Oleh : Meita Ciptawati
Pemerhati Generasi
Sungguh miris nasib Muhamad Rauf (13), warga Desa Parigimulya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat ditemukan tewas di saluran irigasi atau sungai di Blok Sukatani, Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, paman dan kakeknya sendiri (kompas.com, 4/10/2023).
Semenjak orangtuanya bercerai, kehidupan Rauf menjadi amburadul. Dia sering tinggal di pos ronda, dan bahkan menggelandang. Untuk memenuhi kebutuhan perutnya tak jarang dia mencuri.
Keluarga adalah tempat yang paling nyaman dan aman bagi anak, tapi tidak untuk kebanyakan anak hari ini. Lemahnya peran keluarga dan jauhnya keluarga dari agama menjadikan orang tua tidak paham akan tugasnya. Ditambah tingginya kasus perceraian menjadikan anak tidak terurus dengan baik. Nafkah fisik dan kasing sayang, serta pengayoman tidak didapatkan lagi.
Seolah orangtua sibuk dengan diri mereka dan tidak paham akan peran dan tanggung jawabnya terhadap anaknya.
Tak heran jika saat ini banyak anak yang menjadi nakal atau liar setelah orang tuanya bercerai. Mereka tidak terurus lagi bahkan banyak yang menggelandang dan menjadi anak liar. Mencari kasih sayang dan perhatian diluar rumah.
Lemahnya peran agama pada keluarga muslim hari ini menjadikan mereka tidak paham akan tujuan hidup. Sampai ke tujuan pernikahan dan punya anak. Seharusnya anak adalah amanah untuk orang tua yang harus dijaga. Bahkan ketika anak menjadi sholeh, maka ada pahala yang tidak putus-putus untuk orang tua ketika nanti orangtua sudah meninggal, karena doa anak Sholeh.
Negara yang memiliki peran besar untuk menjaga keutuhan keluarga telah hilang. Negara tidak lagi mengurusi dan mengarahkan orangtua agar menjalankan perannya dengan baik. Memberikan pendidikan Islam atau kurikulum pendidikan Islam agar keluarga muslim tau akan tujuan mereka berkeluarga.
Anak bangsa yang beriman dan berilmu akan memberikan kontribusi yang besar bagi negara dan agamanya. Memberikan manfaat yang besar untuk orang-orang sekitarnya. Gambaran keluarga yang ideal dalam Islam adalah ibu sebagai pencetak generasi penerus, ayah sebagai pencari nafkah dan pemimpin keluarga. Tidak mungkin ini didapatkan ketika keluarga, masyarakat dan negara jauh dari Islam.
Masyarakat yang saling menasehati dalam kebaikan, sehingga ada kontrol yang membawa kebaikan bagi sesama tetangga muslim, sepertinya sudah hilang. Ide kebebasan hari ini menjadikan mereka bebas melakukan sesuatu, dan cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
Negara akan memberikan edukasi bagi ayah untuk mencari nafkah dengan maksimal, jika tidak bisa juga karena lapangan pekerjaan yang tidak memadai, maka negara wajib menyediakan. Sering karena kurangnya pendapatan suami maka istri terpaksa bekerja, sehingga kurang maksimal dalam menjalankan perannya sebagai istri dan pendidikan anak-anaknya. Belum lagi tingginya kasus perselingkuhan yang akhirnya berujung pada perceraian, akhirnya anaklah yang menjadi korban.
Gempuran arus sekularisme hari ini semakin menjauhkan anak dari kepribadian Islam. Sholat lima waktu saja bagi mereka masih jarang. Orangtua wajib memberikan pendidikan islami pada anaknya, memang harus memberikan perhatian lebih bagi agama anaknya. Orangtua yang tidak islami akan sulit menjadikan anaknya islami, karena mereka tidak paham. Dijadikan standar kapitalisme hari ini berhasil mencetak orangtua yang hanya memandang aspek kemanfaatan saja ketika mengasuh anaknya. Tanpa ada ketulusan yang mampu membawa pada kebaikan.
Maka menjadi hal yang penting untuk menjadikan keluarga, masyarakat dan negara bervisi Islam, yang nantinya akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Wallahu ‘alam