Kasus aktif tertinggi pada 20 Maret dialami oleh Banjarmasin (673), Banjarbaru (517), Banjar (211), Tanah Laut (182), dan Tanah Bumbu (180)
BANJARMASIN, KP – – Situasi pandemi Covid-19 Kalimantan Selatan pada 20 hari pertama bulan Maret bertambah buruk. Bahkan gelombang kasus konfirmasi harian semakin tinggi dengan laju rata-rata 178 kasus per hari. Hal ini menyebabkan jumlah kasus meledak menjadi 3.552 dalam 20 hari dengan kematian sebanyak 68 jiwa.
Dosen Fakultas Ekonomi ULM Banjarmasin Hidayatullah Muttaqin mengatakan dalam 30 hari terakhir pada 20 Maret, kasus baru secara kumulatif bertambah sebanyak 5.140 kasus dengan jumlah kematian 96 orang.
Kepada {{KP]], Minggu (21/03) Sore pengajar ilmu Pembangunan ULM ini mengatakan memburuknya kondisi pandemi Covid-19 di Kalimantan Selatan adalah akibat semakin kendurnya penerapan protokol kesehatan dan semakin tingginya mobilitas penduduk.
Bahkan, katanya, kasus kumulatif terbanyak pada 20 hari pertama Maret terjadi di Banjarmasin sekarag bertambah 1.119, Banjarbaru bertambah 673, Tanah Bumbu menjadi 337), Tanah Laut bertambah 263), dan Banjar menjadi 257.
Jadi, katanya, kasus aktif tertinggi pada 20 Maret dialami oleh Banjarmasin (673), Banjarbaru (517), Banjar (211), Tanah Laut (182), dan Tanah Bumbu (180).
Selain itu daerah dengan kasus kematian paling besar pada 20 hari pertama Maret adalah Banjarbaru bertambah 15, Tanah Bumbu bertambah 14), Kotabaru bertambah 9, dan HSU bertambah lima dan Barito Kuala bertambah lima.
Sedangkan kasus kematian terbanyak sepanjang 79 hari di tahun 2021 adalah Banjarbaru bertambah 48, Tanah Bumbu bertambah 33, Kotabaru bertambah 33, Tanah Laut 27), dan Tapin 15.
Ditambahkan Hidayatullah Muttaqin masuknya serangan virus mutasi B117, anggota Tim Pakar Covid-19 ULM, mengemukakan salah satu laju pertumbuhan kasus di Kalimantan Selatan didorong oleh generasi milenial.
Menurut Muttaqin, peran milenial dalam pandemi Covid-19 Kalimantan Selatan tersebut dapat dilihat dari struktur umur penduduk Banua yang terpapar Covid-19. Kemudian memperhatikan bagaimana pola perubahan mobilitas penduduk yang berkaitan dengan mobilitas kaum milenial.
Ia mengungkapkan pada awal pandemi, pasien Covid-19 terbanyak datang dari kelompok umur 45 hingga 55 tahun. Secara umum kelompok umur ini merupakan kelompok masyarakat yang relatif mapan atau lebih mapan secara ekonomi.
Karena itu mobilitas mereka keluar daerah baik untuk urusan bisnis, pekerjaan maupun berlibur pada masa normal dan awal pandemi relatif tinggi dibandingkan mobilitas kelompok umur lainnya.
Kemudian seiring sudah terjadi transmisi lokal, maka setelah itu terjadi pergeseran kelompok umur yang dominan terpapar Covid-19. Sejak saat itu hingga kini kasus Covid-19 banyak menimpa kalangan milenial atau generasi muda. Kaum milenial adalah penduduk kelahiran tahun 1980 sampai 1994.
Berdasarkan data kasus yang terjadi sejak awal pandemi hingga Februari 2021, paling tinggi menimpa kelompok umur 26-35 tahun dan 36-45 tahun. Proporsi kasusnya mencapai 43 persen.
Di samping milenial, kasus yang menimpa Generasi Z (rentang umur 12-25 tahun) juga cukup besar. Kontribusinya sebanyak 17 persen dari total kasus.
Menurut Hidayatullah mutaqin kaum milenial punya ciri mobilitas tinggi. Karena mereka yang memenuhi lapangan kerja dan sektor perekonomian saat ini. Karena gaji yang sudah lebih besar, milenial juga senang dan mampu untuk makan di luar rumah seperti di restoran dan kafe.
Berbeda dengan Gen Z yang masih tergantung pada uang jajan pemberian orang tua, mobilitas mereka cenderung mengarah pada kegiatan berbiaya murah atau bahkan gratis. Contohnya mobilitas di tempat-tempat ruang terbuka untuk berkumpul di kalangan sesamanya.
Menurut Muttaqin, penangan pandemi Covid-19 secara umum adalah dengan meningkatkan penerapan protokol kesehatan, 3T (testing, tracing dan treatment), pengendalian mobitas penduduk dan program vaksinasi. Namun dengan pola sebaran kasus yang lebih banyak menimpa kaum milenial dan juga Gen Z, maka penanganan pandemi memerlukan pendekatan khusus terhadap mereka.
Jika kita berhasil menurunkan penularan di kalangan generasi muda ini, maka kasus yang menimpa penduduk berumur di atasnya, khususnya yang berusia lanjut dan memiliki komorbid dapat ditekan pula. Hal ini penting agar risiko kematian dapat diturunkan pada kelompok umur 45 tahun ke atas dan komorbid. (vin/K-3)