Banjarbaru, KP – Peluang investasi di Kalsel semakin terbuka.
Buah khas Kalsel ini ramai pesanan dari luar daera terutama dalam bentuk sirup.
Kasturi bisa menjadi investasi besar bagi pengusaha, mamun keberadaannya sudah sangat jarang ditemukan.
Untuk berbuah, kasturi memang membutuhkan waktu puluhan tahun. Hal itu juga diakui Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, melalui Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalsel Endri.
Ia berharap ada solusi agar kasturi bisa berbuah sepanjang tahun.
Menurutnya para peneliti bisa mencari cara agar kasturi ini bisa cepat tumbuh dan berbuah.
“Dibuat seperti mangga dan durian. Sekarang kan durian yang berbuah cepat,” katanya, Rabu (22/3) lalu.
Menurutnya, kasturi adalah potensi besar investasi di Banua.
“Kami juga ingin adanya ikon Kalsel yang bisa mendunia selain sasirangan,” ucapnya.
Berbicara investasi, ia bersyukur tahun lalu cukup menggairahkan.
Total investasi yang masuk ke Kalsel selama 2022 mencapai Rp15,29 triliun.
Angka tersebut jauh di atas target yang hanya Rp11,8 triliun.
“Capaiannya melebihi target sekitar 4 triliun. Alhamdulillah ada kenaikan,” ujarnya.
Jumlah tersebut terdiri dari penanam modal asing (PMA) Rp2,98 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp12,31 triliun.
Secara nasional Kalsel berada di urutan 10 dri 34 provinsi untuk PMDN dan peringkat 22 untuk PMA.
“Total proyek investasi 3.106 terdiri dari 329 proyek PMA dan 2.777 proyek PMDN,” katanya.
Dijelaskannya nilai realisasi investasi PMA didominasi Kabupaten Tanah Bumbu dengan nilai Rp398,6 miliar, Kabupaten Tabalong Rp129,1 miliar, dan Kabupaten Balangan Rp98,0 miliar.
Sektor yang mendominasi pertambangan dengan nilai Rp381,7 miliar, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan Rp225,9 miliar.
Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya Rp156,5 miliar.
Kemudian, capaian dari PMDN didominasi Kabupaten Tabalong dengan nilai Rp1,98 triliun, Kabupaten Tanah Bumbu Rp529,9 miliar, dan Kota Banjarmasin Rp447,7 miliar.
Sektor yang mendominasi pertambangan dengan nilai Rp1,37 triliun, kemudian listrik, gas dan air Rp1,18 triliun, tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan Rp368,4 miliar.
“Untuk nilai dan persentase realisasi dari Januari hingga Desember Tahun 2022 berdasarkan negara didominasi dari Singapura, Australia, Hongkong, Malaysia, India, Thailand British Virgin Island dan negara lainnya,” pungkasnya. (mns/K-2)