Banjarmasin, KalimantanPost.com – Untuk mengatasi meningkatnya gulma atau enceng gondok di Sungai Martapura, PUPR Kota Banjarmasin mendapatkan bantuan 1 unit kapal Weed Harvester dari Balai Wilayah Sungai Kalimantan (BWS) III.
Kepala Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Kota Banjarmasin, Suri Sudarmadiyah mengatakan untuk mengatasi peningkatan gulma atau enceng gondok di sungai Martapura akan beroperasi 2 unit kapal penyapu, yaitu kapal Sapu-Sapu dan kapal Weed Harvester.
Kedatangan unit kapal Weed Harvester disebutnya sangat membantu dalam menangani peningkatan tumpukan gulma dan enceng gondok sebagai dampak peningkatan
curah hujan di wilayah hulu sungai Martapura.
Sementara, untuk operasional kapal Sapu-Sapu yang disewa Pemko Banjarmasin, Dirinya bakal melihat kondisi dan volume gulma di Sungai Martapura.
“Ciri khas Kota Banjarmasin khan kapal Sapu-Sapu, itu terus kita operasikan, kapal bantuan ini untuk membantu saja, semua tergantung kondisi dan volume gulma di sungai Martapura, kemungkinan bisa beroperasi bersama bisa juga hingga sungai-sungai kecil” kata Suri Sudarmadiyah.
Ditambahkannya aset kapal Weed Harvester menjadi milik pemerintah pusat melalui Badan Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan 3, namun operasional dan pemeliharaan
dikerjasamakan dengan PUPR Kota Banjarmasin.
Untuk operator dan pemeliharaan kapal, BWS Kalimantan 3 bakal melakukan pelatihan terlebih dahulu.
“Operator dan pemeliharaan maka ada tim yang mengajari dan memberikan pelatihan supaya kada salah” tutup Suri Sudarmadiyah.
Seperti telah diberitakan {{KP]}, beberapa waktu yang lalu belakangan ini memang kondisi sungai barito Banjarmasin selain tampak kotor juga mengkhawatirkan
alur ambang Sungai Barito jika tercemar dengan aktivitas pengangkutan batubara yang melintasi sungai tersebut.
Kita mengkhawatirkan pencemaran dari aktivitas pengangkutan batubara, yang berasal dari kapal maupun tongkang yang melintasi Sungai Barito, termasuk
stockpile batubara, kata anggota Komisi III DPRD Kalsel, H Troy Satria, usai rapat dengar pendapaty.
Menurut Troy Satria, masalah pencemaran, pengawasan dan pengendalian mutu air baku ini sangat penting, mengingat aktivitas pengangkutan batubara yang dikelola perusahaan, baik stockpile dan pelabuhan yang berada di pinggir sungai ini rentan mencemari lingkungan. Sungai rentan tercemar yang disebabkan sedimen, asam ataupun limbah B3, padahal digunakan sebagai air baku untuk menyediaan air bersih, tambah politisi Partai Golkar. (mar/K-3)