Banyak gym bermunculan di Kalsel, namun untuk komersil, yang datang latihan untuk lifestyle, bukan untuk menjadi atlet.
Banjarmasin, KP – Atlet binaraga biasanya lahir dari klub-klub atau tempat tempat fitnes gym. Melihat dari industri olahraganya gym di Kalsel sangat maju pesat ini dibuktikan dengan menjamurnya tempat fitnes atau gym gym baru.
Tempat game baru ini menawarkan fasilitas yang lengkap dan mewah, namun sayangnya hal itu tidak berbanding lurus dengan calon atlet atlet binaraga nya.
Pelatih Binaraga Kalsel Yudha Pribadi, SE mengatakan hal itu dikarenakan tempat gen kebanyakan lebih kearah komersial dan bisnis, kemudian orang-orang yang datang ikut latihan lebih untuk lifestyle bukan menjadi atlet.
“Jadi mereka datang untuk berlatih bukan untuk sebagai atlet namun hanya untuk membentuk tubuh saja,” kata Yudha yang juga sekretaris PABBSI (Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia) Kalsel ini.
Walau demikian kata Yudha, regenarasi untuk atlet binaraga tetap menjadi perhatian dari induk organisasi olahraga. Dilakukan dengan banyaknya pertandingan body contest, yang tujuannya mencari dan menumbuhkan minat dan potensi calon atlet binaraga.
Ditanya tentang kendalanya hingga saat ini untuk regenerasi yang masih belum terlihat, Yudha menerangkan ada tiga kendala yang dihadapi selama ini, karena membina atlet binaraga beda dengan atlet cabor lain, terangnya.
“Binaraga dimulai dari usia 15 tahun keatas, sementara cabang lain bisa dimulai sejak usia dini,” tambah Yudha yang juga Manager BSC (Bugar Sport Centre) Jl Sutoyo Banjarmasin ini.
Sementara biaya yang dikeluarkan untuk menjadi atlet bukan pada saat latihan, tetapi pada biaya menjaga massa otot yang membutuhkan biaya tinggi, karena asupan makanan harus benar-benar dijaga
“Belum lagi suplemen yang mahal yang harus dikonsumsi setiap hari,” ujar dia.
Kendala berikutnya kata Yudha binaraga tidak mempunyai tempat training center sehingga atlet harus ada tempat latihan selama 24 jam.
“waktunya harus dipantau dari jadwal latihan, waktu untuk makan dan istirahat,” sebut Yudha.
Hal ini pula yang berpengaruh saat kualifikasi PON beberapaa waktu lalu di mana Kalsel gagal mengirimkan satupun atlet yang berlaga di PON Papua
Hal hal ini juga tidak lepas dari kebutuhan asupan makanan dan suplemen atlet yang kurang, lalu disiplin atlet dan atlet tidak tersentral di satu tempat yang bisa dipantau selama 24 jam, paparnya.
Melihat beberapa daerah seperti Tabalong, Amuntai dan Banjarbaru serta Tanah Bumbu, sangat berpotensi untuk menciptakan atlet-atlet muda, maka Yudha yakin bakal ada penerus penerus seperti Nico Wambaki, Iswahyudi dan Bambang.
Bagaimana dengan perhatian pemerintah melalui KONI dan Dispora Kalsel, Yudha mengakui sebenarnya sudah sangat baik namun memang ada beberapa kekurangan dan keterlambatan dalam memberikan suplai vitamin dan protein bagi atlet yang akan berlaga, pungj=kas Yudha. (rel/nfr/k-9)