Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Space Iklan

Space Iklan
Balangan

Hindari Gagal Panen Akibat Banjir Dengan Tanam Padi Apung

×

Hindari Gagal Panen Akibat Banjir Dengan Tanam Padi Apung

Sebarkan artikel ini
Hal 2 Bal 3 klm
TANAM - Padi apung yang diujicobakan BPP kecamatan Lampihong.
Space Iklan

Paringin, KP – Metode baru tanam padi apung merupakan inisiatif dan inovasi dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Lampihong sebagai upaya menghindari gagal panen akibat banjir.

Mantri Tani BPP Lampihong Azizul Hakim menerangkan, keberadaan metode padi apung ini merupakan inovasi baru yang memiliki prospek cerah untuk terus dikembangkan di lahan-lahan pertanian terdampak banjir.

GBK

“Kami harus adaptasi dengan iklim, sehingga kami mempunyai inisiatif dan inovasi bagaimana memanfaatkan lahan pertanian yang terkena banjir untuk tetap bisa ditanami tanaman produktif demi menjaga ketahanan pangan,” ujarnya baru-baru tadi.

Menurut dia, metode tanam apung ini ditujukan untuk daerah yang rawan banjir serta daerah yang berjenis lahan rawa di Kabupaten Balangan, khususnya pada beberapa desa di Kecamatan Lampihong.

Disebutkannya, lahan pertanian di Kecamatan Lampihong terdapat dua jenis yaitu lahan rawa dan lahan tadah hujan, pada lahan rawa inilah yang sering kebanjiran.

“Ada dua desa di Kecamatan Lampihong yang sudah melakukan metode padi tanam apung tersebut dengan luas lahan sekitar 0,8 hektare yaitu Desa Pimping dan Trans Matang Hanau,” ucapnya.

Kemudian dijelaskannya, perbedaan tanam padi apung terletak pada media tanam dan cara memanennya. Bila padi lain ditanam di tanah sawah, maka padi apung ditanam di atas rakit dengan media tanam sabut kelapa, jerami, serta tanah. Rakit difungsikan sebagai lahan peletakan media tanam agar menjadi terapung dan tidak terpengaruh oleh ketinggian air banjir.

“Perbedaan lainnya pada saat panen, tanaman padi yang baru disabit tidak bisa langsung dirontokkan di tempat tersebut, akan tetapi harus dibawa ke darat. Padi apung ini dalam jangka waktu 100 hari bisa dipanen,” sebutnya.

Untuk kabupaten Balangan metode tanam padi apung, diakuinya merupakan yang pertama kali dilakukan yakni di kecamatan Lampihong sebagi uji coba.

Baca Juga :  Diusulkan Sanksi ASN Malas dan Tidak Disiplin TPP Dipotong

Sekarang ini jelas Azizul, kendala dari tanam padi apung yaitu harga styrofoam atau gabus sintetis yang terbilang mahal, maka dari itu pihaknya akan terus berinovasi dengan memanfaatkan media yang ada seperti bambu ataupun media lain yang dapat mengapung di permukaan air.

“Nanti kami akan mencoba memakai rakit dari bambu sebagai media tanam,” imbuhnya.

Semoga pemerintah daerah khususnya instansi terkait, dapat memberikan dukungan guna keberhasilan program yang tengah dijalankan ini. (srd/K-6)

Iklan
Iklan