Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
Ekonomi

Dosen Pertanian ULM Sosialisasi Bahaya Aflatoksin

×

Dosen Pertanian ULM Sosialisasi Bahaya Aflatoksin

Sebarkan artikel ini
8 Sosialisasi
SOSIALISASI - Dosen Fakultas Pertanian ULM melaksanakan Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA) ULM 2022 kepada peternak itik di Desa Rantau Karau Hilir, Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten HSU, Sabtu (29/10/2022). (KP/ist)

Amuntai, KP – Banyak masyarakat belum tahu, jika pada produk pangan yang dimakan, mungkin terkandung bahan berbahaya yang berasal dari pakan itik, salah satunya cemaran aflatoksin pada pakan itik.

“Aflatoksin merupakan racun yang dihasilkan oleh jamur terutama spesies Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Jamur ini hidup baik di Indonesia karena iklim yang mendukung pertumbuhannya,” jelas Ika Sumantri, dosen program studi Peternakan, Fakultas Pertanian ULM, Sabtu (29/10/2022).

Baca Koran

Ika Sumantri bersama dosen yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat memberikan pelatihan sekaligus sosialisasi pada 13 peternak itik di Desa Rantau Karau Hilir, Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tentang fermentasi pakan itik menggunakan trichoderma yang aman bagi itik yaitu merupakan jamur yang diketahui dapat melawan pertumbuhan jamur penyebab aflatoksin.

Menurut dia, jika itik mengonsumsi pakan tercemar aflatoksin, maka pertumbuhan itik akan terganggu, karena racun ini dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, bahkan kerusakan hati hingga kematian itik.

Tidak sampai disitu, katanya melanjutkan, racun yang terkandung pada daging, hati, dan telur itik, kemudian dikonsumsi oleh manusia, akan memberikan dampak cukup serius pada kesehatan.

“Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), Aflatoksin bahkan dikategorikan sebagai senyawa karsinogen atau penyebab kanker,” jelasnya.

Pada bagian lain, Rila Rahma Apriani yang juga salah seorang dosen anggota Tim Pengabdian Masyarakat menambahkan bahwa pihaknya tidak hanya membantu peternak membuat pakan bebas aflatoksin, tetapi juga memaksimalkan sumber daya lokal sebagai bahan pakan.

Peternak diberi pelatihan membuat pakan dengan bahan kayu apu dan keong mas. Kayu apu, yang selama ini tidak dimanfaatkan, bahkan menjadi gulma pertanian, memiliki potensi untuk dijadikan pakan.

Tentu saja, karena kandungan serat kasarnya tinggi, fermentasi dengan trichoderma membantu menguraikan serat pada kayu apu. Sumber protein yang dapat digunakan adalah keong mas.

Baca Juga :  Teknisi AHASS Siap Adu Keterampilan Teknis Sepeda Motor Honda di Level Asia Oceania

“Penggunaan keong mas sebagai pakan itik sudah banyak dilakukan, karena terbukti dapat meningkatkan produksi telur pada itik,” jelasnya.

Masyarakat sangat antusias dalam mengikuti penjelasan dan pelatihan yang diberikan tim pengabdian. Bahaya aflatoksin menjadi pengetahuan baru bagi peternak dan memberi kesadaran pada mereka tentang pakan yang aman itu sangat penting untuk menghasilkan produk pangan sehat.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan Tim Dosen Fakultas Pertanian ULM merupakan “Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA) ULM Tahun 2022. (lia/K-7)

Iklan