Banjarmasin, KP – Usai dihapusnya mural ‘WABAH SEBENARNYA ADALAH KELAPARAN’ oleh aparat Satpol PP Kota Banjarmasin, mural sindiran kembali muncul di tembok yang sama.
Kali ini di pagar tembok beton eks-Pelabuhan Martapura Lama itu, muncul mural sesosok bocah busung lapar sedang hormat kepada bendera Merah Putih yang berkibar gagah di belakangnya.
Di sampingnya, terpampang kalimat ‘TIDAK HANYA PROKES, KAMI JUGA PERLU MAKAN’ yang ditulis dengan cat akrilik hitam dengan latar cat warna hijau tosca.
Mural tersebut dilukis oleh dua orang pemuda yang tidak ingin disebut identitasnya ketika matahari sedang dalam keadaan terik-teriknya, Minggu (29/08) siang.
Saat dibincangi awak media, salah satu pelukis mural berinisial A mengaku mural yang dibuatnya tersebut merupakan bentuk ekspresi kekecewaannya terhadap kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang terus berlanjut dan diperpanjang.
“Banyak masyarakat yang terdampak, di mall aja katanya banyak yang di PHK, apalagi para buruh dan masyarakat kecil lainnya tentu sangat berdampak,” ucapnya.
Menurutnya, selain sangat berdampak pada kesejahteraan masyarakat, kebijakan tersebut juga mempersulit warga ketika ingin menjalani keperluan administrasi lainnya.
“Kasian melihat kondisi masyarakat, mereka terlalu ditekan dengan kebijakan ini,” tukasnya.
Selain itu, ia mengaku banyak masyarakat yang protes dan tidak setuju dengan kebijakan PPKM yang tidak disertai dengan penanganan dampaknya. Apalagi sekarang PPKM selalu diperpanjang.
“Segala kebijakan yang membatasi aktivitas warga sudah diterapkan dan selalu diperpanjang. Anak-anak pada libur sekolah, jadi sebenarnya kami hanya ingin meminta kejelasan kepada pemerintah, kapan sih sebenarnya pandemi ini selesai?,”
Pria yang mengaku sebagai salah satu pekerja di kawasan Pasar Lima, Banjarmasin itu menceritakan, dirinya pun juga menjadi korban dari kebijakan PPKM.
“Sangat berdampak, istri saya baru setengah bulan kerja, terpaksa harus berhenti bekerja karena di PHK karena tempat kerjanya juga terdampak akibat PPKM,” ungkapnya dengan suara bergetar sambil menahan sedih.
Alhasil, ia terpaksa harus bekerja keras menghidupi istri dan satu anaknya dengan menjadi buruh angkut.
“Lebih sepuluh tahun bekerja sebagai buruh angkut, kondisi sekaranglah yang paling parah. Karena barang yang masuk ke pasar pun juga tak banyak, kemudian pembelinya juga sepi,” imbuhnya.
Disamping itu, dari pengamatannya sebagai masyarakat awam, ia melihat penerapan PPKM ini tidak dibarengi dengan penanganan dampak yang diakibatkannya.
“Tidak sedikit pembagian bansos kurang tepat disalurkan, dan tidak merata. Bahkan ada warga yang kondisi ekonominya masih terbilang aman dapat bansos, malah warga yang kondisi ekonominya sakit tidak dapat,” bebernya.
Ia hanya berharap, pemerintah bisa secara bijak dalam membagi bantuan kepada masyarakat, khususnya yang terdampak pandemi Covid-19.
“Bagilah bansos dengan bijak dan tepat sasaran. Terutama warga miskin yang lebih memerlukan bantuan,” pungkasnya.
Saat ditanya apakah tidak ada rasa takut dan rasa khawatir ketika melukis mural sindiran tersebut diwaktu siang hari?
Mengingat beberapa waktu lalu aparat penegak Perda di Banjarmasin telah menghapus mural serupa di tempat yang sama. Apalagi, adanya kabar kalau pelukis mural di pulau jawa diburu oleh aparat penegak hukum.
“Kalau rasa takut ada sih, cuma tetap kita beranikan saja. Asalkan tidak menyinggung atau menggambar mural Presiden Jokowi,” imbuhnya. (Zak/KPO-1)