Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Baca Koran
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Banjarmasin

Sungai di Banjarmasin Tercemar Mikroplastik
Jadi Sumber Penyakit

×

Sungai di Banjarmasin Tercemar Mikroplastik<br>Jadi Sumber Penyakit

Sebarkan artikel ini
hal9 4klm 3
AMBIL SAMPEL – Peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) sedang melakukan pengambilan sampel air di Sungai Kuin, yang hasilnya menunjukan sungai di Banjarmasin tercemar mikroplastik. (KP/istimewa)

Sungai di Banjarmasin tercemar mikroplastik, yang bisa menjadi sumber penyakit dan penyebab kematian, akibatnya banyaknya limbah plastik yang dibuang ke sungai dan dikonsumsi ikan.

BANJARMASIN, KP – Tingginya tingkat cemaran mikroplastik yang terdapat pada berbagai jenis ikan di Sungai Kuin, Sungai Martapura dan Sungai Barito membuat kekhawatiran di masyarakat.

Baca Koran

Pasalnya, berdasarkan temuan para peniliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menemukan 10 spesies ikan yang banyak dikonsumsi masyarakat rata-rata mengandung mikroplastik 53 partikel mikroplastik/ekor.

10 ekor sampel ikan dari penelitian yang dilakukan sejak 26 Agustus hingga 1 September 2022 itu diantaranya ikan Patung, Seluang, Tembubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sili-sili, Handungan dan Ikan Senggiringan

Yang paling parah, ikan Lais merupakan satu jenis ikan air tawar yang paling banyak kadar mikroplastiknya. Hal itu dikarenakan kandungan mikroplastik di lambungnya sebesar 135 partikel.

Hal tersebut membuat pengamat lingkungan, Syubhan Annur angkat bicara. Dosen Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu menjelaskan, keberadaan kandungan mikroplastik di dalam perut ikan air tawar dapat menjadi jalan masuk ke tubuh manusia.

Hal tersebut menurutnya dapat menjadi penyebab munculnya berbagai macam penyakit bagi tubuh manusia. Misalnya memicu pertumbuhan tumor, penghambat sistem imun, alergen, kanker dan mengganggu sistem reproduksi.

Selain itu, tubuh manusia yang terkontaminasi mikroplastik tinggi akibat mengkonsumsi ikan misalnya dari Sungai Martapura, maka akan mengakibatkan rusaknya organ pencernaan.

“Karena mikroplastik ini sulit bahkan tidak bisa dicerna oleh tubuh. Kondisi ini pastinya akan mengurangi cadangan energi pada tubuh, dan yang paling fatal dapat menyebabkan kematian,” ucapnya saat dihubungi Kalimantan Post, Minggu (11/9) siang.

Baca Juga :  Jam Operasional Mobil Angkutan Berat Akan Direvisi

Lebih jauh, selain ikan peneliti ESN juga mendapatkan hasil yang tak kalah mengejutkan terkait vemaran mikroplastik di perairan Kota Banjarmasin.

Pasalnya dari tiga sampel air sungai yang diambil dari Jembatan Banua Anyar, depan Tugu Bekantan dan Jembatan Pengambangan, peneliti mendapati semua sampel tersebut telah tercemar Mikroplastik dengan rata-rata 56 partikel mikroplastik (PM) dalam 100 liter air.

Kandungan mikroplastik terbanyak di ketahui ada pada lokasi sungai Martapura tepat didepan Patung bekantan yaitu sebanyak 125 PM/100 liter.

Kondisi itu, menurut Syubhan, merupakan efek dari masih banyaknya sampah jenis plastik yang dibuang ke sungai.

Hal itu sejalan dengan apa yang didapati para peneliti ESN, mereka mendapati 70 persen sampah yang paling banyak dijumpai di kolong-kolong pemukiman warga adalah sampah kantong plastik, botol air minum sekali pakai, sachet dan styrofoam.

Dijelaskan Syubhan, plastik merupakan polimer yang dekat dalam dalam kehidupan kita. Pada akhirnya, sebagian besar akan menjadi sampah dan berakhir di sungai dan laut.

Sedangkan mikroplastik sendiri adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan dari sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di aliran sungai, karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil.

Rasio jumlah plastik terhadap ikan di lautan diperkirakan pada 2025 adalah 1:3. Akan tetapi, pada 2050 di prediksi jumlah sampah plastik akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut atau disungai.

“Bagi lingkungan jelas berpengaruh, selain lingkungan kita tercemar yang akan menjadi sumber penyakit, dan akhirnya akan berdampak bagi manusia terutama dari segi kesehatan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kilas Balik Babin Jou, Usir Oknum Pembuang Sampah di Jantung Banjarmasin

Ia mengakui, bahwa saat ini Pemko Banjarmasin memang sudah memiliki aturan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di ritel modern dan beberapa pasar tradisional, agar mengurangi jumlah sampah plastik.

Namun, ditegaskannya bahwa hal tersebut tidak akan berjalan maksimal jika tanpa diiringi aksi lanjutan lainnya.

“Solusi yang dapat kita lakukan adalah mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dan melakukan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta penambahan tempat sampah 3R di setiap kelurahan dan tingkat RT agar masyarakat tersosialisasikan dengan tepat terhadap sampah plastik,” sarannya.

Kemudian, jika Pemko Banjarmasin masih meragukan hasil riset dari tim ESN soal cemaran mikroplastik tersebut, ia menyarankan agar segera melakukan uji atau riset ulang. “Kalau memang belum yakin, sebaiknya dilakukan uji riset ulang dan pengambilan sampling, agar tidak terjadi saling bantah membantah,” ungkapnya.

“Yang penting, Pemko harus jujur dalam melakukan kajian tersebut agar masyarakat paham dan sadar bahayanya sampah plastik yang berbahaya bagi kesehatan karena berubah menjadi mikroplastik,” tutupnya. (kin/K-7)

Iklan
Iklan