Kemiskinan ekstrem di Kota Banjarmasin menyebabkan siswa terancam putus sekolah, karena tidak mampu lagi melanjutkan pendidikannya.
BANJARMASIN, KP – Lurah Murung Raya, Sugeng mengatakan akibat kemiskinan ekstrem di wilayahnya, sedikitnya delapan orang siswa terancam putus sekolah.
“Kami sudah mendata, sebanyak delapan orang siswa terancam putus sekolah kalau tidak dibantu. Sementara dua orang tadi menyatakan bakal terus melanjutkan sekolah,” kata Sugeng kepada wartawan, Selasa (6/6/2023), di Banjarmasin.
Sugeng mengatakan, kelurahan yang dipimpinnya dikategorikan sebagai daerah kemiskinan ekstrem oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Banjarmasin.
Wilayah yang berada di Kecamatan Banjarmasin Selatan ini berpenduduk 13.871 jiwa, dengan mata pencaharian warganya cenderung serabutan, mulai dari pengupas bawang, buruh serta tukang.
“Warga kita kebanyakan bekerja secara serabutan, sehingga paling tinggi kemiskinan ekstrimnya,” tutur Sugeng.
Namun berapa persen atau jumlah pastinya, Sugeng mengakui tidak memiliki data pastinya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin, Nuryadi sangat menyayangkan siswa putus sekolah akibat kemiskinan ekstrem yang terjadi di Kota Banjarmasin.
“Dinas Pendidikan siap membantu, yang penting ada kemauan dari siswa atau masyarakat melanjutkan sekolah,” kata Nuryadi.
Menurutnya, setiap sekolah negeri mulai dari tingkat TK, SD hingga SMP serta Sekolah Luar Biasa (SLB) wajib menerima siswa yang terancam putus sekolah hingga menyelesaikan sekolahnya.
“Kami siap membantu siswa tersebut,” tambah Nuryadi dalam jawaban melalui Whatsapp yang diterima KP.
Berdasarkan kategori kemiskinan ekstrem yang ditetapkan Bappeda Litbang Kota Banjarmasin merujuk kepada warga yang memiliki penghasilan sebear Rp12 ribu per hari.
“Jumlah warga Kota Banjarmasin pada 2022 lalu tercatat sebanyak 8.333 yang tergolong kemiskinan ekstrem, dengan penghasilan sebesar Rp12 ribu per hari,” kata Achmad Syauqi.
Kemiskinan ekstrem terutama pada wilayah kelurahan yang padat penduduk dengan penyebab kehilangan pekerjaan sebagai dampak Covid 19. (mar/K-7)