Oleh : Ummu Arsy
Pemerhati Sosial Ekonomi
Tradisi yang menjadi lazim menjelang Ramadan adalah kenaikan harga kebutuhan pokok (sembako) dari biasanya. Di satu sisi, penghasilan dan pendapatan yang di peroleh rakyat tetap, bahkan banyak yang mengalami penurunan. Wajar jika rakyat menjerit.
Seperti kutip dari ekonimi.bisnis.com, beberapa minggu sebelum memasuki bulan Ramadan, harga pangan di Jakarta seperti cabai, bawang putih, bawang merah, beras, hingga sayur-mayur melonjak. Dalam pantauan Bisnis di Pasar Palmeriem, Matraman, Jumat (3/2/2023), harga cabai rawit merah mencapai Rp80 ribu per kilogram naik Rp10 ribu dibanding dua minggu sebelumnya. Kemudian, harga cabai merah keriting Rp70 ribu per kilogram atau naik Rp6 ribu. Adapun, harga bawang putih Rp32 ribu per kilogram, naik Rp2 ribu, bawang merah ukuran sedang naik Rp1.000 menjadi Rp33 ribu, bawang merah ukuran besar Rp36.000 per kilogram.
Namun, dikutip dari cnnindonesia.com, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan terus memantau kenaikan harga pangan, seperti beras, minyak goreng, cabai, dan bawang menjelang Ramadan. “Kita tiap hari pantau sebulan terakhir. Beras, minyak goreng, cabai, lalu bawang,” kata Kasan di Balai Sudirman, Jakarta, Kamis (23/2).
Sementara itu, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat beberapa kenaikan komoditas dalam beberapa pekan terakhir. Beberapa komoditas yang kenaikannya cukup tinggi antara lain cabai rawit merah Rp60 ribu per kilogram, cabai merah TW Rp65 ribu per kilogram, bawang merah Rp45 ribu per kilogram. Kemudian bawang putih Rp38 ribu per kilogram dan Minyakita Rp15 ribu per liter. Daging, telur, ayam, gula pasir, dan garam juga naik dalam beberapa pekan terakhir.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengatakan kenaikan harga biasanya terjadi di 15 hari menjelang Ramadan. “Tetapi ini masih jauh beberapa bahan pokok sudah mulai cukup tinggi harganya,” ujar Reynaldi dalam pernyataan resminya, Kamis (23/2).
IKAPPI meminta pemerintah menyiapkan strategi dan eksekusi di lapangan sehingga persoalan pangan bisa diatasi. Hal yang paling penting dilakukan adalah memperkuat pendataan.
Desain pangan harus secara disiplin dan terus menerus dilakukan dengan baik. “Didampingi dengan baik, petaninya di advokasi, serapannya juga dipikirkan termasuk distribusinya diperbaiki. Beberapa hal tersebut dapat menjaga agar harga pangan di Ramadan nanti tidak melambung tinggi,” ujar Reynaldi.
Kenaikan harga yang meroket tentu diiringi dengan jumlah permintaan yang meningkat, di mana stok persediaan yang ada terbatas. Hal tersebut dapat dilihat bagaimana hukum ekonomi diterapkan di tengah masyarakat. Semakin tinggi akan permintaan barang/jasa, sedangkan penawaran barang/jasa terbatas, maka harga akan meningkat, begitu pun sebaliknya.
Begitulah sistem ekonomi kapitalis, dengan motifnya yang khas. Yakni dengan modal sekecil-kecilnya untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya. Kenaikan sembako bisa jadi ditimbulkan karena adanya mekanisme harga yang ditentukan oleh harga pasar impor barang/jasa dari luar negeri. Mahalnya harga sembako seringkali disebabkan kelangkaan barang, saat permintaan meningkat. Kelangkaan tersebut bisa saja disebabkan beberapa faktor, yakni gagal panen (faktor alam), penimbunan, stok persediaan menipis dan permainan harga.
Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat adalah hal yang harus dipenuhi, baik itu menjelang bulan Ramadan maupun bulan-bulan lainya. Ketika harga sembako meroket di pasaran, maka secara tidak langsung pemenuhan kebutuhan pokok akan terkendala. Akhirnya, mau tidak mau akan mengabaikan hak rakyat secara nyata.
Islam adalah agama yang telah diturunkan Allah SWT secara langsung untuk manusia di muka bumi dan untuk diterapkan di seluruh aspek kehidupan. Semua masalah hanya akan terselesaikan dengan sempurna dengan diterapkannya aturan Islam, seperti masalah kenaikan harga sembako. Sebagai seorang Muslim, kita mempunyai tuntunan dalam menjalani kehidupan di dunia untuk menuju kehidupan di akhirat.
Dalam menyelasaikan semua masalah yang terjadi di dunia ini sudah seharusnya kita mencari solusinya dengan akidah Islam. Salah satu masalah yang selalu menemani menjelang bulan Ramadan adalah mahalnya harga sembako. Di mana kita ketahui bahwa pendapatan rakyat lebih dari 50 persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Dalam pandangan Islam, mahalnya harga sembako juga merupakan masalah yang harus segera dituntaskan karena menyangkut hak pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Sumber masalah penyebab harga mahal bisa saja disebabkan karena gagal panen (faktor alam atau kelalaian manusia), maka umat dituntut bersabar dan bertawakal kepada Allah. Negara wajib mencari solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut dengan memasok dari daerah lain (dalam negeri). Selain itu, juga apabila tidak mampu mengatasi, maka negara boleh mengimpor dari luar negeri dengan mempertimbangkan produk dalam negeri.
Sebagaimana hal tersebut pernah dipraktekkan langsung pada masa Rasulullah SAW, dimana Rasulullah terjun langsung ke pasar untuk melakukan pengawasan agar tidak terjadi ghabn (penipuan harga) maupun tadlis (penipuan barang/alat tukar), beliau juga melarang penimbunan (ihtikar). Apabila kenaikan harga disebabkan karena adanya mekanisme harga pasar, maka dalam Islam tidak boleh adanya intervensi harga.
Pemerintah harus menjamin bahwa transaksi perdagangan di pasar, bebas dari spekulasi dan kecurangan. Sebagaimana Rasululah SAW juga pernah bersabda dalam hadist yang diriwayat Anas. Suatu ketika Anas berkata: “Wahai Rasulullah tentukanlah harga untuk kita!”. Beliau menjawab, “Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga penahan, pencurah, serta pemberi rizki. Aku mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.”
Disamping itu, pemerintah pun harus menjamin mudahnya dan tersedia sarana dan prasarana dalam mendistribusikan barang/sembako, sehingga akan mudah menjamin ketersediaan tersebut, khususnya di Ramadan. Tanggung jawab pemerintah sejatinya menjamin kebutuhan tiap individu secara sempurna.
Sudah saatnya meninggalkan aturan buatan manusia, aturan sistem kapitalis-sekuler yang sudah nyata menyengsarakan rakyat. Tiada kemulian yang bisa diraih, kecuali dengan menaati dan melaksanakan aturan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu’alam.