Kalimantan Post - Aspirasi Nusantara
Space Iklan
Space Iklan
Iklan
HEADLINE

Anjungan Kalsel di TMII “Meeting Point” Baru Urang Banua :
Bertahan Demi Sejarah, Berbenah Ramah Anak & Disabilitas

×

Anjungan Kalsel di TMII “Meeting Point” Baru Urang Banua :<br>Bertahan Demi Sejarah, Berbenah Ramah Anak & Disabilitas

Sebarkan artikel ini
IMG 20230609 WA0066
Iklan

JAKARTA, kalimantanpost.com -Berkunjung ke Anjungan Kalimantan Selatan (Kalsel) di Taman Mini Indonesia Indah pada hari kerja, ternyata menyenangkan. Selain tidak terlalu macet, pengunjungpun tidak terlalu padat.
Angin semilir menyertai perjalanan KP Selasa, 6 Juni lalu disambut rindangnya pohon-pohon asri di sepanjang Taman Mini Indonesia.

Kunjungan ini serasa momen “healing” relaksasi dibanding perjalanan tugas. Terlebih pasca revitalisasi TMII menyajikan lebih banyak perubahan. Tidak ada lagi mobil dan bus wisata berseliweran, semua tertata rapi di area parkir. Pengunjung dipersilakan menikmati panorama dengan berjalan kaki atau bebas menggunakan mobil wara wiri, fasilitas shuttle bus yang tersedia di sekitar Gedung Sasono Budoyo. Bagi anda yang memiliki mobil bertenaga listrik, anda bebas untuk berkeliling memakai mobilnya sambil menikmati panorama keindahan budaya dan rumah tradisional senusantara disana.

Baca Koran

Hari itu, KP mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Anjungan Kalsel bertemu dengan Kepala Sub Bidang Promosi dan Anjungan Daerah, Dra. Wahyu Diah Amuntaiarni atau yang akrab dipanggil Mumun. “Selamat datang di anjungan Kalsel, selajur melumbar urat nah” sapa hangat Mumun, perempuan cantik yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh aktivis dan pelaku seni budaya Kalsel itu. Dalam balutan busana sasirangan berwarna kuning janar , mantan model era 90an ini terlihat masih segar dan enerjik.

Mumun adalah salah satu sosok penting dibalik tetap tegaknya Rumah Bubungan Tinggi adat Banjar yang sempat akan dipugar untuk mendukung perubahan sesuai konsep revitalisasi dan landskap anjungan oleh Kementerian PUPR beberapa waktu lalu. Ketika semua anjungan harus dibongkar untuk diperluas ruang hijau, maka anjungan Kalimantan Selatan berhasil tidak tersentuh atas dasar upaya Mumun dan segenap tim sejarah Museum Kalimantan Selatan mempertahankan konsep tata ruang rumah bubungan demi menjaga keaslian dan nilai historis rumah adat kebanggaan banua itu.

Baca Juga :  Tumbangkan Monaco 4-2,PSG Kokoh di Puncak Klasemen Liga Perancis

“Rumah adat Banjar asli terbagi atas 4 area, pelataran, penampik kecil dan penampik besar serta penampik panangah yang memiliki fungsi untuk menerima tamu, area penyimpanan alat perikanan, pertanian dan pertukangan, area penghormatan tamu hingga area perempuan dan upacara adat untuk keluarga. Tidak bisa ditambah, tidak bisa dikurangi” jelas Mumun. Untuk itu pihaknya berupaya menjembatani komunikasi agar kepentingan histori tersebut terakomodir oleh pelaksana renovasi yaitu Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) DKI Jakarta Metro.

Lebih jauh Mumun menjelaskan, selain mempertahankan budaya asli, Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan melalui Biro Penghubung Provinsi Kalsel juga berupaya melayani pengunjung untuk tampil humanis, ramah untuk anak, disabilitas maupun turis manula dengan melengkapi rumah adat bubungan tinggi dengan fasilitas lift agar pengunjung lebih leluasa mengeksplorasi rumah bagian atas tanpa terkendala alasan kesehatan.

Kunjungan Langka

Disela keasyikan KP menikmati sudut eksotik rumah anjungan Banjar, tiba-tiba Mumun kedatangan para tamu istimewa, yaitu dua anggota DPRD Kota Banjarmasin, politisi Demokrat Gusti Yuli Rahman dan politisi Golkar Sukhrowardi. “wah kesempatan langka ini, anggota DPRD Kota Banjarmasin belum pernah berkunjung kesini lho” goda Mumun sambil tertawa renyah menyambut dua tokoh muda itu.

Sukhrowardi menjelaskan kedatangannya dalam rangka silaturahim sekaligus menjajaki potensi anjungan sebagai pusat promosi kota Banjarmasin setelah berpindahnya ibukota Kalsel pindah ke Banjarbaru sejak tahun 2022. “Kita harus proaktif. Banjarmasin terancam kehilangan pengunjung jika semua perhatian beralih kepada pesona IKN di Kalimantan Timur. Bayangkan, tamu dari luar daerah dari bandara, langsung ke Martapura menuju IKN. Kapan ada kesempatan berkunjung ke Banjarmasin lagi?” tegas Sukhro.

Hal itu dibenarkan oleh Gusti Yuli Rahman, potensi Kota Banjarmasin dibidang perdagangan dan jasa akhirnya hanya bergantung pada lalu lintas Pelabuhan Trisakti dan Sungai Martapura. Potensi pariwisata, seni dan budaya khas Banjarmasin perlu semakin digalakkan jauh sebelum IKN dibuka.

Baca Juga :  Gus Ipul Diminta Peserta Pra-MLB NU Turun dari Jabatan Sekjen

Mumun menyambut baik ide dan gagasan itu. Anjungan Kalsel milik semua 13 kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan. Semua pihak berpeluang besar untuk memanfaatkan anjungan sebagai “meeting point” urang Banua yang berkunjung ke Jakarta. Harapannya jika satu bulan sekali digelar kegiatan seni budaya di anjungan dengan melibatkan kawula muda, komunitas sosialita,seniman dan bubuhan Banjar lainnya, maka gaya hidup yang terinspirasi khazanah kekayaan adat budaya Banjar akan semakin dikenal luas.

Fasilitas yang tersedia di anjungan Kalselpun sangat memadai. Terdapat panggung seni dan diskusi dengan ruang terbuka, area bawah rumah bubungan untuk kegiatan anak dan keluarga , area kuliner panorama pasar terapung Banjar hingga galeri pamer dan penjualan produk hasil UMKM asli Kalimantan Selatan. Semua tampil mempesona, cocok untuk konten sosial media.

Tertarik untuk berkunjung kesana ? Yuk jadikan anjungan Kalsel di TMII masuk dalam agenda kunjungan anda jika berkunjung ke ibukota.(Nau/KPO-1)

Iklan
Iklan