oleh: DR SYAFIQ RIZA BASALAMAH LC, MA
TIDAK sebatas memaju mundurkan penanggalan seenaknya, masyarakat Jahiliyah juga membawa kebiasaan (yang sayang sekali) juga diikuti sebagian negeri yang notabene mayoritas muslim. Yaitu meyakini bahwa bulan Shafr adalah bulan yang penuh kesialan.
Seorang Muslim hendaknya meyakini bahwa segala ssuatu yang terjadi adalah ketetapan Allah.
Bentuk nyata dari keimanan seorang muslim adalah keimanannya terhadap ketetapan-ketetapan Allah azza wajalla. Ia yakin bahwa Allah azza wajalla telah menetapkan bagian dari seluruh yang ada di alam semesta dengan porsinya masing-masing. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya, “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al Furqan : 2).
Anggapan sial dalam sebuah hari tertentu bukan ajaran Islam. Barangsiapa yang meyakini bahwa dalam sebagian masa terdapat kesialan dan tidak dengan masa yang lainnya, maka sungguh ia telah mengikuti jejak masyarakat Jahiliyah dalam berkeyaninan. Sebagaimana tersebut dalam pelajaran sebelumnya, bahwa sejarah Islam merekam banyak peristiwa bersejarah dan membahagiakan bagi kaum Muslimin terjadi di bulan ini.
Safar sama dengan yang lainnya, Allah Subhanahu wa ta’ala. tidak menentukan satu bulan itu bala”.
Bagaimana mungkin orang-orang yang selamat hatinya akan mengikuti keyakinan batil tersebut?. (Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis)