Enam kelurahan ini dikategorikan sebagai zona hijau lantaran tak ada lagi penambahan kasus baru. Kemudian angka kematian pasien yang terpapar CoVID-19 di wilayah itu mendatar
BANJARMASIN, KP – Pemko Banjarmasin sempat memprediksi bahwa kasus CoVID-19 di Banjarmasin kemungkinan melandai di Oktober. Prediksi ini muncul sesuai hasil evaluasi pada awal Juli lalu.
Belakang, prediksi ini mulai terbukti. Memasuki akhir Juni, enam kelurahan yakni Alalak Tengah, Belitung Utara, Kertak Baru Ulu, Kertak Baru Ilir, Mawar, dan Kelayan Luar dinyatakan berstatus zona hijau.
Enam kelurahan ini dikategorikan sebagai zona hijau lantaran tak ada lagi penambahan kasus baru. Kemudian angka kematian pasien yang terpapar CoVID-19 di wilayah itu mendatar, bahkan berangsur menurun.
Dinas Pendidikan (Disdik) Banjarmasin rupanya sudah menyiapkan skenario, terkait dikembalikannya proses belajar di sekolah, apabila prediksi terkendalinya kasus CoVID-19 pada Oktober mendatang terbukti benar.
Kepala Disdik Banjarmasin, Totok Agus Daryanto, mengemukakan, skenario yang disiapkan yakni dengan mengisolasi sekolah-sekolah yang sudah berada di zona hijau. Sehingga bisa direkomendasikan untuk dibuka kembali.
Akan tetapi yang perlu dicatat, bahwa jumlah kelurahan yang sudah dinyatakan hijau lebih 50 persen dari jumlah 52 kelurahan yang ada.
“Kalau presentasinya banyak yang hijau itu bisa kita isolasi, sehingga beberapa sekolah bisa direkomendasikan. Jadi memang ada skenario,” jelas Totok di balai kota, Rabu (22/07/2020).
Totok mengakui, skenario ini memang tak mungkin bisa dilakukan saat ini. Mengingat baru ada enam yang dinyatakan hijau. Artinya masih ada 46 kelurahan lainya yang berstatus merah.
“Alasannya yang dilihat tak hanya dalam konteks kelurahan. Tapi dalam batas kotamadya. Banjarmasin secara keseluruhan belum hijau,” jelasnya.
Terlebih, jarak antara kelurahan di Banjarmasin sangat berdekatan. Bisa saja siswa yang bersekolah di zona hijau berasa dari zona merah. Sehingga dikhawatirkan bisa mengancam keamanan siswa yang lain.
“Karena memang jarak antara kelurahan tak terlalu jauh. Sehingga kami tak mau ambil resiko,” lanjutnya.
Kemudian yang tak kalah penting, pelaksana skenario itu juga tak lepas dari persetujuan Tim Gugus Tugas Percepatan Penangan CoVID-19 Banjarmasin terlebih dahulu. Sebab bisa saja skenario itu tak sesuai dengan perhitungan.
“Kalaupun didominasi hijau, kami tetap menunggu rekomendasi dari gugus tugas. Jadi tugas kami menunggu karena tak boleh mengorbankan anak-anak kita,” jelasnya.
Lebih lanjut, Totok mengatakan hingga saat ini proses pembelajaran memang masih menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dimana PJJ ini menerapkan dua sistem, daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan).
Khusus untuk luring dilakukan bagi siswa yang memiliki keterbatasan untuk mengaksesnya. Contoh siswa di sekolah pinggiran. Dimana mereka diberikan penugasan yang bisa diambil ke sekolah atau diantarkan guru ke rumah.
“Sekolah yang tak memungkinkan melakukan daring mereka harus membuat skenario yang menjamin agar siswanya tetap menerapkan pembelajaran. Dengan cara penugasan,” pungkas Totok. (sah/K-3)