Banjarmasin, KP – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi yang belakangan ini mewabah di beberapa daerah di Indonesia rupanya sangat berdampak pada penjualan kambing di Kota Banjarmasin.
Pasalnya, seorang pedagang kambing di Jalan RK Ilir, Kelurahan Kelayan Selatan, Kecamatan Banjarmasin Selatan, H Syamsidi mengaku hanya bisa pasrah dengan keadaan yang saat ini terjadi.
Dijelaskannya, hal itu dikarenakan, adanya aturan yang melarang pasokan ternak jenis kambing, sapi, domba dan kerbau dari provinsi Jawa Timur. Sedangkan ternak yang ia jual ini hanya didatangkan dari provinsi tersebut
“Mau bagaimana lagi, tidak bisa kerja kita kalau seperti ini,” ucapnya saat ditemui awak media di kandang ternak miliknya, Jumat (27/05) siang.
Padahal menurutnya, jika larangan itu tidak ada, stok hewan ternak yang biasanya ia jual untuk memenuhi permintaan daging kambing di Kota Banjarmasin bisa sampai 1000 ekor per minggu.
“Makanya kami terpaksa hanya mengambil kambing dari Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut dan sekitarnya. Itu pun jumlahnya sedikit, paling banyak 10 sampai 20 ekor per minggunya,” ungkap pria dengan sapaan H Isam itu.
“Padahal biasanya setelah Hari Raya Idulfitri kambing di tempat kami sudah full di kandang ini untuk dijual pada momen lebaran haji (Hari Raya Iduladha),” tambahnya
Benar saja, dari pantauan di lapangan, kandang kambing milik H Isam tersebut terlihat banyak yang kosong, hanya beberapa kambing saja yang terlihat ada di kandang tersebut.
Tidak hanya soal stok, Isam mengaku kondisi yang ia alami ini juga berpengaruh terhadap meningkatnya harga kambing yang dijualnya.
“Jelas berdampak, bahkan harganya naik sampai Rp 1 juta. Yang biasanya hanya Rp 2 juta saja per ekor kini jadi Rp 3 juta sampai. Malah ada kambing yang harganya Rp 3.500.000 per ekornya,” keluhnya.
Selain kambing, H Isam mengeluhkan ketiadaan stok sapi yang biasanya ia datangkan dari Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, menjelang perayaan kurban saat Hari Raya Iduladha ini.
“Kosong gudang (penampungan) sapi kita. Ini juga karena larangan pasokan sapi dari Madura,” ujarnya.
Karena itu, ia hanya bisa berharap agar wabah PMK ini bisa segera selesai dan bisa kembali normal, agar usaha pedagang ternak seperti dirinya tidak sampai gulung tikar.
“Mudah-mudahan bisa segera dibuka, kalau seperti ini terus bingung kami bagaimana menghadapinya,” harapnya. (Kin/K-3)














