BANJARMASIN, Kalimantanpost.com – Hiruk pikuk politik mulai ‘menghangat’ menyusul semakin dekatnya pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) di bulan Februari 2024 mendatang.
Menjelang Pemilu nanti, organisasi Islam cukup besar di Indonesia, Muhammadiyah memilih bersikap tidak memihak siapa pun.
“Sikap Muhamadiyah khususnya di Kalsel tidak terlibat politik praktis. Bagi warga Muhammadiyah yang ingin berpolitik, boleh saja tapi tidak terikat satu parpol saja. Ini agar Muhammadiyah bisa menjaga kedekatan di semua Parpol,” papar Ketua PWM Muhammadiyah, Kalsel Prof Dr H Ridhahani Fidzi, MPd yang ditemui disela-sela lomba Paduan Suara dalam rangka milad Muhammadiyah ke-111 di aula Kayuh Baimbai Pemko Banjarmasin, Sabtu (11/11/ 2023)
Guru besar UIN Antasari Banjarmasin ini pun menyebut ini sesuai dengan tema Milad 111 Muhammadiyah pun
temanya ikhtiar menyelamatkan semesta.
“Temanya bukan hanya menyelamatkan negara saja tapi seluruh semesta. Contohnya peristiwa di Palestina, Muhammadiyah memberikan dukungan salah satunya melakukan penggalangan dana untuk meringankan beban masyarakat disana,” tegasnya.
Ridhahani menambahkan, akhir-akhir ini terjadi gejolak tak hanya di Palestina, juga di Indonesia menjelang Pemilu tahun 2024.
“Lebih-lebih tahun ini, di negara kita merupakan tahun politik yang berpontensi terjadinya perpecahan. Muhammadiyah bersama Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan dua organisasi besar Islam bersepakat adanya berpolitik yang bermoral dan berkeadilan supaya tidak terjadi pembelahan yang begitu lama lagi di masyarakat,” tegasnya.
Pengalaman di pemilu 2014 dan 2018 lalu, jelas dia, terjadi pembelahan dimana ada istilah Cebong dan kadrun.
“Supaya tidak terjadi lagi pembelahan di masyarakat dalam pemilu tahun 2024 nanti diciptakan politik beradab dan bermoral,” harapnya. (ful/KPO-3)