi, khususnya Program Studi Manajemen, mahasiswa dituntut menguasai teori, metode analisis, dan keterampilan teknis seperti perencanaan strategis, analisis SWOT, dan penyusunan laporan keuangan. Namun, keberhasilan seorang manajer tidak hanya ditentukan kemampuan teknis. Soft skill memegang peranan penting dalam membentuk kepemimpinan yang efektif dan kesiapan kerja.
Di tengah persaingan kerja yang ketat, mahasiswa tidak cukup unggul secara akademik. Mereka harus mampu berkomunikasi efektif, bekerja dalam tim, beradaptasi dengan perubahan, serta mengambil keputusan. Penguasaan soft skill bukan sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan yang harus dikembangkan sejak kuliah.
Lebih dari Sekadar IPK
IPK masih sering dijadikan tolok ukur rekrutmen, tapi banyak perusahaan menilai kemampuan nonteknis lebih penting. Dua lulusan dengan IPK sama bisa memiliki peluang berbeda jika salah satunya memiliki soft skill lebih baik.
Mahasiswa yang mampu menyampaikan gagasan jelas, percaya diri saat presentasi, dan bekerja sama dalam tim lebih mudah beradaptasi. Banyak alumni mengakui tantangan terbesar setelah lulus bukan teori manajemen, melainkan dinamika manusia dan organisasi.
Tempat Mengasah Soft Skill
Perguruan tinggi adalah tempat ideal mengembangkan soft skill. Melalui organisasi mahasiswa, kepanitiaan, diskusi kelas, dan kerja kelompok, mahasiswa bisa melatih komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan penyelesaian konflik.
Mahasiswa aktif dalam kegiatan nonakademik biasanya memiliki kepercayaan diri dan kemampuan sosial lebih baik, bekal penting saat menghadapi dunia profesional.
Manajemen
Manajemen berkaitan erat dengan pengelolaan manusia. Keberhasilan penerapan konsep manajerial sangat tergantung kemampuan interpersonal. Perencanaan yang baik tidak akan optimal tanpa komunikasi efektif dan kepemimpinan bijak.
Mengkoordinasikan tugas kelompok di kelas sudah menunjukkan pentingnya soft skill. Mahasiswa yang menghargai pendapat orang lain, memberi kritik konstruktif, dan menyatukan perbedaan lebih berhasil memimpin dibanding yang hanya mengandalkan intelektual.
Soft Skill
Penelitian menunjukkan soft skill berpengaruh signifikan terhadap kesiapan kerja mahasiswa. Dunia kerja menuntut individu adaptif, komunikatif, dan mampu bekerja di bawah tekanan. Mahasiswa yang terbiasa berdiskusi, berpresentasi, dan keluar dari zona nyaman lebih siap menghadapi tantangan profesional.
Sebaliknya, kurangnya soft skill dapat menyebabkan kesulitan adaptasi atau culture shock pada awal kerja atau magang, menegaskan pentingnya pengembangan sejak dini.
Tantangan dan Upaya Pengembangan
Pengembangan soft skill memerlukan proses panjang, konsistensi, dan kemauan belajar. Mahasiswa perlu berani mencoba, menerima kritik, dan mengambil peran aktif. Sikap pasif atau takut salah menghambat perkembangan.
Upaya penguatan bisa melalui organisasi, kepanitiaan, pelatihan kepemimpinan, magang, atau memperluas jejaring sosial. Soft skill terbentuk melalui pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan, bukan instan.
Penutup
Bagi mahasiswa manajemen, penguasaan soft skill adalah fondasi menghadapi dunia kerja kompetitif. Kemampuan teknis penting, tetapi kemampuan mengelola manusia, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama menjadi penentu keberhasilan praktik manajemen modern.
Penguatan soft skill adalah urgensi, bukan pilihan. Semakin dini dikembangkan, semakin besar peluang mahasiswa menjadi sumber daya manusia unggul dan pemimpin berkualitas.













