Sayangnya, selama objek wisata itu ditutup nampaknya tidak ada penjagaan dari Pemerintah Kota Banjarmasin, terbukti dengan banyak fasilitas yang hilang, seperti dermaga apung di Sungai Martapura
BANJARMASIN, KP – Semenjak pandemi Covid-19 melanda Kota Banjarmasin, objek wisata siring menara pandang yang berlokasi di Jalan Pierre Tendean resmi ditutup untuk umum.
Sejak itu pula, segala aktivitas yang ada di kawasan tersebut ditiadakan. Termasuk pasar terapung yang digelar setiap akhir pekan.
Sayangnya, selama objek wisata itu ditutup nampaknya tidak ada penjagaan dari Pemerintah Kota Banjarmasin. Hal tersebut terbukti dengan banyak fasilitas yang hilang, utamanya di dermaga apung sungai Martapura.
Berdasarkan pantauan awak media, Sabtu (6/3) siang, terdapat beberapa penutup tiang dermaga apung yang berbahan besi hilang. Entah digondol maling, atau hilang karena lepas dan jatuh ke sungai.
Tidak hanya itu, papan lantai dermaga apung yang berbahan kayu ulin di kawasan tersebut juga terpantau banyak yang bolong. Entah terlepas akibat hempasan ombak atau sengaja masih belum diketahui, namun dari pantauan di lapangan nampak terlihat papan tersebut seperti dicongkel.
Kemungkinan penyebab hilangnya beberapa bagian fasilitas wisata publik tersebut dikuatkan dengan pengakuan salh seorang juru parkir yang mangkal di sekitar lokasi wisata andalan Kota Banjarmasin itu.
“Biasanya malam kejadian hilangnya. Banyak orang-orang tidak karuan nongkrong di sini. Ketika siangnya sudah hilang, termasuk kayu ulin-ulinnya. Soalnya ulin sekarang kalau dijual kan lumayan,” ucap Andre, Warga Kampung Gedang yang berprofesi sebagai juru parkir rumah makan di area siring.
Pria berusia 50 tahun itu menyayangkan, kurangnya kesadaran oknum warga untuk menjaga fasilitas publik. Perasaan tersebut bukan tanpa alasan, karena biaya yang dikeluarkan Pemerintah untuk membangun dermaga yang menjadi ikon wisata Banjarmasin tidak sedikit.
“Saat awal-awal corona sudah kejadian seperti ini. Kontrol dari petugas cuman sesekali saja. Seharusnya warga bisa sama-sama menjaga,” imbuhnya.
Saat dikonfirmasi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin ternyata sudah mendapat informasi mengenai hal itu, dan kabarnya akan segera melapor ke pihak berwajib.
“Iya nanti kita minta penanggung jawab UPT untuk melapor ke polisi,” ucap Kepala Disbudpar Banjarmasin, Ihsan Al Haq.
Menurutnya, sambil menunggu proses di kepolisian, ia sudah memerintahkan jajarannya untuk segera menutup lubang tersebut, karena khawatir kalau ada orang yang terperosok atau terpeleset.
Pria dengan sapaan Ihsan itu juga menyayangkan ada orang yang tega merusak fasilitas publik, tujuannya di jual. Pasalnya, fasilitas tersebut dibangun oleh Pemko untuk kepentingan orang banyak.
Bahkan aksi vandalisme yang terjadi di kawasan Siring Tendean bukan itu saja, tapi juga Closed Circuit Television (CCTV) yang diletakan di sejumlah sudut kawasan Siring menara pandang juga lenyap.
“Saya juga dapat laporan, yang hilang bukan hanya itu, tapi juga CCTV,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk mengantisipasi terulangnya hal tidak diinginkan di kawasan wisata, pihaknya sudah mempekerjakan empat orang petugas keamanan yang berjaga baik siang maupun malam.
Namun lantaran kawasan yang harus dijaga termasuk luas, sehingga jumlah petugas keamanan tersebut dinilainya kurang optimal. Sehingga ia berencana akan menambah petugas keamanan. Tentu dengan melihat kondisi keuangan daerah.
“Faktor mencegahnya itu adalah pagar, baik yang di tepi sungai maupun jalan, selama ini siapa saja bisa masuk dari mana saja,” tutupnya. (zak/K-3)