PALANGKA RAYA, kalimantanpost.com –
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar Penggerakan Massa dalam rangka implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui aktivitas fisik, pengukuran kebugaran jasmani, dan skrining kesehatan jiwa terhadap 460 orang mahasiswa dan mahasiswi Perguruan Tinggi.
Kegiatan tersebut berlangsung di halaman Kantor Dinkes Kalteng, Minggu (28/5/2023) dan acara ini merupakan salah satu rangkaian mengisi Hari Jadi ke-66 Provinsi Kalteng.
Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap, bukan sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan.
“Kini setidaknya masih ada tiga masalah kesehatan penting terkait pemberantasan penyakit infeksi, bertambahnya kasus penyakit tidak menular dan kemunculan kembali jenis penyakit yang seharusnya telah berhasil diberantas,” ucapnya.
Dijelaskan Suyuti, salah satu tantangan yang dihadapi pembangunan kesehatan adalah terjadinya transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit yang semula didominasi penyakit menular menjadi didominasi oleh penyakit tidak menular seperti hipertensi, jantung, stroke, dan diabetes mellitus, serta permasalahan kesehatan jiwa yang cukup meningkat di masyarakat.
Disebutkan saat ini ada empat permasalahan kesehatan yang dinilai paling sering dialami oleh remaja Indonesia, antara lain kekurangan zat besi (anemia), kurang tinggi badan (stunting), Kurang Energi Kronis (KEK), dan obesitas.
Padahal, masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat. Hanya saja, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan berpikir dan emosional.
Selain itu, kata Kadinkes, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan kegagalan dalam proses pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah.
“Laporan terbaru menunjukkan, kunjungan ruang gawat darurat untuk krisis kesehatan mental melonjak diantara anak-anak, remaja, dan dewasa muda di Amerika Serikat dari 2011 hingga 2020.
Diakuinya, itu terjadi tak hanya di Amerika Serikat, tingginya masalah kesehatan mental di kalangan remaja juga terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan mental dewasa muda, remaja, dan anak meningkat setelah isolasi dan gangguan pandemi COVID-19.
Ditambahkan Suyuti, pembangunan kesehatan jiwa terintegrasi dalam setiap fase dari siklus hidup terutama di kelompok usia produktif, dimana skrining jiwa yang dilakukan bukan sebagai alat untuk mendiagnosis penyakit atau gangguan jiwa tertentu.
Namun, untuk memahami dan mengenali masalah yang mungkin sedang dialami dan membantu petugas menemukan indikasi akan adanya masalah kesehatan jiwa secara din.
“Guna menerapkan GERMAS dalam kehidupan kita, diselenggarakanlah kegiatan aktifitas fisik, pengukuran kebugaran jasmani dan skrining kesehatan jiwa. Tujuan agar kita dapat mengetahui permasalahan kesehatan yang terdapat dalam diri kita,” ucapnya.
“Ini akan mudah bagi kita untuk melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin, “yang diharapkan agar membuat kita lebih produktif dalam membangun Kalteng Makin BERKAH (Bermartabat, Elok, Religius, Kuat, Amanah dan Harmonis),” jelasnya.
Kegiatan dihadiri Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kalteng Fery Iriawan, Kepala UPT Bapelkes dan pendamping mahasiswa dan mahasiswi masing-masing Perguruan Tinggi. (Drt/KPO-3)