RANTAU, kalimantanpost.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan El Nino berpotensi terjadi sekitar 50-60 persen dimulai sekitar Juni atau Juli 2023 yang berdampak terjadinya musim kemarau lebih kering daripada siklus sebelumnya.
Sesuai prediksi BMKG tersebut, Pemerintah Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, bersiaga menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat dampak dari El Nino.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tapin Sufiansyah di Rantau, Kamis (4/5/2023), mengatakan, pihaknya tengah menyusun langkah mitigasi agar bencana yang menimbulkan kabut asap tersebut tak terjadi.
“Mitigasi bencana kebakaran di semua sektor dan lembaga terkait,” ujar Sufiansyah.
Tindakan ini, lanjut dia, melibatkan beberapa pihak terkait dari swasta, perguruan tinggi hingga organisasi kepemudaan.
Akhir Mei 2023, Sufiansyah menuturkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapin bakal mendorong agar didirikan pos pencegahan karhutla.
“Kita laksanakan kesiapsiagaan atas dampak kemarau panjang ini, baik hutan, semak ataupun pemukiman,” kata Sufiansyah.
Berdasarkan data tahun sebelumnya, dari 12 kecamatan ada beberapa kecamatan yang rawan karhutla, yakni Bakarangan, Candi Laras Utara, Candi Laras Selatan, Tapin Selatan dan Tapin Tengah.
“Untuk pemberian alat pemadam kebakaran dari pemerintah daerah untuk desa dan kecamatan yang berisiko tinggi dan sedang akan bencana kebakaran lahan dilakukan pada akhir Mei atau awal Juni,” tutur Sufiansyah.
Sebelumnya, BMKG memprediksikan El Nino berpotensi terjadi sekitar 50-60 persen dimulai sekitar Juni atau Juli 2023 yang berdampak terjadinya musim kemarau lebih kering daripada siklus sebelumnya. (Ant/KPO-3)